"Mas Bara.! Kau kenapa Mas..?" tanya Marsha heran dan terkejut, mendengar seruan dan suara erangan aneh Bara. Bara masih bisa mengendalikan setengah kesadarannya. Di antara bayangan-bayangan erotis menggila, yang berseliweran di benaknya saat itu. "Marsha..! Sepertinya pil yang diberikan Gayatri tadi adalah pil perangsang..! Dia bohong padaku..! Menjauhlah Marsha ini bisa berbahaya..! Akhssks..!" Bara berseru dengan kalimat terpatah-patah. Ya, kepala Bara mulai terasa seperti dirayapi oleh ratusan semut yang berbaris. Kedua tangannya pun mulai memegangi kepalanya. Nyeri..! "Dibohongi kenapa Mas Bara..?! Katakan padaku..! Kau tak apa-apa kan Mas Bara..?!" sentak Marsha panik, melihat keadaan Bara yang nampak sangat tersiksa itu. Bukannya menuruti seruan Bara untuk menjauh. Tapi Marsha malah menghampiri Bara. Marsha memegangi kedua bahu Bara, seraya matanya mencari-cari, di bagian mana pria tersayangnya itu menderita sakit. "Dia meminumkan pil perangsang hebat padaku Marsha..! Me
"A-apa Marsha..?! Bara berada di sana..?!" seru David terkejut, dengan rasa gembira dan cemas berbaur jadi satu. "Benar David. Tapi Mas Bara seperti tak bisa mengendalikan dirinya..! Cepatlah kemari! Sebelum Mas Bara pergi terlalu jauh..!" "Ba-baik Marsha..! Kami akan segera ke sana naik helikopter..!" Klik." Kembali Marsha bersandar di sofa panjang apartemennya. Namun kini samar-samar telinganya menangkap suara gelegar di angkasa, bagaikan suara petir dan gledek yang susul menyusul. Bathin Marsha segera menerka, hal itu pasti ada hubungannya dengan Bara. Segera saja dia berlari ke arah balkon apartemen, dan ... Benar..! Marsha segera mengenali cahaya keemasan itu, yang tak lain pastilah Bara adanya. Cahaya keemasan itu tampak melesat dari atap ke atap bangunan lain, ke pucuk-pucuk pohon tinggi, bahkan kadang melesat dan menapak di atas tanah. Namun yang membuat heboh adalah, seraya melesat cepat ke sana ke mari bagai meteor, Bara juga melepaskan pukulan-pukulan bertenaga dal
Pagi menjelang siang.Di sebuah lapangan tenis dan badminton yang merupakan fasilitas umum bagi warga kompleks perumahan elit di bilangan Menteng, Jakarta Pusat.Nampak seorang pemuda tengah di kelilingi oleh tiga orang yang berdiri angkuh di sekitarnya. Pemuda itu berpakaian security dan dia baru saja mengundurkan diri dari pekerjaannya, sebagai security di kompleks perumahan elit itu.Hal ini tak lain karena dia ingin pergi sejauh mungkin dari kompleks itu. Kompleks dimana ‘mantan kekasihnya’ tinggal.Baru saja semalam dia ‘memutuskan’ hubungan kasihnya dengan ‘Resti’, dan mengembalikan amplop coklat tebal yang diberikan ayahnya beberapa hari lalu.Ya, Resti adalah putri jelita seorang pengusaha garment yang sukses di bilangan kota Jakarta.Sungguh, menjalin hubungan kasih dengan Resti sama sekali bukan inisiatif Bara. Tapi berawal dari perkenalan mereka di posko masuk area kompleks, yang berlanjut pada rasa saling suka pada kepribadian masing-masing.Sejak munculnya rasa suka itula
