Pagi itu seperti biasa Reyhan menjemput Shakira (Ara) untuk berangkat sekolah bersama. Kedekatannya dengan Shakira sempat menjadi topik hangat di sekolah yang mengira bahwa mereka adalah pasangan kekasih.
"Ara, tuh bodyguard kamu selalu ngikutin kita terus. Apa nggak capek?" tunjuk Reyhan pada kaca spion motornya yang memperlihatkan sebuah mobil yang selalu mengikuti mereka kemanapun mereka pergi.
"Abaikan aja, kamu tahu sendiri gimana kak Arka." jawab Shakira seakan tak peduli.
"Cie, yang di kawal calon suami." goda Reyhan.
Bugghh!!
Sebuah pukulan mendfarat di punggung Reyhan, sehingga membuat Reyhan oleng saat membawa motornya. "Dasar gadis bar-bar. Bisa nggak sih nggak perlu pakai mukul? Lagi dijalan ini." ucap Reyhan."Bisa nggak sih nggak perlu bawa-bawa calon suami? Dia itu bukan calon suamiku." jawab Shakira kesal.
Reyhan justru tertawa melihat amarah Shakira. "Nggak usah ngelak, jodoh nggak ada yang tahu, Ara."
"Susah ngomong sama kamu. Mentang-mentang banyak jodohnya di sekolah." ledek Shakira.
Reyhan kembali tergelak tawanya. Dan memang, selama di sekolah Reyhan terkenal dekat dengan beberapa gadis. Gayanya yang wellcome dengan siapa saja membuat para gadis nyaman dengannya. Tidak terkecuali Shakira yang dekat dengan Reyhan semenjak setahun lalu.
Orangtua Reyhan sering membawa serta Reyhan saat berkunjung kerumah Shakira. Dikarenakan Papanya Reyhan adalah orang kepercayaan orangtua Shakira di perusahaan. Sehingga kedekatan kedua keluarga sangat kental terasa.
Dulu saat pertama bertemu, Shakira sangat pendiam dan tidak suka bergaul dengan siapapun. Kalau bukan karena satu sekolah dan juga masuk di kelas taekwondo serta beladiri bersama, mungkin keduanya tidak akan sedekat ini sekarang.
Motor yang di kendarai Reyhan memasuki gerbang sekolah. Tapi mobil yang mengikutinya berhenti didepan sekolah untuk memastikan bahwa orang itu selamat sampai tujuan. Mata sang pengemudi mobil melihat tajam kearah Reyhan dan Shakira yang sudah masuk kedalam halaman sekolah. "Kapan hatimu akan mencair seperti dulu lagi, Ara?" gumamnya sambil menatap ke depan, lalu ia menghela napasnya.
Setelah memastikan jika orang yang di sayanginya selamat sampai di sekolah. Mobil itu kembali melaju pelan meninggalkan sekolah SMA negeri di kota S itu. Ia menuju ke sebuah resort yang sudah terkenal di kota tersebut, karena memang itu adalah salah satu rutinitasnya selama ini.
Reyhan dan Shakira berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ke dalam kelasnya. Sesekali Ara menendang kaki Reyhan saat pemuda itu selalu saja membuat Ara kesal.
"Rey! Tunggu!" suara seseorang memanggil Reyhan dari arah belakang.
Reyhan dan Shakira menoleh. "Ada apa?" tanya Reyhan.
"Tadi ada yang ngasih ini di depan, katanya buat kamu." ucap seorang pemuda yang sepertinya kenal dengan Reyhan.
"Makasih ya." ucap Reyhan.
Pemuda itu mengangguk. "Sama-sama, Rey." jawabnya, lalu ia meninggalkan Reyhan dan Ara.
"Kamu duluan aja ke kelas. Aku ke depan dulu." ucap Reyhan pada Ara.
"Iya."
Shakira pun berbalik badan dan berjalan menuju ke kelasnya. Sedangkan Reyhan dengan membawa sebuah amplop coklat itu setengah berlari menuju ke depan sekolah. Amplop coklat misterius itu membuat Rey penasaran siapa yang sudah mengirimkan itu padanya.
Semenjak Reyhan menerima pekerjaan sampingan dari Andi, ia merasa seperti ada saja orang yang mengikutinya. Entah itu hanya perasaan Reyhan saja atau memang ada yang benar-benar mengikuti dirinya? Yang jelas karena itu, beberapa kali Reyhan mendapat teror surat kaleng.
