Jika Ruben menolaknya dan memutuskan hubungan dengannya, Marina masih memiliki harapan pada Samuel. Jika Ruben menerimanya, maka dia hanya akan meminta kompensasi pada Samuel. Namun jika keduanya menolak..? Maka Marina akan menuntut kompensasi pada Samuel secara hukum, dengan nilai yang fantastis, karena dia berpikir Samuel tak akan mau menjatuhkan nama baiknya dan perusahaannya sendiri di pengadilan. Namun melihat gelagat dari Samuel yang seperti mau bertanggung jawab, maka rencana ketiga secara otomatis hilang dari daftar Marina. Kini Marina masih menunggu jawaban dari Ruben, yang meminta waktu untuk menjawabnya. Intinya Marina tak ingin dan tak akan pernah, mengaborsi janin di perutnya itu. "Baiklah Rina. Kuberikan kau rumah sementara, untuk beristirahat dan menjaga 'anak kita' yang ada di perutmu itu ya," Samuel berkata melembut. "Bagaimana Pak Sam..? Apakah ini berarti Rina di liburkan dari pekerjaan..?" tanya Marina kurang yakin. "Benar Marina. Sebaiknya sementar
'Tubuh yang kencang dan indah sekali', bathin Samuel, dengan mata merayapi lekuk indah tubuh Clara. Ya, Samuel seolah sudah tak sabar, hendak 'membajak' tubuh Clara di ranjangnya. "Baiklah Om, tapi mulai kapankah Clara bisa bekerja di kantor Om Samuel..?" tanya Clara, dengan senyum senang di wajahnya. "Mulai besok hari Clara. Karena mulai besok, sekretaris om sebelumnya sudah tak bekerja lagi di ruangan om," sahut Samuel cepat. "Ohh..! Begitu cepatnya Om Samuel..? Baiklah, Clara akan mengajukan cuti kuliah dan bekerja di kantor Om." "Hahaaa. Bagus Clara. Tugasmu tak terlalu sulit kok. Kamu hanya ikuti saja apa-apa yang om perintahkan nanti di ruangan kerja om. Kamu 'mengerti' Clara..?" tanya Samuel penuh makna, seraya tertawa senang sekali. "Baik pak, eh Om Samuel," sahut Clara menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. "Clara. Apakah kau ada acara malam ini setelah dinner..?" tanya Samuel, dia bermaksud langsung mengajak Clara ke ruang pribadinya di kantor malam itu juga. Jaku
Tinn.. Tiinn..! Bunyi klakson terdengar diikuti oleh masuknya Porsche 718 putih milik David. Mobil itu langsung parkir di dekat teras rumah Bara. Dari dalamnya turunlah David yang diikuti oleh Revina, keduanya langsung menebarkan senyum pada mereka semua. "Halo semuanya..! Maaf aku terlambat datang," seru David seraya menghampiri para sahabatnya, yang berkumpul di teras rumah Bara. Dan semua sahabat pun menyambut gembira, kedatangan kedua sahabat mereka itu. "Wahh..! Kebetulan kalian juga datang. Ada beberapa hal yang memang harus kita bicarakan saat ini," seru Bara senang. "Baik Bara. Aku ikut senang mendengar keberhasilan misi Brian dan Gatot hari ini. Kalian berdua hebat..!" puji David pada kedua sahabatnya itu, seraya mengacungkan jempolnya. "Ahh, biasa saja David. Itu si Brian yang heboh, kecepatan ilmu meringankan tubuhnya sangat mengagumkan. Hehe," sahut Gatot terkekeh memuji Brian. "Julukan Sayap Elang memang bukan nama kosong rupanya, mantap Brian..!" seru Dimas, turu
