"Kenapa ayah..?!" seru Freedy ikut terkejut, melihat sang ayah yang nampak panik itu."Ahh..! Lupakan saja Freedy. Ayah hanya teringat sesuatu, mungkin hanya mirip saja," sahut sang ayah kembali bersikap tenang.Mereka pun kembali menyimak tayangan di layar laptop Freedy itu. Nampak pertarungan sudah usai dan di layar terlihat seorang wanita berteriak lalu berjalan masuk ke arena, dengan diiringi empat sosok pengawal di kiri kanannya."Ahh..! Celaka..! Itu benar-benar mereka..!!" teriak keras sang ayah, dengan wajah pucat dan panik yang semakin meraja."Ayah..! Katakanlah ada apa sebenarnya..?!" seru Freedy yang merasa kaget dan cemas.Karena tak biasanya bahkan tak pernah, sang ayah sampai berteriak kaget dan menunjukkan kepanikkan yang teramat sangat di depan Freedy, seperti yang terjadi saat itu.Namun sang ayah tak menggubris seruan Freedy, matanya terus terbuka lebar menyaksikan tayangan di laptop putranya itu.Hingga akhirnya sang ayah melihat Bara memanggil wanita itu sebagai i
"Bagaimana David..? Apakah kau sudah katakan rencana kita pada Marsha..?" tanya Bara yang masuk ke vila luar kediaman David."Sudah Bara, dan dia bersedia masuk dalam skenario kita. Memang benar katamu Bara, tak ada yang lebih bisa masuk dalam lingkaran Samuel selain wanita. Dan kebetulan Marsha adalah wanita yang tepat untuk itu Bara, Marsha bercerita beberapa kali Samuel mencoba membeli jasanya, namun selalu ditolak oleh Marsha. Sepertinya ini akan berjalan sesuai rencana kita Bara. Thanks Bro," ujar David seraya tersenyum pada Bara."Hahaa.! Bra broo bra broo.. Broto kali. O ya Vid, besok aku berencana mengunjungi Ibuku di Jati Padang, apakah kau mau ikut..? Aku akan menghubungi Freedy untuk minta ijinnya.""Ahh, suatu kebetulan Bara. Bagaimana kalau besok aku ke rumah Mamah dulu, lalu mengajaknya mampir bersama ke rumahmu..?" tanya David bersemangat. Dia sangat ingin memperkenalkan sahabatnya itu pada sang mamah."Wahh, rencana bagus itu David. Baik besok aku tunggu kau dan Mamahm
Ting .. Tonngg ..!Terdengar suara bel vila utama berbunyi. Clara yang berada lebih dekat dengan pintu vila segera beranjak, untuk menemui orang yang menunggu di teras vila.Klekh!"Ya pak ada apa..?" tanya Clara pada tamu vila, yang ternyata adalah tiga orang berjas hitam."Malam Nona kami hendak bertemu dengan Tuan Bara dan David," sahut seorang di antara mereka.Dan Clara langsung paham, bahwa mereka adalah orang-orang suruhan Freedy."Baik Pak. Tunggu sebentar," ucap Clara seraya membalikkan badannya menuju ke ruang dapur."Mas Bara, mereka menunggu Mas di teras," ucap Clara di pintu ruang dapur, dia melihat Bara dan Marsha juga sedang melangkah keluar dari dapur."Baik Clara," ucap Bara. Dia pun mempercepat langkahnya menuju teras."Bagaimana Pak? Saya Bara," sapa Bara pada ketiga orang berjas hitam itu, setelah dirinya berada di teras."Tuan Bara. Kami diperintahkan Tuan Freedy, untuk memasangkan gelang khusus pada Tuan dan juga Tuan David," sahut seorang di antara mereka sopan.