Contohnya kali ini, ia tidak tahu siapa pengirim amplop coklat yang kini ada di tangannya. Namun di dalam amplop tersebut terdapat sebuah kertas bertuliskan ancaman supaya Reyhan menyerahkan semua data yang telah ia retas kepada seseorang dengan cara mengikuti petunjuk yang ada di dalam amplop tersebut.
'Sebenarnya organisasi apa itu? Kenapa data di dalam organisasi itu sepertinya menjadi incaran banyak orang? Pekerjaan kali ini sepertinya akan sangat sulit di tangani.' batin Reyhan penuh tanya.
Reyhan kembali masuk ke dalam halaman sekolah, setelah ia tidak menemukan siapa pun di depan pintu gerbang. Walaupun dirinya sangat penasaran siapa yang telah mengirimkan surat kaleng tersebut, namun Reyhan lebih memilih untuk mengabaikannya.
Lagi pula pekerjaan dari Andi belum ia kerjakan sepenuhnya, ia baru mempelajari semua data yang di berikan Andi sebagai pendukung. Jadi jika ada yang menginginkan data yang berhasil ia retas, maka jawabannya data tersebut belum ada di tangannya.
Seperti pelajar pada umumnya, tidak terlihat ada keistimewaan yang Reyhan miliki. Hanya satu yang membuatnya terkenal di sekolah, yaitu banyak gadis yang menjadi korban akan gombalannya.
"Rey, sebenarnya apa hubungan kamu dengan Ara? Kenapa kalian terlihat begitu dekat sekali. Aku cemburu tahu, Rey." ucap salah seorang gadis yang kini duduk bersama dengan Rey di sebuah kursi yang ada di taman sekolah.
"Apapun hubunganku dengan Ara, tidak akan mengurangi rasa sayangku ke kamu, Alice." jawab Rey sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga gadis yang ternyata bernama Alice.
Mendengar jawaban Reyhan, gadis itu pun tersipu malu, wajahnya bersemu merah. Hatinya pun terasa berbunga-bunga. "Benarkah itu?" tanyanya memastikan.
"Tentu saja benar, aku menyayangimu seperti aku menyayangi adikku sendiri. Jadi bagaimana bisa kamu membandingkan dirimu dengan Ara." jawab Reyhan sambil tersenyum tak berdosa.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Reyhan begitu keras, sehingga Reyhan merasakan kebas di salah satu pipinya. "Kenapa menamparku? Apa ada yang salah dengan jawabanku?" tanya Reyhan dengan wajah tak berdosa.
"Dasar lelaki tidak peka." ucap Alice. Lalu ia meninggalkan Reyhan sambil menghentakkan kakinya karena kesal dengan sikap Reyhan yang tidak peka akan perasaannya.
"Wanita dengan sejuta misterinya." gumam Reyhan sambil menatap punggung Alice yang kini sudah berjalan jauh darinya. Ia mengusap pipinya yang masih kebas dan mungkin saja memerah akibat tamparan Alice. "Sakit juga ternyata." keluh Reyhan.
"Kena tampar lagi?" tanya Bagas yang datang entah darimana sambil tertawa lebar mengejek Reyhan yang masih mengusap pipinya dengan telapak tangan.
Reyhan memutar bola matanya malas melihat Bagas yang menertawakannya. "Kebiasaanmu selalu ngintip. Mana yang lain?" tanya Reyhan.
"Benny sama Alex ada di kantin." jawab Bagas.
"Lah terus ngapain kamu di sini?" tanya Reyhan dengan keningnya berkerut menaruh curiga dengan sahabatnya itu. Karena jika sudah begini, pasti ada maunya.
"Aku nyariin kamu." jawab Bagas lalu duduk di samping Reyhan dan merangkul pundaknya.
Reyhan melirik ke Bagas yang kini ada di sampingnya semakin curiga. "Nyari aku? Kenapa?" tanya Reyhan sambil memicingkan matanya.
"Iya, mau minta tolong."
"Hem. Udah aku duga. Minta tolong apa?"
"Bantu aku ngerjain PR matematika." jawab Bagas sambil tertawa dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Habisnya cuma kamu yang bisa di andalkan dalam hal itu."
"Ogah." Reyhan lalu beranjak dari duduknya meninggalkan Bagas.
"Please Rey. Bantuin aku." ucap Bagas memohon.