"Hhhh, Graito! Kenapa hingga saat sudah sepuh begini kau masih saja belum mampu berpikir 'jauh'! Jelas saja keturunan mereka akan mencarimu dan menuntut balas. Dan aku yakin kemampuan mereka semua pasti tak jauh dari orangtuanya. Ini akan rumit Graito, walaupun kemampuanmu berada di atas mereka sekalipun. Kau takkan mampu menghadapi mereka, tanpa jatuh korban di pihakmu. Bagaimana dengan keponakanku Angga..? Semoga dia baik-baik saja." Sang Jendral langsung tertegun, dalam rasa kagum dan cemas berbaur jadi satu. Betapa tajam pengamatan seniornya si Singa langit ini. Bahkan dia seperti sudah menduga akan terjadi sesuatu dengan Angga. Dan memang benar, Angga sudah mengalami luka dalam parah pada pertarungannya dengan Bara belum lama ini. "Mas Haryo, belum lama memang Angga terluka parah dalam pertarungan melawan Bara, cucu si Damarjati itu. Sepertinya Damarjati telah berhasil menurunkan semua kemampuannya pada cucunya itu, termasuk mewariskan 'Mustika Naga Emas' padanya,"
"Sudahlah Mas Dimas, Brian, itu tak ada artinya bila dibanding bantuan mendiang Ayah kalian pada keluargaku. Aku masih berhutang banyak pada mereka Mas Dimas, Brian, dan juga kamu Gatot," Bara berucap dengan nada serak, teringat jasa-jasa mendiang ayah para sahabatnya itu pada keluarganya, terkhusus pada ibunya. "O ya Mas Bara, apakah motor HD VR1000 yang berada di garasi belakang itu boleh aku perbaiki. Sayang sekali motor antik itu tergeletak begitu saja, aku rasa aku dan temanku bisa mengembalikannya dalam kondisi semula," ucap Brian, yang dasarnya memang suka dengan otomotif. "Wah, syukurlah kalau bisa memperbaikinya Brian. Biar nanti aku sediakan biayanya," sahut Bara gembira. Dia memang berniat mencari orang yang bisa memperbaiki motor warisan kakeknya itu. "Soal biaya gampanglah Mas Bara, yang penting aku diperbolehkan memperbaikinya. Itu adalah hobiku dan temanku Mas Bara," Brian berkata dengan wajah gembira. *** "Selamat pagi Bu, saya Clara. Apakah Pak Samuel Wijaya ada
Karena itu artinya dia harus membubuhkan 'obat bius tanpa rasa, tanpa warna, dan tanpa bau', di jus mangga pada sebuah gelas khusus. Dan jika bosnya berkata 'seperti biasa', itu artinya 'obat perangsanglah' yang harus dicampurkan. Sedangkan tanpa kedua kata itu, artinya dia hanya menyajikan pesanan bosnya secara normal. Sungguh 'bejad' bos bernama Samuel ini dalam merancang 'aksinya'. Kemampuan Samuel berkolaborasi dengan sang koki kantornya itu sungguh rapih, licin, dan mengerikkan. Dan tentunya sang Koki mendapat 'gaji lebih' dari Samuel. Dengan cekatan sang koki mulai mempersiapkan pesanan 'bos bejad'nya itu. Sebenarnya tak perlu Samuel melakukan hal memalukan itu, jika dia tahu siapa Clara sebenarnya. Tanpa diberi obat bius pun Clara pasti sudah tahu apa yang harus dia lakukan. Karena dia pasti sudah paham akan konsekuensi, dari 'skenario' yang sedang dijalaninya. Namun Samuel berpikir akan memakan waktu lama dan bertele-tele. Jika dia mengajak Clara yang dinilainya masih c
"Aasskh..!" sentak Clara, saat sebuah benda padat, kenyal, dan hangat, baru saja menembus celah pribadinya. "Uhkss..! Om jahat..hh.." Clara berseru kaget, lalu memaki pelan Samuel. "Ohks.. Kau sudah sadar Clara sayang," agak kaget Samuel berkata, baginya makian Clara malah menambah gairah dalam dirinya. Perlahan dia mulai menghajar lembah surga Clara, dengan gerakan naik turun yang berirama. Mau tak mau, akhirnya Clara juga merasakan sensasi kenikmatan, dari gerakan naik turun serta goyangan dari pinggul Samuel. Clara pun akhirnya memejamkan matanya, turut menikmati sensasi persetubuhan yang terpaksa harus diterimanya. Dan sosok yang ada dalam khayalan Clara, saat dirinya memejamkan mata, adalah Bara..! Ya, Clara sedang mengkhayalkan Baralah yang saat ini tengah 'menghantam celah pribadinya', dengan penuh gairah itu. Lelaki cool yang diam-diam telah lama berada dalam hatinya. Membayangkan Bara, membuat Clara cepat sekali hendak mencapai 'klimaks'nya. Pinggulnya
