"A-apa..?! Channel khusus..?! Ceritakan tentang ini padaku Marsha," Bara sangat terkejut, saat mendengar pertarungannya disiarkan secara gelap oleh sebuah channel.Ya, tadinya Bara berpikir hanya orang-orang penjara dan beberapa kalangan saja, yang bisa menyaksikan pertarungan rahasia di kompetisi gelap ini. Namun ..."Ya channel khusus Bara. Aku juga baru beberapa hari berlangganan channel khusus ini. Biaya pemasangan dan berlangganannya cukup tinggi. Dan di layarnya juga di buka pasar pertaruhan berskala internasional Bara.Hanya saja perjanjian berlangganan channel ini sangat mengerikkan bagi pelanggan Bara. Jika kita membocorkan keberadaan channel khusus ini pada publik, maka pelanggan dan keluarga yang bersangkutan dipastikan dalam bahaya. Karena dia dan keluarganya akan di kejar oleh seluruh orang-orang bayaran jaringan penyelenggara kompetisi ini untuk dilenyapkan!" ungkap Marsha dengan suara pelan. "Gilaa..! Pantas saja bandar pertaruhannya sangat kuat. Rupanya berskala inte
"Heii..! Bara, Resti. Aku baru teringat siapa wanita tadi itu..!" seru David begitu tiba-tiba."A-apa David..! Kau mengenal Marsha..?" seru Bara kaget."Katakan siapa Marsha sebenarnya David..?!" seru Resti kaget, dia penasaran setengah mati."Sepertinya dia pernah punya 'affair' dengan Samuel, Bara. Aku ingat sekali wajahnya saat aku masuk ke ruang pribadi Samuel, lalu aku diperkenalkan Samuel padanya. Tak salah lagi itu pasti Marsha, Bara. Coba saja kau tanyakan padanya apakah dia mengenal Samuel Wijaya, jika dia datang lagi mengunjungimu," ujar David."Baik David, pasti akan kutanyakan padanya nanti," sahut Bara, hatinya kini jadi berprasangka kurang baik dengan maksud Marsha mengunjunginya."Wahh..! Apakah dia jenis wanita seperti itu David..?" seru Resti kaget mendengar kisah affair Marsha. Namun sekaligus ini menenangkan hatinya, karena pastinya Bara takkan mau dengan jenis wanita seperti itu, pikirnya.Namun baik Bara maupun David belum berani bicara terus terang pada Resti dan
"Nero telah tewas Bara. Aku baru saja duel dengannya di luar," bisik David mengabarkan pada Bara."Ahh..! Kau tak apa-apa David..?" tanya Bara sambil melirik ikatan kain di betis David, yang saat itu memakai celana bahan sedengkul."Betisku sedikit tergores karambitnya Bara. Tak apa, hanya luka kecil," sahut David."Ok David, kembalilah ke sel. Di ranselku ada perban dan betadine, kau bisa memakainya. Lalu jangan lupa pakai celana panjangmu, agar tak terlihat petugas," ujar Bara memberi arahan."Dan rahasiakan hal ini dari siapapun. Termasuk teman satu sel kita," ucap Bara lagi."Baik Bara. Aku masuk sekarang," sahut David seraya bergegas kembali ke selnya yang belum di gembok.David pun segera mengambil perban dan betadine di ransel Bara, lalu merawat lukanya. Jarot, Didin dan Amir hanya memandang penuh tanda tanya atas luka di betis David."Betis kau kenapa David..?" tanya Jarot yang tak bisa menahan rasa penasarannya."Tergores paku pintu WC tadi Rot," sahut David berbohong.David
"Cerdass..!! Kau bisa membaca 'alur' kami Bramantyo. Hahahaa..!" seru Freedy seraya terbahak senang."Sekarang kau kembalilah Sanwani, terimakasih atas kejadian ini. Nantikan saja bonus dari kami," ucap Freedy tersenyum senang pada Sanwani."Baik. Terimakasih Tuan Freedy, Pak Bram..!" seru Sanwani dengan wajah cerah.Alih-alih mendapat sanksi kini dirinya malah di puji pihak penyelenggara dan dijanjikan sebuah bonus. Siapa yang hatinya tak melenting ke surga kalau begini..?! Hehe.Sanwani beranjak keluar dari ruang kepala penjara pusat dengan hati bak mau meledak gembira. Sangat kontras dengan saat dirinya hendak masuk ke ruangan itu.Ratman yang menunggunya diluar pun terlongong bengong menatap Sanwani. Dia tadinya sudah mengira atasannya itu akan di pecat dari jabatannya.Sementara taman di Blok D sendiri masih ramai dengan kumpulan para napi yang penasaran, saat Sanwani kembali tiba di tempat itu dengan wajah cerahnya."Kalian cepat bereskan mayat Nero..!" seru Sanwani pada para ba
