Ting .. Tonngg ..!Terdengar suara bel vila utama berbunyi. Clara yang berada lebih dekat dengan pintu vila segera beranjak, untuk menemui orang yang menunggu di teras vila.Klekh!"Ya pak ada apa..?" tanya Clara pada tamu vila, yang ternyata adalah tiga orang berjas hitam."Malam Nona kami hendak bertemu dengan Tuan Bara dan David," sahut seorang di antara mereka.Dan Clara langsung paham, bahwa mereka adalah orang-orang suruhan Freedy."Baik Pak. Tunggu sebentar," ucap Clara seraya membalikkan badannya menuju ke ruang dapur."Mas Bara, mereka menunggu Mas di teras," ucap Clara di pintu ruang dapur, dia melihat Bara dan Marsha juga sedang melangkah keluar dari dapur."Baik Clara," ucap Bara. Dia pun mempercepat langkahnya menuju teras."Bagaimana Pak? Saya Bara," sapa Bara pada ketiga orang berjas hitam itu, setelah dirinya berada di teras."Tuan Bara. Kami diperintahkan Tuan Freedy, untuk memasangkan gelang khusus pada Tuan dan juga Tuan David," sahut seorang di antara mereka sopan.
"Uhhsgg..! Dimana aku..?!" seru terkejut Banu, saat dia sadar dari pingsannya. Dia melihat ke sekeliling sebuah ruangan yang tak dikenalnya. Didapatinya keadaan tubuhnya yang terikat tambang di sebuah kursi kayu, dengan kedua tangan dan kaki yang juga terikat kuat melekat pada kursi kayu jati itu.Banu pun tak berdaya, namun tentu saja nyali dan mulutnya masih bisa berbicara tanpa rasa gentar sedikitpun."Hahahaa..! Kau berada di markas Gankku Banu..! Inilah akibatnya kalau kau mengganggu kesenanganku, bangsat..!" terdengar suara sember yang dikenali Banu. Karena suara itulah yang sempat terekam di memorinya, sebelum dia tak sadarkan diri. Suara si Karim!"Huhh..! Brengsek kau Karim..! Sejak kapan kau bermain dengan Sisca di belakangku hahh..!!" sentak Banu garang pada Karim. Kedua matanya menyala bagai hendak membakar tubuh Karim, yang memang sudah terlihat gosong itu. Entah apa jadinya jika benar-benar si Karim itu dibakar."Hahahaa..! Kamu ini lelaki buta Banu, bahkan soal anakmu
Keesokkan harinya di villa utama kediaman Bara. Nampak Bara dan David telah siap hendak berangkat menuju ke kediaman mereka masing-masing.Ya, semalam Marsha menawarkan mereka menggunakan mobil pribadinya saja, dengan di antar oleh drivernya. Spontan Bara dan David menerima tawaran itu.Dan Marsha pun langsung menghubungi supir di rumahnya, lalu menyuruh drivernya untuk menjemput Bara dan David di vila itu besok pagi-pagi sekali.Maka pagi itu mereka pun tengah menunggu mobil Marsha tiba menjemput mereka."Mas Bara, David. Setelah pulang nanti, gantian kita yang diajak jalan-jalan ya," ucap Marsha tersenyum manis."Baik Marsha, besok kita jalan-jalan bersama ya Marsha, Clara. Sepertinya banyak curug indah di sekitar Bogor ini," sahut Bara tersenyum hangat. Dia sendiri merasa tak enak juga telah dipinjami mobil oleh Marsha. Maka dengan cepat dia menyambut ajakkan Marsha."Wah boleh juga tuh, kita jalan-jalan berempat ya," Clara juga menyetujui rencana Marsha dan Bara."Yang pasti aku ju