Ibu! Kata yang merupakan ‘ajimat’ dan sangat ‘sakral’ bagi Bara. Teringat jelas dalam memorinya, kejadian 15 tahun lalu saat usianya masih 9 tahun. Baru saja Banu Hartadi pulang dari kantornya, dia sudah mendapat laporan tak mengenakkan dari istri mudanya Sisca. Tentang kelakuan kejam istri tuanya Marini dan Bara putra tunggalnya. “Gara-gara mereka mendorong mamah, tadi mamah sampai terjatuh di kamar mandi Pah! Untung saja kandungan anak kita tak apa-apa. Tskk ... tskk,” ungkap Sisca pada Banu, dengan di iringi isak tangis ‘modus’nya. Karuan saja amarah Banu meledak, mendengar laporan Sisca yang terdengar selalu teraniaya, setiap hari dia pulang dari kantor. Kemarin soal Sisca diberi makan sambal terlalu pedas, kemarinnya lagi soal Sisca di suruh jalan ke pasar, dan kemarinnya lagi..lagi..dan lagi. Dan kini soal jatuhnya istri kesayangannya itu di kamar mandi, akibat perbuatan istri pertamanya Marini dan Bara yang juga putranya sendiri. Maka setan pun masuk ke dalam otak dan h
Maka jadilah sejak saat itu Bara tinggal dan bersekolah di sana. Pada saat usai subuh hingga jam berangkat sekolah dan setelah jam belajar malam, Bara secara khusus di latih ilmu beladiri oleh sang kakek. Sang kakek bagai berubah menjadi ‘monster’ galak bagi Bara, saat dia sedang melatih dirinya bela diri. Sungguh keras dan tak kenal kata kesalahan sedikitpun dalam kamus sang kakek. Namun Bara mengerti dan merasakan, tujuan sang kakek adalah demi kesempurnaan dirinya menyerap ajaran dan ilmu-ilmu sang kakek. Demikianlah 10 tahun lamanya Bara mendapat gemblengan keras dari sang kakek, hingga tak terasa ‘kemampuan’ dirinya saat itu sudah setara dengan sang kakek sendiri. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Demikian kata pepatah, baru saja malamnya Bara menerima wedar aji ‘Sisik Naga Emas’ dari sang kakek. Pada ke esokkan harinya sang kakek menghembuskan nafas terakhirnya di usianya yang 76 tahun. Hanya karena sakit kepala hebat yang menderanya sejak pagi, hingga akhi
Braaghk..! "Kagghh..!"Robert Tanujaya tewas dengan kepala pecah membentur pojokkan dinding tajam di ruang kantornya sendiri. Akibat tendangan deras bertenaga dalam dari kakak sepupunya sendiri, David Tandinata.David Tandinata menyerang dan tak sengaja menewaskan sepupunya itu bukan tanpa alasan, karena ini berkaitan dengan kematian ayahnya Julian Tanuwijaya.Julian Tanuwijaya adalah owner dari 'Kharisma Group', sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang retail dan properti. Perkembangan bisnisnya bahkan merambah hingga ke seluruh kota-kota besar di negeri ini.Bisa dikatakan dia adalah salah seorang triliuner sukses di negeri ini. Namun 6 bulan yang lalu sebuah kecelakaan tragis menimpanya, hal yang mengakibatkan dirinya tewas seketika di jalan raya. Porsche macan hitam yang dikendarainya mengalami tabrakkan beruntun di jalan, tepat sebelum masuk ke jalan tol Cikampek.Mobilnya dihantam oleh sebuah truk berkecepatan tinggi di belakangnya, sedangkan di depannya adalah sebuah tru
"Hahhh..! Punya kemampuan juga kau rupanya..!" seru kaget Paul, yang menyaksikan gerakan kilat Bara dari sel seberang."Bangsat..! Kita hajar dia..!" teriak Jarot yang masih kesakitan.Dalam emosinya Jarot tak bisa melihat betapa Bara jelas-jelas memiliki kemampuan jauh di atas dirinya dan dua rekannya.Dia malah memberi aba-aba untuk kembali menyerang Bara, yang tampak tersenyum dingin melihat kedegilan tiga cecunguk rekan satu selnya ini.Mendengar aba-aba dari pimpinan selnya, si kurus dan si gempal langsung mengikuti jejak Jarot. Mereka kembali sama menyerang Bara dengan tendangan ke tubuh Bara."Hiyahh..!" Wukkh..! Wush..! Wukk..!Tiga buah tendangan melesat ke arah dada dan lengan Bara, namun kali ini Bara hanya diam saja menerima semua serangan mereka.Diam-diam Bara mengerahkan Aji 'Perisai Baja'nya, yang merupakan tingkatan dasar dari aji 'Sisik Naga Emas' warisan sang kakek.Seketika tubuhnya bagai terselimuti lapisan energi tenaga dalamnya, sosok Bara menjadi sangat keras s