"Boss..! David..! Ada kabar terbaru dari Pak Sanwani. Hhh...hhh," Jarot berseru terengah, sambil berlari mendekat ke arah mereka."Ada apa Jarot..? Tenangkan dulu dirimu," tanya Bara seraya menyuruh Jarot untuk tenang."Bos, peraturan pertarungan yang berlaku di final nanti bukan lagi 3 ronde. Baru saja Pak Sanwani memberitahu pada kami semua. Bahwa peraturan yang berlaku nanti di arena final adalah, bertarung hingga ada yang kalah.Ini sama saja bertarung sampai ada yang mati Bos..!" seru Jarot mengabarkan berita itu, dengan ekspresi wajah kesal dan panik."Hmm. Sungguh semena-mena pihak penyelenggara mengubah-ubah peraturannya. Brengsek..!" maki David kesal."Hhh. Kita ikuti saja apa maunya mereka. Bagiku tak masalah pertarungan besok di gelar dengan sistem ronde atau pun tidak," ujar Bara tenang, setelah dia menghela nafasnya."Blok D juga kini terbelah menjadi 2 kubu Bos, sebagian memihak Cakar Tengkorak. Padahal tadinya hampir 3/4 penghuni Blok D bertaruh untuk Bos," lapor Jarot k
"Ada satu hal lagi yang perlu kalian semua ketahui. dengan mengikuti kompetisi gelap ini, artinya status Bara Satria saat ini adalah seorang napi. Dan tentunya kita tak bisa membebaskannya begitu saja dari hukum negara," ucap Raka menjelaskan. "Raka, bagaimana caranya kau bisa berlangganan channel khusus itu..? Bukankah itu illegal..?!" tanya Prana penasaran, dengan adanya channel khusus itu. "Gerakkan mereka sangat profesional dan terkoordinir rapih Prana. Untuk berlangganan 'channel khusus' ini saja, mereka menyelidiki lebih dulu calon pelanggannya. Beruntunglah di Semarang aku lebih dikenal sebagai pengusaha property dibanding sebagai veteran militer. Akhirnya aku lolos seleksi mereka dan bisa berlangganan. Biaya berlangganannya pun agak mahal, 100 juta per season. Ya, bagiku ini penting untuk melihat perkembangan bela diri di tanah air bahkan dunia, walaupun sifat penyelenggaraannya memang illegal," jelas Raka. "Hmm. Sungguh mengerikkan..! Siapa dalang di balik penyelenggaraan
Vroomm..! Nnggg...! NNngggg ......!Brian langsung menggas pool motornya, karena dia paham Elsa sedang di kejar waktu untuk menemui kakaknya di Pondok Indah.Motor Brian pun melesat cepat dan lincah menjelajahi jalan raya, menuju area perumahan elit Pondok Indah yang terletak di Pondok Pinang, Jakarta selatan.Tak sampai 15 menit mereka sudah tiba di depan gerbang rumah megah Vivian. Tampak Vivian saat itu sedang bersitegang dengan tiga orang berseragam hitam di teras rumahnya.Satpam gerbang juga tengah berjaga dan siaga, untuk menjaga majikannya di sekitar teras itu. Elsa segera turun dari motor Brian. Brian pun ikut masuk dan memarkirkan motornya dekat pos satpam di gerbang rumah Vivian.Terlihat sebuah APV hitam terparkir di depan pagar rumah Vivian, Brian menduga mobil itu tentunya milik tiga orang berseragam hitam itu."Tidak bisa Bu.! Rumah ini besok harus segera di kosongkan..! Sebaiknya Ibu sekeluarga bersiap dan berkemas sejak dari sekarang..!" seru seorang petugas itu ngoto
"Ok Ayah."Klikh! Tuttt ... Tuttt .. Tuttt...!Baru saja Freedy selesai bicara dengan sang ayah. Masuk lagi panggilan ke ponselnya, dilihatnya nama pemanggil di layar ponselnya, 'Mr. Colby memanggil'.Klikh!"Hallo mister Colby." "Ahh. Freedy..! Senang mendengar suaramu kembali. Jagoan Amerika punya kabar 'dahsyat' buat anda.""Hahaaa..! Mister Colby, semoga saja yang kaukatakan itu bisa 'terlihat' buktinya."Ujar Freedy terbahak. Karena tahun lalu, jago dari Amerika bahkan tak sampai semi final kompetisi gelap internasional."Itu tahun lalu Freedy! Sebelum kaulihat video yang sebentar lagi kukirimkan padamu. Kami baru saja merekamnya untukmu. Dan katakan pesan saya untuk para peserta tahun ini, 'Jangan bermimpi terlalu indah..!' Hahahaaaa..!"Klikh! Mr. Colby mengakhiri panggilannya.'Damn you Colby..!' bathin Freedy kesal, karena lawan bicaranya mematikan panggilan dengan tiba-tiba.Dia pun beranjak masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang berkeringat. Setelah sejak s