"Wah..! Resti baru saja mengajakku ke sana Dave Ko..! Kebetulan sekali..! Baik Dave Ko, Revi akan datang ke rumah Mas Bara di Jati Padang. Salam buat Mamah ya Dave Ko, maaf Revi belum bisa sering-sering mampir ke rumah Mamah. Kata Mamah, orangtua Revi pernah ke sana menanyakan keberadaan Revi, Dave Ko.""Baik Revi sayank. Nanti akan aku sampaikan salam Revi, tapi sepertinya Mamah akan ikut ke sana bersamaku, Revi.""Ahh..! Baik sekali hari ini Dave Ko. Baik Revi akan bersiap ke sana bersama Resti sekarang. Hati-hati di jalan Dave Ko.""Baik Revi."Klik.! David menutup panggilannya. "Untung kita sudah ijin tiga hari pada Pak Patrick ya Resti," ucap Revina dengan wajah cerah, karena tak lama lagi dia akan bertemu dengan kekasihnya."Benar Vina. Semoga saja semua barang ini sudah selesai kita packing lusa nanti," sahut Resti gembira."Biarlah nanti setelah acara peretemuan di rumah Bu Marini selesai, kita akan ngebut mengemasi barang-barang kita ini Resti," ucap Revina, seraya memandan
"David..! Kau datang Nak..! Tsk, tskk..! Mmmhh..mmhhp," Vivian langsung berdiri dari kursinya, dan memeluk erat sosok putra yang dirindunya itu. Terdengar isak bahagia dan Vivian pun menciumi wajah David, hingga wajah David tertular menjadi basah terkena air mata Vivian."Mamah. Sekarang Mamah tenanglah, tidak akan ada lagi yang berani mengganggu Mamah. David akan selalu menjaga Mamah," ucap David serak, dia sangat sedih melihat kondisi sang mamah, yang tak secerah dan sebugar dulu. Karenanya dia bertekad tak boleh lagi ada orang yang membuat mamahnya cemas, ataupun ketakutan."David. Kapan kau akan kembali tinggal di sini Nak..?" tanya sang mamah penuh harap."Semoga tidak lama lagi Mah. O iya mah, David datang bersama sahabat David. Mari kita temui dia ya Mah," ucap David."Baik David, kau ke depanlah lebih dulu. Mamah akan menyusul segera," sahut Vivian seraya bergegas menuju kamarnya, untuk sedikit memoles wajahnya yang agak sembab karena habis menangis itu.David kembali ke ruang
"Bu ada mobil merah masuk ke halaman rumah. Sepertinya putra Ibu sudah datang," ucap bi Ijah, setelah mengetuk pintu kamar Marini.Klekh!"Baik Bi Ijah," sahut Marini setelah membuka pintu kamarnya.Spontan Revina dan Resti juga turut membuka pintu kamar mereka,Klekh!"Mas Bara sudah datang ya Bu..?" tanya Resti yang keluar dari kamarnya."Iya Resti, hayuk kita temui dia," sahut Marini tersenyum gembira.Akhirnya mereka bertiga bergegas menuju ke arah depan rumah. Dan benar saja, sesampainya mereka di teras rumah, mereka langsung melihat sosok gagah yang baru saja turun dari mini cooper cabrio merah itu.Bara yang juga melihat mereka langsung tersenyum, dan melangkah cepat menghampiri,"Ibu..!" seru Bara seraya menunduk dan mencium tangan sang ibundanya."Bara anakku. Maafkan ibu malam itu menamparmu ya Nak. Tsk, tsk..!" Marini langsung menarik tubuh Bara dalam pelukannya, dan berkata dengan nada penuh sesal."Tak apa Ibu. Bara memang salah, karena tak mengabarkan keberadaan Bara, hi
"Ketahuilah Bara. Saya Tedjo, ini Prana, Raka, dan Marco. Kami berempat adalah anak buah kakekmu dulu," jelas Tedjo, memperkenalkan dirinya dan ketiga sahabatnya pada Bara.Akhirnya mereka semua masuk dan berkumpul di ruang tamu kediaman Marini, yang memang cukup luas untuk menampung mereka semua.Bi Ijah nampak sekilas tersenyum pada mereka semua lalu kembali ke belakang, sepertinya dia sedang menghitung jumlah gelas minuman yang harus disajikannya. Hehe.Tanpa tedeng aling-aling Tedjo