"Cerdass..!! Kau bisa membaca 'alur' kami Bramantyo. Hahahaa..!" seru Freedy seraya terbahak senang."Sekarang kau kembalilah Sanwani, terimakasih atas kejadian ini. Nantikan saja bonus dari kami," ucap Freedy tersenyum senang pada Sanwani."Baik. Terimakasih Tuan Freedy, Pak Bram..!" seru Sanwani dengan wajah cerah.Alih-alih mendapat sanksi kini dirinya malah di puji pihak penyelenggara dan dijanjikan sebuah bonus. Siapa yang hatinya tak melenting ke surga kalau begini..?! Hehe.Sanwani beranjak keluar dari ruang kepala penjara pusat dengan hati bak mau meledak gembira. Sangat kontras dengan saat dirinya hendak masuk ke ruangan itu.Ratman yang menunggunya diluar pun terlongong bengong menatap Sanwani. Dia tadinya sudah mengira atasannya itu akan di pecat dari jabatannya.Sementara taman di Blok D sendiri masih ramai dengan kumpulan para napi yang penasaran, saat Sanwani kembali tiba di tempat itu dengan wajah cerahnya."Kalian cepat bereskan mayat Nero..!" seru Sanwani pada para ba
"Boss..! David..! Ada kabar terbaru dari Pak Sanwani. Hhh...hhh," Jarot berseru terengah, sambil berlari mendekat ke arah mereka."Ada apa Jarot..? Tenangkan dulu dirimu," tanya Bara seraya menyuruh Jarot untuk tenang."Bos, peraturan pertarungan yang berlaku di final nanti bukan lagi 3 ronde. Baru saja Pak Sanwani memberitahu pada kami semua. Bahwa peraturan yang berlaku nanti di arena final adalah, bertarung hingga ada yang kalah.Ini sama saja bertarung sampai ada yang mati Bos..!" seru Jarot mengabarkan berita itu, dengan ekspresi wajah kesal dan panik."Hmm. Sungguh semena-mena pihak penyelenggara mengubah-ubah peraturannya. Brengsek..!" maki David kesal."Hhh. Kita ikuti saja apa maunya mereka. Bagiku tak masalah pertarungan besok di gelar dengan sistem ronde atau pun tidak," ujar Bara tenang, setelah dia menghela nafasnya."Blok D juga kini terbelah menjadi 2 kubu Bos, sebagian memihak Cakar Tengkorak. Padahal tadinya hampir 3/4 penghuni Blok D bertaruh untuk Bos," lapor Jarot k
"Ada satu hal lagi yang perlu kalian semua ketahui. dengan mengikuti kompetisi gelap ini, artinya status Bara Satria saat ini adalah seorang napi. Dan tentunya kita tak bisa membebaskannya begitu saja dari hukum negara," ucap Raka menjelaskan. "Raka, bagaimana caranya kau bisa berlangganan channel khusus itu..? Bukankah itu illegal..?!" tanya Prana penasaran, dengan adanya channel khusus itu. "Gerakkan mereka sangat profesional dan terkoordinir rapih Prana. Untuk berlangganan 'channel khusus' ini saja, mereka menyelidiki lebih dulu calon pelanggannya. Beruntunglah di Semarang aku lebih dikenal sebagai pengusaha property dibanding sebagai veteran militer. Akhirnya aku lolos seleksi mereka dan bisa berlangganan. Biaya berlangganannya pun agak mahal, 100 juta per season. Ya, bagiku ini penting untuk melihat perkembangan bela diri di tanah air bahkan dunia, walaupun sifat penyelenggaraannya memang illegal," jelas Raka. "Hmm. Sungguh mengerikkan..! Siapa dalang di balik penyelenggaraan
Vroomm..! Nnggg...! NNngggg ......!Brian langsung menggas pool motornya, karena dia paham Elsa sedang di kejar waktu untuk menemui kakaknya di Pondok Indah.Motor Brian pun melesat cepat dan lincah menjelajahi jalan raya, menuju area perumahan elit Pondok Indah yang terletak di Pondok Pinang, Jakarta selatan.Tak sampai 15 menit mereka sudah tiba di depan gerbang rumah megah Vivian. Tampak Vivian saat itu sedang bersitegang dengan tiga orang berseragam hitam di teras rumahnya.Satpam gerbang juga tengah berjaga dan siaga, untuk menjaga majikannya di sekitar teras itu. Elsa segera turun dari motor Brian. Brian pun ikut masuk dan memarkirkan motornya dekat pos satpam di gerbang rumah Vivian.Terlihat sebuah APV hitam terparkir di depan pagar rumah Vivian, Brian menduga mobil itu tentunya milik tiga orang berseragam hitam itu."Tidak bisa Bu.! Rumah ini besok harus segera di kosongkan..! Sebaiknya Ibu sekeluarga bersiap dan berkemas sejak dari sekarang..!" seru seorang petugas itu ngoto