"Jarot..! Aku tak suka dengan orang yang semena-mena di depanku. Sekali lagi kau berbuat begitu kupatahkan kakimu..! Kau dengar itu Jarot..!" sentak Bara kesal. "Ba..baik bos..!" sahut Jarot patuh. Sedangkan Didin dan Amir hanya tertunduk pucat mendengar kejengkelan Bara. Ya, mereka bertiga memang sepakat menjadikan Bara pemimpin di sel mereka. Bahkan mereka yakin setelah melihat kemampuan Bara, maka Gang Teri akan mempunyai penguasa baru menggantikan Paul, dan Bara lah orangnya. Usai mandi, Bara langsung hendak menuju aula makan umum para napi. Namun Jarot menahan tangan Bara. "Bos, kami punya makanan khusus buat Bos. Tinggalkan saja jatah makan nasi cadong yang umum di sini, rasanya tak karuan Bos," ucap Jarot memberitahukan. Nasi cadong adalah nasi campur aneka lauk yang di sediakan pihak pengelola penjara, biasanya nasinya dari kualitas standart atau pera. "Biarlah aku cicipi dulu sebagai perkenalan Jarot, jika memang tak cocok besok-besok aku akan beli di warung sel," sahut
"A-apa Marsha..?! Bara berada di sana..?!" seru David terkejut, dengan rasa gembira dan cemas berbaur jadi satu. "Benar David. Tapi Mas Bara seperti tak bisa mengendalikan dirinya..! Cepatlah kemari! Sebelum Mas Bara pergi terlalu jauh..!" "Ba-baik Marsha..! Kami akan segera ke sana naik helikopter..!" Klik." Kembali Marsha bersandar di sofa panjang apartemennya. Namun kini samar-samar telinganya menangkap suara gelegar di angkasa, bagaikan suara petir dan gledek yang susul menyusul. Bathin Marsha segera menerka, hal itu pasti ada hubungannya dengan Bara. Segera saja dia berlari ke arah balkon apartemen, dan ... Benar..! Marsha segera mengenali cahaya keemasan itu, yang tak lain pastilah Bara adanya. Cahaya keemasan itu tampak melesat dari atap ke atap bangunan lain, ke pucuk-pucuk pohon tinggi, bahkan kadang melesat dan menapak di atas tanah. Namun yang membuat heboh adalah, seraya melesat cepat ke sana ke mari bagai meteor, Bara juga melepaskan pukulan-pukulan bertenaga dal
"Mas Bara.! Kau kenapa Mas..?" tanya Marsha heran dan terkejut, mendengar seruan dan suara erangan aneh Bara. Bara masih bisa mengendalikan setengah kesadarannya. Di antara bayangan-bayangan erotis menggila, yang berseliweran di benaknya saat itu. "Marsha..! Sepertinya pil yang diberikan Gayatri tadi adalah pil perangsang..! Dia bohong padaku..! Menjauhlah Marsha ini bisa berbahaya..! Akhssks..!" Bara berseru dengan kalimat terpatah-patah. Ya, kepala Bara mulai terasa seperti dirayapi oleh ratusan semut yang berbaris. Kedua tangannya pun mulai memegangi kepalanya. Nyeri..! "Dibohongi kenapa Mas Bara..?! Katakan padaku..! Kau tak apa-apa kan Mas Bara..?!" sentak Marsha panik, melihat keadaan Bara yang nampak sangat tersiksa itu. Bukannya menuruti seruan Bara untuk menjauh. Tapi Marsha malah menghampiri Bara. Marsha memegangi kedua bahu Bara, seraya matanya mencari-cari, di bagian mana pria tersayangnya itu menderita sakit. "Dia meminumkan pil perangsang hebat padaku Marsha..! Me