langsung bertanya kepada Bara,"Bara. Paman sangat mengenal 'gelang' yang kaukenakan itu. Dari mana kau dapat barang itu, Bara..?" tanya Tedjo serius. Ya, tatapan Tedjo dan ke tiga sahabatnya memang sejak tadi terarah ke 'gelang khusus' yang dikenakan Bara. Dalam misi mereka dulu memang pernah melihat 'prototype' senjata rahasia agen-agen luar negeri. Dan salah satunya adalah bentuk 'gelang' yang berkedip hijau seperti yang dikenakan Bara.Bara pun tersentak kaget dengan pengetahuan dan pertanyaan dar
"Ahh, ini juga berkat bantuan Resti dan Revina kok Vivian," sahut Marini, saat Vivian dengan jujur memuji ke sedapan sop iga sapi buatannya.Spontan wajah Resti dan Revina 'memerah' dan melambung senang, saat namanya diikut sertakan oleh Marini.Usai makan siang, kubu bagai terbelah menjadi dua di rumah Marini. Para lelakinya langsung menuju ke garasi belakang rumah, untuk melihat mobil dan motor antik Bara. Sementara para wanitanya berkumpul di ruang tengah rumah, asik berbicara hal-hal yang menarik bagi mereka.Ya begitulah, berkumpulnya mereka kali ini di rumah Marini bagai menghapuskan badai kesedihan, yang mereka alami selama ini.Sementara di garasi belakang rumah, nampak Bara yang telah mengambil kunci motor Harley hitamnya. Dia tengah memeriksa kondisi motor itu, di bantu Marco yang rupanya cukup berwawasan di bidang mekanik motor."Kondisi motor ini masih sangat terawat Bara. Coba kau isi dulu tanki motor yang masih kosong ini, lalu nyalakan saja motor ini untuk pemanasan," u
Taph..! Tak salah memang Bara menjuluki Brian sebagai sahabat tercepat setelah dirinya, dalam hal ilmu meringankan tubuh. Bara pun terselamatkan dan langsung di bawa oleh Brian, ke tempat agak jauh dari arena pertarungan. Para sahabat pun berlesatan cepat menghampiri Brian, untuk melihat kondisi Bara yang masih tak sadarkan diri. Gatot langsung menotok beberapa titik di tubuh Bara. Untuk mempercepat dan memperlancar sirkulasi darah dan energi di tubuh Bara. Akhirnya, para sahabat memutuskan untuk meninggalkan area pertarungan final malam itu. Mereka pun berniat kembali ke kediaman Joseph, yang saat itu masih setia menanti mereka. Tampak wajah Joseph pucat pasi dilanda ketakutan, akibat merasakan kondisi alam yang tadi bagaikan hendak kiamat. Namun rasa cemasnya atas keselamatan Bara cs, membuatnya tetap bertahan menanti di posisinya. Sungguh orang yang tabah dan setia kawan si Joseph ini. Dimas dan Leonard memutuskan ikut ke rumah Joseph, setelah mereka melihat kond
Lengkap sudah tiga elemen langit, es, dan bumi menyatu..! Dalam satu badai gelombang power raksasa di sekitar Bara.Semua orang yang berada di sekitar arena pertarungan itu, mereka langsung bergerak secepat mungkin. Untuk menjauh dari lokasi pertarungan, yang bagaikan sedang dilanda kiamat itu. Bahkan dua helikopter yang tersisa di udara, mereka hanya bisa mengambil gambar itu dari jarak yang sangat jauh. Tentu saja mereka bergidik ngeri, setelah melihat dua helikopter rekan mereka yang sudah menjadi bangkai. Tanpa ada satu pun penumpangnya yang bisa selamat. Dengan saling menguatkan tekat. Keempat sosok lawan Bara secara bersamaan bergerak, menyerang dan menerjang..! "Hiyaahh...!! Haaurmmsh.!! Hiyaathh..!! Huuppsh..!!" Keempat sosok itu serentak melesatkan pukulan andalan mereka ke arah Bara. BLANNGGGKSHHZTT...!!!! Sebuah gelombang besar bak bola energi raksasa pun melesat deras ke arah Bara. Gelombang energi yang tercipta dari 4 serangan lawannya tersebut, terdiri atas berb