"A-apa.. Bara..?! Lalu bagaimana dengan Sandi..?" seru Gatot kaget, karena rencana berubah secara tiba-tiba. "Sandi akan pulang Gatot. Kita akan merombak total rencana kita. Karena sekarang yang terpenting bagi kita semua adalah meningkatkan kemampuan dan kekompakkan kita," ujar Bara mantap. "Kenapa kita merubah planning begitu tiba-tiba Bara..? Apakah kau melihat atau mengetahui sesuatu yang lepas dari pengamatan kami Bara..?" "Sebaiknya hal itu kita bahas saja dalam pertemuan, yang harus segera kita adakan Gatot. Aku rasa kita harus meningkatkan batas kemampuan kita. Lawan kita sangat kuat dan terus bertambah kuat. Sementara kemampuan kita 'stag' Gatot." Gatot pun terdiam dan tak bertanya lagi. Dia menyadari kemampuan dirinya tidaklah bertambah, setelah selesai mewarisi kemampuan mendiang ayahnya. Lalu bagaimana caranya dia bisa meningkatkan kemampuannya, dalam waktu yang sangat terbatas ini..? Itulah pertanyaan yang terpendam di benak Gatot saat itu. "Gatot. Tolong bantu hubu
"Bagus Pandu..! Kita tinggal tunggu saja, macam apa serangan mereka nanti. Hahaaa..!" sang Jendral terbahak puas, dengan sistem pertahanan di markasnya. Tentu saja dia mengenal kedahsyatan senapan mesin NSV, karena dia yang membelinya. Dia sekarang malah berharap Bara cs menyerang markasnya secepat mungkin. "Paman Jendral. Jika boleh, Pandu ingin memperdalam kemampuan dan berlatih di kediaman Freedy, hingga waktu kompetisi internasional tiba," ucap Pandu meminta ijin. "Hmm. Silahkan saja Pandu, aku tak keberatan," sahut sang Jendral. Dia memang merasakan butuh orang-orang berkemampuan di pihaknya. Karena setelah kematian Angga, otomatis orang kepercayaannya yang bisa diandalkan hanya Pandu dan Freedy. Namun diam-diam sang Jendral juga hendak menarik seseorang, yang telah menghubunginya beberapa hari yang lalu. Seorang pembelot yang kecewa dengan Tuannya. *** Sementara pagi harinya di markas Bara cs. Rembukkan siasat penyerangan balasan masih belum fix. Hingga rembukkan itu kr
"Mas Bara. Janganlah terus menyalahkan dirimu sendiri. Kita semua melihat, itu adalah kejadian yang memang diluar kuasa kita untuk mencegahnya," ucap Dimas saat dia melihat Bara, yang termenung di teras seorang diri malam itu. "Kita harus membalas semua ini Mas Dimas..! Meluap emosiku dan tak tega rasanya. Setiap aku melihat Gatot, yang masih tak sadarkan diri sampai sekarang. Aku ingin membalas, tapi aku tak mau melibatkan kalian," ucap Bara, dengan mata mencorong penuh amarah. Ya, Gatot memang masih terkapar tak sadarkan diri hingga saat itu. Ibu dan adiknya Rani pun telah datang, dengan dijemput helikopter oleh Bara. Mereka memilih tinggal sementara waktu di markas, untuk merawat Gatot. Bi Tarni juga sangat telaten membantu mereka merawat Gatot. Sementara seorang Dokter juga selalu rutin datang dua hari sekali. Untuk memeriksa kondisi Gatot. Ya, Gatot memang bisa dikatakan dalam kondisi koma. Sementara secara perlahan, proses penyelarasan energi Mustika Taring Singa dalam di