"Imbalan buat aku apa? Di dunia ini tidak ada yang selamanya gratis." ucap Reyhan dengan mimik muka serius.
"Orang sepertimu memangnya butuh apa lagi?" tanya Bagas.
Reyhan memperlihatkan senyuman misteriusnya kepada Bagas, "Ruang khusus yang ada di cafe kamu. Aku akan memakainya selama beberapa hari ke depan, gimana?"
Bagas mengerutkan keningnya, "Tidak bisakah kamu meminta yang lain?"
"Kalau tidak mau juga terserah. Bukan aku yang rugi." jawab Reyhan lalu ia kembali berjalan menjauh dari Bagas.
"Oke, oke. Kamu bisa memakainya kapanpun, asal kamu membantuku mengerjakan PR selama satu semester ini."
Senyuman mengembang di sudut bibir Reyhan. "Deal." jawabnya.
Bagi Reyhan memakai ruangan yang ada di cafe milik Bagas, dapat membuatnya lebih berkonsentrasi dari pada mengerjakan pekerjaan yang berikan Andi di rumahnya. Selain mamanya yang suka mengomel akibat dirinya suka begadang, Reyhan tidak ingin Papanya mengetahui pekerjaan yang ia lakukan.
Di tambah lagi ruangan khusus di cafe Bagas juga kedap suara, jadi akan lebih aman.
Bagas dan Reyhan berjalan menuju ke kelas mereka, sesekali Reyhan mengelus pipinya yang masih terasa kebas dan juga nyeri akibat tamparan Alice yang begitu keras.
Bersambung ...
Jam pelajaran telah usai, kini Reyhan bersiap untuk pulang. Ia terlihat menunggu seseorang di tempat parkir motor yang di sediakan pihak sekolah. Tidak lama kemudian terlihat Shakira berjalan menghampirinya. "Dasar lamban." gerutu Reyhan sambil menyodorkan helm kearah Shakira."Cerewet. Ayo jalan." jawab Shakira (Ara).Reyhan hanya tertawa mendengar nada perintah dari Shakira. Gadis cantik namun galak yang menjadi sahabat dekatnya itu memang selalu seperti itu. Tidak ada sisi feminimnya sama sekali, apalagi sisi manja seperti gadis pada umumnya."Latihan kan hari ini?" tanya Reyhan."Hem.""Ok."Reyhan mulai menyalakan mesin motornya, lalu dengan cepat melesat meninggalkan halaman parkir sekolah. Seperti biasanya mereka akan ke tempat latihan taekwondo, kegiatan itu sudah menjadi rutinitas yang mereka lakukan hampir setiap hari.Di saat sedang berada di jalanan yang sepi. Di belakang Reyhan muncul beberapa moto
Mereka berpikir jika Shakira adalah gadis lemah, namun mereka salah. Karena ucapan Shakira tersebut memicu para preman untuk kembali menyerang membabi buta."Kalian semua jangan beri dia kesempatan untuk menghirup udara sampai besok. Habisi sekarang juga!" perintah ketua preman kembali membuat anak buahnya menyerang Reyhan dan juga Shakira.Baik Reyhan atau pun Shakira melakukan perlawanan dengan sisa kemampuan yang mereka miliki. Tapi kondisi Reyhan yang mengalami cidera membuat tubuhnya berkali-kali ambruk ke lantai.Sedangkan Shakira terlihat kesulitan mengatasi para preman itu, karena kondisi Reyhan yang cidera. Tiada henti para preman itu menyerang seperti ingin membunuh mereka berdua. 'Mereka seperti bukan preman sembarangan. Siapa mereka sebenarnya?' batin Shakira.Saat pertarungan itu terjadi, entah dari mana datangnya beberapa orang dengan membawa motor gede menghampiri area perkelahian. Tanpa aba-aba mereka yang baru saja datang langsung m
Reyhan terlihat sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit sambil bermain ponsel. Walau ada luka lebam di wajah dan juga luka ringan di bagian tubuhnya yang lain, namun sepertinya Reyhan terlihat baik-baik saja. Terbukti dia masih bisa tertawa bahagia saat melihat video lucu di ponselnya.Sebenarnya Reyhan bisa saja langsung minta pulang, namun dokter tidak mengijinkan sebelum orangtuanya datang. Apalagi saat dibawa ke rumah sakit, Reyhan masih memakai seragam sekolah. Pasti Dokter yang menanganinya mengira jika Reyhan terlibat tawuran antar pelajar. Sedangkan dokter di rumah sakit tersebut mengenal baik siapa orangtua Reyhan."Wuih, bisa-bisanya sudah babak belur gitu masih tertawa bahagia." ujar Benny yang baru saja datang bersama 2 sahabatnya yang lain yaitu Bagas dan Alex memasuki ruangan dimana Reyhan di rawat saat ini. "Sepertinya kamu sangat menikmati empuknya ranjang rumah sakit." ejek Benny dengan gaya khasnya.Mendengar suara para sahabatnya datang,