"Tembak..!" seru Dimas, saat dia melihat para sniper penyelenggara mulai menarget ke arah Bara. Splazth..! Splatsh..! ... Splatzh..! Dengan serentak para sniper Pasukan Super Level segera melesatkan pelurunya. Clakh..! Clakhs..! Clapsh..! Claksh..! ... Clakgssh..! Dan seluruh sniper pihak penyelenggara pun terhentak tewas, dengan kepala berlubang.! Karena memang mereka sudah dalam target para sniper Pasukan Super Level sejak tadi. Seth..! Sethh..! Sethh..! Sang Jendral, Freedy, dan Pandu, yang melihat Hong Chen sudah bergerak menyerang Bara. Akhirnya mereka semua pun ikut melesat, hendak menyerang Bara. Para sahabat yang melesat juga telah bersiap dengan ilmu pamungkas mereka masing-masing. Ajian 'Sayap Pembelah Langit' disiapkan oleh Brian, ajian 'Tendangan Halilintar Semesta' disiapkan Sandi, Gatot siagakan 'Jari Singa Neraka'nya, dan David juga telah menyiapkan ilmu 'Tapak Budha Mengguncang Langit' miliknya. Seth..! Sett..! Dimas dan Leonard juga tak mau ketinggalan, mere
Langit bagai terbelah, saat menyambar sebuah kilatan halilintar bercahaya keemasan ke arah tangan Chen Sang yang teracung. Dan nampaklah kini, betapa tangan kanan Chen Sang di selimuti cahaya keemasan yang berkeredepan menyilaukan. Sebuah cambuk dengan 3 lidah petir berkilat-kilat, dengan mengeluarkan bunyi tegangan listrik yang mengerikkan di udara. Krrtzzh...! Krttzzkh..!! Krrttzzsk..!!Bara melirik ke arah timer, yang menunjukkan pertarungan sudah berada di menit ke 21. 'Hmm. Apa boleh buat, ini terpaksa', bathin Bara resah. "KALIAN SEMUA YANG DI BAWAH..! MENYINGKIRLAH LEBIH JAUH..!!" seru Bara memperingatkan, dengan lambaran tenaga dalamnya, pada semua orang yang berada di sekitar arena. Seketika semua orang di bawah pun bergerak menjauhi garis batas arena. Hati mereka semua sama berdebar. Ya, mereka semua sangat sadar, kiranya puncak pertarungan final telah tiba. Dan 'Pukulan Dua Naga' pamungkas Bara pun di siapkan tanpa ragu lagi. "Hyaarrghks...!!" Blaatzhs..!! Blaatzks
"Terimalah ini bedebah.!" Byaarshk..!! Chen Sang berseru keras, seraya kembali meledakkan energi dalam dirinya. Kini nampak sosoknya berubah di selubungi cahaya hitam pekat kemerahan. Inilah ilmu gabungan, antara power Naga Bumi dan ilmu 'Badai Bumi Neraka'..! Byaarshk..!!Bara juga meledakkan 'power' dalam dirinya. Seketika sosoknya berubah menjadi dua warna yang berbeda. Nampak sebagian sisik tubuhnya berwarna emas di kanannya, dan sisik putih cemerlang kebiruan di sebelah kirinya. Kedua matanya mencorong, dengan warna merah menyala dan biru berkilau. 'Ahh..! Penyelarasan dua Mustika Naga..!' seru bathin Chen Sang terkejut. Walau dia sudah mendengar dari gurunya, soal pemuda yang sanggup menyelaraskan dua power Mustika Naga ini. Namun tetap saja hatinya merasa tergetar. Melihat keindahan sekaligus kengerian 'power', di balik sosok Bara itu. Namun tentu saja Chen Sang juga sangat yakin, dengan 'power'nya sendiri. Segera Chen Sang menerapkan ilmu 'Badai Neraka Naga Bumi'nya.
