"Sombongnya kau Resti..! Apakah kau pikir aku tak bisa menghentikan kariermu di restoran ini.?!" Evan berseru tajam. Ya, Evan merasa tersinggung karena remasan tangannya di bokong Resti ditampik keras oleh gadis itu.Kejadian berawal saat Resti tengah menjemur pakaian bebasnya di halaman belakang restoran. Setelah dia baru saja berganti pakaian kerja di ruang ganti. Tengah asik memasukkan pakaiannya ke dalam hanger, tiba-tiba saja sebuah remasan panas dan nakal mendarat di bokong indah Resti.Karuan saja Resti menepis keras tangan si peremas itu, sambil dia membalikkan badannya. Dilihatnya Evan sedang tersenyum penuh modus di depannya. Hal itulah yang menyebabkan Resti langsung berseru marah, dan mengusir Evan dari tempat itu seperti yang telah dikisahkan.Jabatan Evan di restoran itu adalah sebagai Captain. Tentu saja dia merasa memiliki banyak celah, untuk 'menjatuhkan' posisi Resti yang hanya seorang hostess di restoran itu."Evan..! Jangan kaukira dengan jabatanmu sebagai captain
"Hahhh..!! A-apaa..?!! Kau pembohong..!!" seru Samuel terkejut bukan kepalang seraya memaki Elsa.Klik..!Elsa mematikan panggilan, membuka galerinya yang di sandi, lalu mengirimkan beberapa gambar screenshot percakapan Samuel dan Robert ke nomor Samuel."A-apa..?! Elsa mei mei kau memilikinya..?!" seru Vivian hampir tak percaya, jika bukan Elsa yang mengatakannya dia pasti akan langsung tak percaya."Benar Cici, aku memilikinya berkat seorang sahabat yang masih setia padaku dan Koko Julian. Dia bersedia menjadi mata dan telingaku di kantor Samuel. Samuel mengira dengan mempercayakan ponsel Robert pada orang kepercayaannya, dia sudah merasa aman.Namun orang kepercayaannya ternyata terlalu bodoh..! Dia malah menyuruh bawahannya yang ternyata adalah sahabatku itu untuk memusnahkannya. Rio langsung menyerahkan ponsel Robert padaku.Untunglah Rio, sahabat kepercayaanku itu sudah keluar dari perusahaan Samuel seminggu yang lalu. Rio sekarang bekerja di Singapura, pada perusahaan sahabat J
"Baik. Terimakasih," ucap David, seraya beranjak menuju kursi para perwakilan gang sel, yang telah di sediakan oleh pihak penyelenggara di belakang.Nampak Jarot dan Paul telah duduk di sana, David pun menghampiri mereka dan ikut duduk berderet dengan mereka. Melihat sekitarnya, David menyaksikan semua kursi telah penuh oleh para penonton yang hendak menyaksikan pertarungan 'istimewa' itu.Karena sistem pertarungan yang seharusnya memakai sistem 3 ronde di level Blok, oleh penyelenggara telah di rubah menjadi sistem pertarungan sampai ada yang kalah tanpa jeda.Dan hal utama yang menjadikan pertarungan ini membuat rasa penasaran di hati penonton 'merajalela'. Adalah karena peserta final kompetisi Blok D Bara Satria, harus melawan semifinalis petarung di level area Seto, si Cakar Tengkorak!"Tenanglah Marini. Bara pasti akan menang," bisik Raka yang duduk di sebelah Marini, dia melihat Marini tampak sangat tegang malam itu."Paman Raka. Bagaimana aku bisa tenang, kalau aku harus menya
"Baraa..!! Menanglah..!!" Marsha berseru keras menyemangati pria idamannya itu.Ya, Marsha kini nampak antusias setelah melihat atraksi badas, yang dipertunjukkan Bara saat memasuki arena tadi. Harapan di hatinya akan kemenangan Bara pun bertambah besar.Beberapa penonton VIP pria yang duduk di sekitar Marsha pun menoleh dengan pandangan aneh, namun juga iri. Karena wanita yang tampaknya datang seorang diri itu, sepertinya memiliki 'perhatian' khusus pada Bara, petarung yang kini tengah berlaga di arena."Kang Seto..! Berjuanglah..!" seru Clara juga menyemangati Seto, walau jujur saja matanya kini menatap sosok Bara dengan pandangan kagum.'Aih..! Gagah dan cool sekali lawan Kang Seto itu. Sangat berkharisma', gumam bathin Clara tertarik.TEENNGG..!!Bunyi lonceng tanda pertarungan di mulai berdentang keras."Hiahh..!!" Damb..!Kaki kanan Seto langsung menghantam keras lantai arena, seraya memasang kuda-kuda besinya. Segera dia menghirup nafas panjangnya dan mulai bergerak perlahan se