"Mas Bara, mari kita minum dan bicara. Mas Bara belum lengkap menceritakan apa yang terjadi kemarin," sapa Marsha, seraya meletakkan dua kaleng soft drink itu di meja sofa. Bara pun menoleh ke arah Marsha, dia pun menghampiri sofa dan ikut duduk di sana. "Marsha. Sebetulnya yang terjadi pada diriku dalam dua hari ini, adalah hal yang tak pantas kuceritakan pada siapapun," Bara berkata pelan, seraya meraih kaleng soft drink di atas meja. "Lho, tak pantas kenapa Mas Bara..? Apakah masih perlu ada rahasia di antara kita Mas Bara..?" tanya Marsha, yang kini malah semakin penasaran dengan hal yang di alami Bara. "Hhh, ternyata apa yang terjadi padaku kemarin, kiranya sudah direncanakan oleh Gayatri. Putri Jendral Graito brengsek itu Marsha..!" seru Bara penuh emosi. Ya Bara memang merasa perlu mengungkapkan kisah itu pada seseorang. Agar tekanan di bathinnya tak terlalu membuncah. Dan Bara merasa Marsha cukup bisa dipercaya, untuk mendengar cerita yang sebenarnya. "A-pa..?! Putri Je
Cittttt....!! "Mas Bara...!!" seruan senang terdengar, bersamaan dengan Cabrio merah yang tiba-tiba direm dengan mendadak oleh pengemudinya. Dan mobil itu pun langsung menepi di depan Bara. Ya, pengemudi itu tak lain adalah Marsha. Marsha memang sengaja memilih jalan melewati kediaman Bara. Untuk bernostalgia melepas rasa rindunya, melihat rumah yang sangat familiar dengannya itu. Maka betapa terkejutnya Marsha, saat melihat sosok yang tengah dicari oleh seluruh sahabatnya itu tiba-tiba mewujud dihadapannya yang melintas. Reflek kakinya langsung menginjak dalam rem mobilnya hingga berdecit, seraya berseru memanggil pria di hatinya itu. "A-apa..?! Marsha..?!" Bara pun tak kalah berseru kaget. Saat melihat Marsha yang tiba-tiba saja berada di depannya. Karena dia menganggap Marsha masih berada di Amerika bersama Leonard. Klek.! Pintu mobil terbuka, dan Marsha bergegas berlari ke arah Bara. Hatinya diliputi rasa emosi dan kerinduan bercampur kecemasan. Bunga-bunga di hatinya ya
"Ahhh.. Baraa..! Tidakkk...!!" teriakkan keras bernada terkejut keluar dari mulut Gayatri. Matanya terbelalak tak percaya, dengan mulut ternganga lebar. Tagh..! Bara segera menetak sisi leher Gayatri, dan seketika Gayatri pun ambruk tak sadarkan diri. Bara segera meremas hancur ke empat gelang baja, yang masih melingkari pergelangan tangan dan kakinya itu dengan mudahnya. Melihat kondisi tubuhnya yang polos bugil bagai 'tuyul kesiangan' itu. Bara segera membuka sebuah lemari pakaian, yang terdapat dikamar itu. Namun betapa kecewanya dia, saat melihat isi lemari pakaian itu hanyalah gaun-gaun wanita. Tak mungkin dia mengenakan pakaian seperti itu. Akhirnya dengan rasa frustasi, dibukanya juga laci di lemari pakaian itu yang dikiranya hanya berisi perhiasan atau perlengkapan make up saja. Sreerrrt..!"Ahh..! Akhirnya..!" tak sadar Bara berseru gembira, saat melihat training pack berwarna hitam di dalam laci itu. Langsung dikenakannya training pack itu, walau bagian ujung celan
Klikh! David menutup panggilan Freedy, yang sangat menyebalkan baginya. Namun dari pembicaraan itu David bisa menarik kesimpulan, bahwa pihak penyelenggara sama sekali tak tahu dengan insiden penculikkan Bara. Itu adalah info penting bagi mereka semua..!*** Sementara keesokkan harinya di kediaman Gayatri. Kamar khusus yang digunakannya untuk mendapatkan benih Bara, bagaikan berubah menjadi kamar pengantin yang sedang berbulan madu. Sedangkan Bara hanya bisa mandah saja, menerima perlakuan Gayatri yang 'sangat liar' di atas ranjang itu. Termasuk menerima disuapi makan oleh Gayatri. Tentu saja Bara mendapatkan asupan makanan yang sangat baik dari Gayatri. Dari sop iga sapi hingga sate kambing, di sajikan full oleh Gayatri pada Bara. Gayatri juga dibekali oleh Tabib Chao dengan sebuah 'pil langka', warisan leluhur sang Tabib. Tentu saja dengan harga yang tak murah. Pil itu sudah dipegangnya, bahkan sebelum Bara tiba di kediamannya. Pil ajaib itu dapat membuat seorang pria bera