Slaph..! Slaph..! Hampir bersamaan dan dengan kecepatan yang setara, Bara dan Chen Sang kini telah saling berhadapan di tengah arena pertarungan yang luas itu. Keduanya masih dalam posisi melayang tak menyentuh tanah. Keduanya nampak saling tatap dengan pandangan tajam, dalam jarak sekitar 15 meter. "Apakah kau yang membunuh kedua adik seperguruanku..?!" seru tajam Chen Sang. "Maaf, adik seperguruanmu yang mana..?" Bara balik bertanya tenang. Karena dia memang tak tahu, jika Cin Hai dan Han Jian adalah adik seperguruan dari Chen Sang. "Si Kipas Neraka dan si Naga Terbang..!" seru Chen sang geram bukan main, melihat ketenangan Bara. 'Seolah tak bersalah saja kau bangsat..!' seru hati Chen Sang murka. Nampak 4 buah helikopter dari pihak channel khusus telah terbang mengudara, di empat titik mereka dalam bentuk 'plus' di empat sisi arena. "Ohh..! Si Tukang Kipas dan si Pendek Kekar itu. Iya aku membunuhnya, karena mereka berbuat onar di negeriku," sahut Bara tersen
"Hmm. Sepertinya ini akan memakan waktu agak lama. David, konfirmasikan saja waktu pasang pertaruhan khusus pada menit ke 25 pada para rekanan kita. Pada menit tersebut akan bisa ditentukan, aku atau Chen Sang yang akan tewas," ucap Bara. Sepasang mata Bara pun langsung terpejam, bathinnya berusaha membaca alur pertarungan yang akan terjadi nanti malam. "Baraa..! Kau harus memenangkan pertarungan nanti malam, sobatku!" seru Sandi terkejut waswas, mendengar ucapan terakhir Bara. "Kau pasti menang Bara..! Jangan ragu untuk menghabisi lawanmu nanti malam!" seru Gatot yakin. 'Andai sampai kau kalah, maka aku juga akan turun arena dan menghabisi Graito..! Dialah biang kerok dari semuanya ini!' bathin Gatot bertekad."Mas Bara.! Kau harus memenangkan pertarungan nanti..!" seru Brian serak, dia sangat terkejut mendengar ucapan terakhir Bara yang sangat dikaguminya itu."Baik akan ku infokan waktu pasang taruhan itu pada seluruh rekan kita. Aku percaya padamu Bara..!" seru David mantap.
"Bara! Sebentar lagi aku landing di bandara A.A. Bere Tallo." "Ahh..! Kau merepotkan diri untuk datang Leonard. Kali ini sepertinya akan berbahaya Leonard. Apakah Marsha kau bawa serta..?" "Tidak ada alasan bagiku untuk tak berada di sisimu, saat kalian menghadapi bahaya. Tidak Bara, Marsha tak kuijinkan ikut, walaupun dia memaksa," sahut Leonard mantap. "Syukurlah Marsha tak ikut serta. Baiklah Leonard. Kau sudah datang, maka Brian akan menemuimu. Brian akan menunjukkan hotel, di mana Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan menginap. Untuk sementara kau bisa menempatinya, sambil menunggu Mas Dimas datang tak lama lagi," ujar Bara lega, mendengar Marsha tak ikut serta. Bara pun memberi arahan pada Leonard. "Baik Bara, aku mengerti." Klik.! "Brian kau berangkatlah sekarang juga ke pintu keluar Bandara. Untuk menyambut Leonard. Antarkan dia ke hotel tempat Mas Dimas dan Pasukkan Super Level akan bermalam. Dan temani dia hingga Mas Dimas datang, lalu kau kembalilah ke sini," uj
"Wah..! Mantap Norman..! Kau memang pandai menangkap angin surga rupanya! Hahaa..!" David merasa senang atas pasrtisipasi Norman, dalam rencana Bara cs menghabisi 'bisnis' sang Jendral. "Hahaaa..! Baik David, sementara itu dulu yang bisa kupertaruhkan saat ini. Jika ada rejeki mendadak, maka pasti akan kutambahkan taruhanku." Klik.!"Semuanya. Norman telah menyiapkan dana 9 triliun untuk bertaruh besok," ujar David, dengan wajah berseri. "Wah..! Sepertinya Graito akan nangis darah bila mengetahui hal ini. Hehe," Dimas menimpali. "Bukan hanya nangis darah Mas Dimas. Tapi nangis sambil bugil dia, kayak ODGJ baru..! Hahaha..!" timpal Gatot tergelak. "Mantap David..! Hehehe..!" seru Bara senang, seraya terkekeh mendengar celotehan para sahabatnya. Tuttt ... Tuttt ... Tuttt.! Ponsel Bara kembali berdering. Klik.! "Ya Andrei." "Bara, aku mendengar dari Tuan Winston, kalau dia ikut bertaruh atas kemenanganmu di kompetisi internasional itu. Apakah aku boleh ikut bertaruh atas keme