"Ok Ayah."Klikh! Tuttt ... Tuttt .. Tuttt...!Baru saja Freedy selesai bicara dengan sang ayah. Masuk lagi panggilan ke ponselnya, dilihatnya nama pemanggil di layar ponselnya, 'Mr. Colby memanggil'.Klikh!"Hallo mister Colby." "Ahh. Freedy..! Senang mendengar suaramu kembali. Jagoan Amerika punya kabar 'dahsyat' buat anda.""Hahaaa..! Mister Colby, semoga saja yang kaukatakan itu bisa 'terlihat' buktinya."Ujar Freedy terbahak. Karena tahun lalu, jago dari Amerika bahkan tak sampai semi final kompetisi gelap internasional."Itu tahun lalu Freedy! Sebelum kaulihat video yang sebentar lagi kukirimkan padamu. Kami baru saja merekamnya untukmu. Dan katakan pesan saya untuk para peserta tahun ini, 'Jangan bermimpi terlalu indah..!' Hahahaaaa..!"Klikh! Mr. Colby mengakhiri panggilannya.'Damn you Colby..!' bathin Freedy kesal, karena lawan bicaranya mematikan panggilan dengan tiba-tiba.Dia pun beranjak masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang berkeringat. Setelah sejak s
"Sombongnya kau Resti..! Apakah kau pikir aku tak bisa menghentikan kariermu di restoran ini.?!" Evan berseru tajam. Ya, Evan merasa tersinggung karena remasan tangannya di bokong Resti ditampik keras oleh gadis itu.Kejadian berawal saat Resti tengah menjemur pakaian bebasnya di halaman belakang restoran. Setelah dia baru saja berganti pakaian kerja di ruang ganti. Tengah asik memasukkan pakaiannya ke dalam hanger, tiba-tiba saja sebuah remasan panas dan nakal mendarat di bokong indah Resti.Karuan saja Resti menepis keras tangan si peremas itu, sambil dia membalikkan badannya. Dilihatnya Evan sedang tersenyum penuh modus di depannya. Hal itulah yang menyebabkan Resti langsung berseru marah, dan mengusir Evan dari tempat itu seperti yang telah dikisahkan.Jabatan Evan di restoran itu adalah sebagai Captain. Tentu saja dia merasa memiliki banyak celah, untuk 'menjatuhkan' posisi Resti yang hanya seorang hostess di restoran itu."Evan..! Jangan kaukira dengan jabatanmu sebagai captain
"Hahhh..!! A-apaa..?!! Kau pembohong..!!" seru Samuel terkejut bukan kepalang seraya memaki Elsa.Klik..!Elsa mematikan panggilan, membuka galerinya yang di sandi, lalu mengirimkan beberapa gambar screenshot percakapan Samuel dan Robert ke nomor Samuel."A-apa..?! Elsa mei mei kau memilikinya..?!" seru Vivian hampir tak percaya, jika bukan Elsa yang mengatakannya dia pasti akan langsung tak percaya."Benar Cici, aku memilikinya berkat seorang sahabat yang masih setia padaku dan Koko Julian. Dia bersedia menjadi mata dan telingaku di kantor Samuel. Samuel mengira dengan mempercayakan ponsel Robert pada orang kepercayaannya, dia sudah merasa aman.Namun orang kepercayaannya ternyata terlalu bodoh..! Dia malah menyuruh bawahannya yang ternyata adalah sahabatku itu untuk memusnahkannya. Rio langsung menyerahkan ponsel Robert padaku.Untunglah Rio, sahabat kepercayaanku itu sudah keluar dari perusahaan Samuel seminggu yang lalu. Rio sekarang bekerja di Singapura, pada perusahaan sahabat J
"Baik. Terimakasih," ucap David, seraya beranjak menuju kursi para perwakilan gang sel, yang telah di sediakan oleh pihak penyelenggara di belakang.Nampak Jarot dan Paul telah duduk di sana, David pun menghampiri mereka dan ikut duduk berderet dengan mereka. Melihat sekitarnya, David menyaksikan semua kursi telah penuh oleh para penonton yang hendak menyaksikan pertarungan 'istimewa' itu.Karena sistem pertarungan yang seharusnya memakai sistem 3 ronde di level Blok, oleh penyelenggara telah di rubah menjadi sistem pertarungan sampai ada yang kalah tanpa jeda.Dan hal utama yang menjadikan pertarungan ini membuat rasa penasaran di hati penonton 'merajalela'. Adalah karena peserta final kompetisi Blok D Bara Satria, harus melawan semifinalis petarung di level area Seto, si Cakar Tengkorak!"Tenanglah Marini. Bara pasti akan menang," bisik Raka yang duduk di sebelah Marini, dia melihat Marini tampak sangat tegang malam itu."Paman Raka. Bagaimana aku bisa tenang, kalau aku harus menya