'Luar biasa Angga..! Graito, kau pasti akan terkejut melihat power putramu sekarang..!' kejut bathin Haryo, merasa takjub sendiri. Padahal dia baru melihat kombinasi pembuka ajian gabungan itu, belum pada tahap damage serangannya. "Haaurrrmmshk.!!" Sethh..! Angga kembali mengeluarkan auman 'Senggoro Macan'nya. Dan area di sekitar bebatuan karang dan gua-gua di dalamnya bagai dihempas angin dan bergetar. Akibat pancaran energi dengan perbawa dahsyat, yang mampu menciutkan nyali siapapun yang mendengarnya. Bahkan puluhan walet yang beterbangan di sekitar pantai pun, banyak yang jatuh seketika ke atas karang dan permukaan laut, dalam keadaan mati.! Gilaa..!Auman itu diikuti melesatnya sosok Angga ke udara, hingga mencapai batas daya lentingnya. Lalu sosok Angga pun kembali menukik deras, dan hantamkan kedua tangan dan kakinya, bak seekor Singa menerjang di atas gunungan karang yang tadi di pijaknya. Daambhh..! Blaarghk..!! Gunungan batu karang itu pun amblas, ambyar, dan hancur
"Terimakasih semuanya telah menunggui Dimas. Maaf telah merepotkan kalian ya," sapa Retno tersenyum. "Ahh, tak ada yang direpotkan Ibu. Kami semua adalah sahabat baik Mas Dimas kok," sahut Resti membalas senyum Retno, mewakili para sahabatnya. "Terimakasih ya," sapa Dina yang juga tersenyum pada nereka. Dia pun langsung bergabung dengan Resti cs. "Bagaimana kondisimu Dimas..?" tanya Retno pelan, namun tajam pada Dimas. "Dimas agak membaik Ibu, sepertinya nanti sore Dimas sudah boleh rawat rumah saja," sahut Dimas tersenyum. "Dimas..! Kau dengarlah kata-kata ibu ini..! Mendiang Ayahmu juga adalah seorang prajurit lapangan. Namun dia tak pernah membawa seorang wanita, masuk ke medan yang berbahaya seperti kamu.!" seruan tajam sang ibu, terdengar begitu dalam penuh kemarahan pada putranya itu. Sontak semua yang berada di ruangan itu terdiam mendengar hal itu. Dimas adalah orang yang paling merasa terpukul dengan ucapan ibunya itu. Namun dia tahu, hubungan sang ibu sangat dekat den
"Arghkssh... Gayatri .. Ak-ku..a..ku akhssh..!" Bara berseru tegang, seraya setengah mati menahan sesuatu yang hendak memancar dari tonggaknya. Bara merasakan sekali, tonggaknya yang kini berdenyut-denyut membesar maksimal itu. "Aduhhss Baraa..! Atri mau pipis enakhs..! Ohsghs..!" Gayatri juga meracau, dalam perjalanannya menuju tangga puncak klimaksnya. Tubuh Gayatri pun bergoyang semakin menggila, liukkan tubuhnya sungguh cepat dan ganas. Hentakkan pinggul dan desah nafasnya yang tertahan-tahan, menjadi tanda-tanda dirinya akan sampai pada klimaksnya. Senam unik yang dilakukannya rutin setiap pagi rupanya sangat bermanfaat. Karena terbukti meningkatkan sensasi menjepit dan meremas tonggak Bara, di dalam 'celah surga' miliknya. Celah yang baru saja kehilangan selaput keperawanannya. Akibat tertembus oleh tonggak Bara yang gagah perkasa. Gayatri bagai sedang menjadi rodeo, yang berusaha menjinakkan Bara sang kuda liar. Tubuhnya bergoyang dan meliuk lincah di atas tubuh Bara, ya