"Mulai ..!" Seth..! Seiring aba-aba yang diserukannya, Hong Chen melesat dengan tangan menyambar ke arah pusaka langit tersebut. Staaghs.! "Akhhs..!" Seth..! Tangan Hong Chen terasa bergetar dan tersetrum tegangan tinggi. Saat gagang cambuk berkilau keemasan itu terbentur oleh tangannya. Tangkapannya kurang tepat, cambuk terus berputar cepat sekali. Dia pun kembali melesat ke tepi cekungan, untuk mengatur tangkapannya kembali. "Hiahh..!" Swaappsh..!! Biksu Kian Long menghentakkan kedua tangannya, ke arah cambuk pusaka yang tengah berputar cepat itu. Seketika arus putaran cambuk pusaka bagai tertahan, oleh sebuah tenaga luar biasa yang tak kasat mata. Putaran cambuk pusaka itu menjadi lebih lambat, dan jelas sekali terlihat gagangnya. Dan saat sang biksu hendak melesat meraihnya, Seth..! Cepat sekali Chen Sang melesat ke arah cambuk yang nampak jelas itu. Melihat hal itu, biksu Kian Long melepaskan kembali energi penahan lesatan cambuk itu. Wrrrrrhhss...! Krrtz..! Krrtzzs
"Benar Guru. Sesuatu yang berharga pastilah banyak yang mengincarnya," sahut Chen Sang pelan. "Chen Sang, kita bermeditasi disini hingga 'pusaka' itu turun. Apapun yang akan terjadi nanti tetaplah bermeditasi, gunakan perisai tenaga dalammu saat badai datang. Hilangkan ambisi mendapatkan 'pusaka' itu, namun tetaplah berharap pada kemurahan-NYA," ujar sang Guru Tiga Aliran memberikan arahan terakhirnya pada Chen Sang. "Baik Guru..!" sahut Chen Sang patuh. "Dan ingat Chen Sang..! Saat badai mulai mereda, kita harus mengakhiri meditasi kita. Lalu berusahalah menggapai 'Pusaka Langit', yang telah melayang di atas pusat cekungan melingkar ini," sang Guru berbisik dengan suara pelan namun tajam. "Chen Sang paham Guru." Sosok guru dan murid itu akhirnya duduk bersila, lalu bermeditasi dengan posisi teratai. Selama 2 jam lebih sudah ke tiga sosok di tepian cekungan, yang berada di lembah pegunungan Kunlun itu bermeditasi. Hingga ... Scraattzz..! Jlegaarhhss..!! Sebuah kilatan besar
"Lapor Jendral..! Misi sudah dilaksanakan. Enam buah roket telah ditembakkan. Dan satu orang di antara mereka sepertinya sudah tewas Jendral..!" "Bara..?!" seru Graito bertanya."Maaf, bukan Jendral..!" sahut pelapor. "Lalu empat helikopter yang lainnya..?!" tanya sang Jendral, seraya menatap tajam sang pelapor. "Empat helikopter kita meledak hancur oleh pukulan Bara, Jendral..!" "Wesh..!" Praaghk..!! Sang pelapor pun langsung tewas di tempat, dengan kepala pecah. Di hantam pukulan bertenaga dalam sang Jendral. Dua orang lain di samping pelapor otomatis melangkah mundur seketika. Sadis..! "Keparat Bara..!! Kau selalu membuatku rugi..!" teriak kalap sang Jendral. "Mana Pandu..?!" seru sang Jendral, pada dua orang lainnya. Sepasang matanya mendelik berkilat kemerahan. "He-he-helikopternya juga jatuh Jendral." sahut seorang di antara mereka. "Dari sisi mana kalian menyerang..?!" "Da-dari arah depan markas Jendral."Braaghk..!! Kini meja teras yang lagi-lagi hancur oleh sepaka
"Bangsat kau Bara..!" Slaph..! Byaarshk..! Pandu melesat keluar dari helikopter yang hilang kendali tersebut. Bara melihat sosok merah keemasan melesat keluar, dari helikopter yang hendak hancur masuk ke lembah itu. 'Pandu..!' gumam bathin Bara. Namun saat dia hendak melesat mengejarnya, "Gatott..!!" samar-samar terdengar teriakkan keras para sahabatnya, menyeru nama Gatot di bawah sana. Bara pun urung mengejar Pandu, dan melesat kembali ke markasnya dengan secepat mungkin. Slaphh..! Taph..! Bara mendarat tepat di sisi para sahabatnya, yang telah berkerumun cemas pada kondisi Gatot. Nampak jelas kini oleh Bara, sosok Gatot yang tengah terkapar tak sadarkan diri. Dada Gatot nampak membiru, dengan darah mengalir dari mulutnya. 'Luka dalam yang teramat parah..!' bathin Bara sesak dan sedih sekali. "B-bara..! A-apa yang harus kita lakukan..?!" seru gugup bergetar Sandi. Dan semua sahabat pun kini menatap Bara, seolah menanti keputusan cepat dari Bara. Karena mereka semua tak a