'Sepuluh menit 55 detik. Sekarang..!' bathin Bara berseru.Bara berhenti menghindar dan memasang dadanya untuk dihantam Seto, Seto pun berseru keras dengan hati diliputi kegembiraan."Hiahhh..!!" Clangg..!! Claankh..!! Kreekhh...!! Seto mengerahkan seluruh tenaga maksimalnya pada serangan itu. Kedua 'Cakar Tengkorak Hitam'nya menghantam keras dada Bara. Terdengar suara nyaring benturan antara 'Cakar Tengkorak Hitam' dan aji 'Perisai Baja', yang telah di tingkatkan lapisan tenaga dalamnya oleh Bara."AaaArghhssss...!!" jeritan memilukan Seto bertinggi nada 10 oktav 'menggelegar' di seantero ruang arena pertarungan itu, saat kesepuluh jari hitam Seto berderak patah dalam waktu bersamaan menghantam 'Perisai Baja' milik Bara."Hahhhh...!!!!" seru keras semua penonton yang menyaksikan dan merasa kaget bukan kepalang, mendengar 'nyanyian solo' Seto yang menembus gendang telinga mereka semua. "Bara anakku..!!" suara pekikan Marini yang berada di bagian tengah kursi penonton pun tenggelam,
"Baik Paman, kupercayakan Ibuku pada Paman sekalian," bisik Bara sambil menyerahkan tubuh sang ibu di pondongan Tedjo."Seth..! Sethh..! ... Sethh..!"Keempat serangkai langsung melesat cepat menuju pintu yang masih terbuka lebar, lalu sosok mereka langsung melesat lenyap melewati tembok penjara kota."Ahhh..!!" seluruh penonton tak terkecuali Freedy berseru terkejut, melihat atraksi ilmu meringankan tubuh keempat serangkai tersebut.Ya, sungguh lesatan yang sangat cepat dan hampir tak terlihat oleh mata semua yang hadir di arena itu. Keempat sosok berikut sosok Marini tiba-tiba telah lenyap dari pandangan mereka semua. Badas..! Sementara Bara juga masih berdiri terdiam di tengah arena, matanya masih beriak basah menatap ke arah pintu keluar itu. Pintu tempat terakhir dia melihat sosok ibunya di bawa pergi, oleh keempat pengawal sang kakek.Bara sendiri pernah mendengar cerita dari sang kakek disela-sela latihan mereka dulu. Bahwa sang kakek memang memiliki banyak sahabat yang 'berke
"Aku baik saja David. Wahh, mantap David..! Sebaiknya mari kita bicara di dalam sel saja," seru Bara gembira, seraya mengajak sahabatnya itu kembali ke sel mereka.Suasana di ruang arena kini telah berangsur sepi, rupanya para penonton sudah beranjak keluar meninggalkan ruang itu.Tak lama kemudian Bara dan David tiba di depan Gang 5. Nampak Barjo, Paul, dan Jarot, seolah tengah menanti mereka di depan pintu gerbang sel Gang 5. Pintu gerbang sel Gang 5 juga telah terbuka lebar saat itu."Selamat Bara..!" seru Barjo, sambil bergegas menyambut Bara dengan pelukkan dan rangkulan akrab. Hal yang tak pernah dilakukan Barjo pada napi lainnya.Dirinya begitu gembira mendengar kabar kemenangan Bara, yang berarti uang taruhannya yang 5 juta kini telah menjadi 15 juta. Karena bandar berani membayar 3 kali lipat dari pasangan taruhan global, pada pertarungan malam itu.Sesungguhnya pihak Bandar sendiri pun 'terpeleset' dalam prediksi mereka. Mereka sesungguhnya memprediksikan kemenangan Cakar Te
Tuttt ... Tuuttt ... Tuttt.!"Klik. Ya Tuan Freedy," sahut Clara yang saat itu masih berada di Villanya, tempat dia kemarin bertugas melayani Seto. Rupanya Clara belum meninggalkan villa itu, karrena masih menunggu perintah Freedy. "Clara, kau tetaplah di sana, dan mulai hari ini kau layanilah Bara Satria seperti kau melayani Seto. Soal bayaran tetap akan kubayarkan sesuai kesepakatan kita Clara.""Baik Tuan Freedy. Akan saya lakukan pekerjaan itu sebaik mungkin.""Ok Clara." Klikh! Freedy mengakhiri panggilannya. *** Sementara itu di dalam 'Maestro Kitchen' terjadi kehebohan yang luar biasa pagi itu.Revina dan Resti baru saja tiba di restoran pagi itu,"Vina, kau duluan saja ke ruang ganti ya. Aku ke toilet dulu sebentar," ucap Resti, yang langsung berlari kecil ke arah toilet untuk buang air kecil.Revina pun meneruskan langkahnya menuju ke ruang ganti pakaian khusus karyawan wanita. Revina melihat semua karyawan wanita sudah hadir dan berganti pakaian, hanya dia dan Resti yan