"Uhhsgg..! Dimana aku..?!" seru terkejut Banu, saat dia sadar dari pingsannya. Dia melihat ke sekeliling sebuah ruangan yang tak dikenalnya. Didapatinya keadaan tubuhnya yang terikat tambang di sebuah kursi kayu, dengan kedua tangan dan kaki yang juga terikat kuat melekat pada kursi kayu jati itu.Banu pun tak berdaya, namun tentu saja nyali dan mulutnya masih bisa berbicara tanpa rasa gentar sedikitpun."Hahahaa..! Kau berada di markas Gankku Banu..! Inilah akibatnya kalau kau mengganggu kesenanganku, bangsat..!" terdengar suara sember yang dikenali Banu. Karena suara itulah yang sempat terekam di memorinya, sebelum dia tak sadarkan diri. Suara si Karim!"Huhh..! Brengsek kau Karim..! Sejak kapan kau bermain dengan Sisca di belakangku hahh..!!" sentak Banu garang pada Karim. Kedua matanya menyala bagai hendak membakar tubuh Karim, yang memang sudah terlihat gosong itu. Entah apa jadinya jika benar-benar si Karim itu dibakar."Hahahaa..! Kamu ini lelaki buta Banu, bahkan soal anakmu
Keesokkan harinya di villa utama kediaman Bara. Nampak Bara dan David telah siap hendak berangkat menuju ke kediaman mereka masing-masing.Ya, semalam Marsha menawarkan mereka menggunakan mobil pribadinya saja, dengan di antar oleh drivernya. Spontan Bara dan David menerima tawaran itu.Dan Marsha pun langsung menghubungi supir di rumahnya, lalu menyuruh drivernya untuk menjemput Bara dan David di vila itu besok pagi-pagi sekali.Maka pagi itu mereka pun tengah menunggu mobil Marsha tiba menjemput mereka."Mas Bara, David. Setelah pulang nanti, gantian kita yang diajak jalan-jalan ya," ucap Marsha tersenyum manis."Baik Marsha, besok kita jalan-jalan bersama ya Marsha, Clara. Sepertinya banyak curug indah di sekitar Bogor ini," sahut Bara tersenyum hangat. Dia sendiri merasa tak enak juga telah dipinjami mobil oleh Marsha. Maka dengan cepat dia menyambut ajakkan Marsha."Wah boleh juga tuh, kita jalan-jalan berempat ya," Clara juga menyetujui rencana Marsha dan Bara."Yang pasti aku ju
"Wah..! Resti baru saja mengajakku ke sana Dave Ko..! Kebetulan sekali..! Baik Dave Ko, Revi akan datang ke rumah Mas Bara di Jati Padang. Salam buat Mamah ya Dave Ko, maaf Revi belum bisa sering-sering mampir ke rumah Mamah. Kata Mamah, orangtua Revi pernah ke sana menanyakan keberadaan Revi, Dave Ko.""Baik Revi sayank. Nanti akan aku sampaikan salam Revi, tapi sepertinya Mamah akan ikut ke sana bersamaku, Revi.""Ahh..! Baik sekali hari ini Dave Ko. Baik Revi akan bersiap ke sana bersama Resti sekarang. Hati-hati di jalan Dave Ko.""Baik Revi."Klik.! David menutup panggilannya. "Untung kita sudah ijin tiga hari pada Pak Patrick ya Resti," ucap Revina dengan wajah cerah, karena tak lama lagi dia akan bertemu dengan kekasihnya."Benar Vina. Semoga saja semua barang ini sudah selesai kita packing lusa nanti," sahut Resti gembira."Biarlah nanti setelah acara peretemuan di rumah Bu Marini selesai, kita akan ngebut mengemasi barang-barang kita ini Resti," ucap Revina, seraya memandan
"David..! Kau datang Nak..! Tsk, tskk..! Mmmhh..mmhhp," Vivian langsung berdiri dari kursinya, dan memeluk erat sosok putra yang dirindunya itu. Terdengar isak bahagia dan Vivian pun menciumi wajah David, hingga wajah David tertular menjadi basah terkena air mata Vivian."Mamah. Sekarang Mamah tenanglah, tidak akan ada lagi yang berani mengganggu Mamah. David akan selalu menjaga Mamah," ucap David serak, dia sangat sedih melihat kondisi sang mamah, yang tak secerah dan sebugar dulu. Karenanya dia bertekad tak boleh lagi ada orang yang membuat mamahnya cemas, ataupun ketakutan."David. Kapan kau akan kembali tinggal di sini Nak..?" tanya sang mamah penuh harap."Semoga tidak lama lagi Mah. O iya mah, David datang bersama sahabat David. Mari kita temui dia ya Mah," ucap David."Baik David, kau ke depanlah lebih dulu. Mamah akan menyusul segera," sahut Vivian seraya bergegas menuju kamarnya, untuk sedikit memoles wajahnya yang agak sembab karena habis menangis itu.David kembali ke ruang
"Bu ada mobil merah masuk ke halaman rumah. Sepertinya putra Ibu sudah datang," ucap bi Ijah, setelah mengetuk pintu kamar Marini.Klekh!"Baik Bi Ijah," sahut Marini setelah membuka pintu kamarnya.Spontan Revina dan Resti juga turut membuka pintu kamar mereka,Klekh!"Mas Bara sudah datang ya Bu..?" tanya Resti yang keluar dari kamarnya."Iya Resti, hayuk kita temui dia," sahut Marini tersenyum gembira.Akhirnya mereka bertiga bergegas menuju ke arah depan rumah. Dan benar saja, sesampainya mereka di teras rumah, mereka langsung melihat sosok gagah yang baru saja turun dari mini cooper cabrio merah itu.Bara yang juga melihat mereka langsung tersenyum, dan melangkah cepat menghampiri,"Ibu..!" seru Bara seraya menunduk dan mencium tangan sang ibundanya."Bara anakku. Maafkan ibu malam itu menamparmu ya Nak. Tsk, tsk..!" Marini langsung menarik tubuh Bara dalam pelukannya, dan berkata dengan nada penuh sesal."Tak apa Ibu. Bara memang salah, karena tak mengabarkan keberadaan Bara, hi