"Teh manis opo..? Gundulmu kuwi..! Bikin sendiri sana..!" seru bi Tarni sewot. "Ya Bibi, Gatot kan mau pulang nanti Bi. Bikinin ya, teh bikinan Bibi kan yang paling pas di lidah. Hehe," celetuk Gatot terkekeh. "Huhh..! Gombiall..!" sungut bi Tarni, seraya beranjak kembali ke dapur. Bara cs melanjutkan obrolannya, sambil makan gorengan buatan bi Tarni. Sungguh suasana yang menyenangkan di pagi itu. Namun...Wrrngg..! Wrŕenngg..!! Secara tiba-tiba dari ketinggian, turun dengan cepat 5 buah helikopter ke arah markas Bara. Kumpulan helikopter itu terbang dalam keadaan melintang berbaris. Pada ketinggian sekitar 80 meter di atas tanah, dengan sisi-sisi pintu nya telah terbuka menghadap ke depan vila. Nampak RPG-32 telah disiapkan pada posisi siap meluncur. "Tembak..!!" Pandu yang memimpin langsung penyerangan, langaung memberikan perintah tembak. Swassh..! Swaassh ..! ... Swaassh..!! Enam buah roket langsung melesat cepat ke titik target di markas Bara. "Awass..! Semuanya..!! Han
"Resti..!" Seth..! Tiba-tiba saja sosok Revina melesat masuk, dan memalang di antara tubuh Resti yang tertarik maju. Plakh.! ... Plakh..!!Dan Revina langsung menampar keras pipi Evan bolak-balik 3 kali. "Arrkksgh...!! Kurang ajar kau Rrevina..! Kau selalu menghalangiku..!" Evan berteriak keras kesakitan. Pipinya terasa panas berdenyar, dengan kuping berdenging, dan mulutnya terasa asin berdarah. Warna merah lebam segera menghias kedua pipi Evan, yang nampak mulai membengkak. "Kau yang Bajingan Evan..! Rupanya tempo hari aku kurang keras menghajarmu..!" seru Revina dengan mata membelalak marah, seraya menunjuk ke wajah Evan. "Hei.hei..hei..! Rupanya buruanmu galak juga Evan. Aku jadi ingin mencicipi keganasannya di ranjang..! Hahaaa..!" seru tergelak salah seorang dari teman Evan. Dan serentak kedua teman Evan itu berjalan mendekat ke arah Revina. "Resti..! Kau masuklah ke mobil. Biar kuhajar tiga pecundang ini..!" bisik tajam Revina pada Resti. "Hati-hati Vina..!" bisik Re
"Bara memang brengsek..! Dia berkata dia adalah orang bebas..! Cuih..! Jangan harap..!" seru Freedy, mengungkapkan kekesalan hatinya. "Freedy, apakah benar Bara berkata begitu..?!" seru sang Jendral, yang mendengar seruan marah Freedy. "Benar Jendral." "Hmm. Pemuda licik itu benar-benar tahu posisinya saat ini Freedy..!" seru Graito. "Maksud Jendral..?!" seru Freedy kaget. Setelah mendengar sang Jendral seolah membenarkan ucapan Bara yang telah bebas. "Freedy, buka nalarmu..! Saat ini posisi kita dalam pengintaian pihak kepolisian. Dan aku mencurigai ada kerjasama antara pihak Bara cs dengan kepolisian, untuk menyelidiki serta membekuk kita. Karenanya kita tak mungkin mengajukan laporan pencabutan jaminan kita atas dirinya. Karena telah terjadi pergantian pejabat tinggi di kepolisian saat ini. Jika kita nekat melaporkan juga. Maka kemungkinan pihak kepolisian malah akan memeriksa kita, sehubungan dengan penjaminan yang kita lakukan. Benar-benar 'culas' si Bara ini..!" seru sa