Serly dan para sahabat Reyhan yang masih ada didalam ruangan itu terlihat masih sangat penasaran akan siapa yang sudah menyerang Reyhan dan juga Ara. Padahal yang mereka tahu, hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya.Mereka saling menebak siapa dalang dibalik penyerangan itu terjadi. Bahkan raut wajah Serly terlihat sangat cemas akan keadaan Reyhan yang sudah babak belur karena kejadian tersebut. Apa mungkin ini tawuran antar pelajar seperti dugaannya sebelum dia tiba di rumah sakit?"Jadi sebenarnya siapa yang sudah membuatmu sampai babak belur begini sih, Rey?" Serly terlihat begitu khawatir dengan kondisi anak sewata wayangnya itu. Sampai-sampai dia memeriksa setiap inci dari tubuh anaknya tersebut. Serly takut kalau-kalau ada cidera serius yang dialami Rey.Walau dokter sudah mengatakan jika tidak ada yang serius dengan luka di tubuh Rey. Namun Serly seperti orangtua pada umumnya yang belum percaya jika tidak memeriksanya sendiri."Atau
Hari sudah berlalu begitu cepat, setelah kejadian penyerangan preman beberapa hari yang lalu. Kini Reyhan sudah kembali bersekolah seperti biasa. Sebelumnya Reyhan memang ijin tidak masuk karena beberapa luka lebam yang dideritanya. Walau karena hal itu, Rey jadi bertanya-tanya siapa dalang dibalik penyerangan itu terjadi. Namun Rey bersikap seolah itu bukanlah hal besar yang harus membuatnya takut. Anggap saja ini sebagian dari resiko yang harus dia ambil sebagai seorang hacker. Diawal Rey menerima job dari Andi, dari itu juga teror mulai bermunculan. Mulai dari teror surat kaleng, ancaman melalui email yang masuk, hingga penyerangan preman tempo hari. Itu semua semakin menguatkan kecurigaan Rey bahwa semua yang dialaminya akhir-akhir ini pasti ada hubungan dengan Andi. Dari yang awalnya Rey menduga bahwa orang-orang itu adalah suruhan Andi, hingga kecurigaan mengarah bahwa orang-orang itu bisa jadi suruhan musuh Andi yang menginginkan data yang sama s
Matahari mulai meninggi, tapi seorang pemuda masih asyik dengan selimut dan bantal di atas ranjang kamarnya. Bias cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamarnya seakan tidak mampu untuk membangunnya. Ia terlihat masih enggan meninggalkan mimpi indahnya saat ini. Hingga suara ponselnya yang berbunyi beberapa kali menyadarkan pemuda itu dari tidurnya yang terlalu nyenyak."Siapa sih pagi-pagi gini mengganggu tidurku?" Gumamnya dengan suara serak khas orang bangun tidur. Ia pun meraih ponselnya di atas meja kecil yang ada di samping ranjangnya."Hallo,""Cepat bangun woy! Udah jam berapa ini?" ucap seseorang di seberang sana dengan suaranya yang keras sehingga membuat pemuda itu menjauhkan ponselnya dari telinga."Memangnya ada apa? Masih ngantuk nih." tanyanya dengan nada malas, karena baginya memejamkan matanya kembali akan terasa lebih nikmat saat ini ketimbang melakukan aktivitas yang lain. Mengingat jika tadi malam ia harus begadang sem
Ketiga sahabatnya itu saling pandang lalu kemudian tergelak tawanya. Mereka semua tahu bagaimana Reyhan sangat patuh pada mamanya. Jadi tidak heran jika Reyhan melakukan pekerjaan sampingan itu tanpa sepengetahuan dari sang Mama.Perlu di ketahui jika Reyhan adalah ahli komputer dan juga programmer. Ia mampu menemukan orang yang sulit di cari sekalipun asal orang itu masih menggunakan jasa internet. Kemampuannya tidak perlu di ragukan lagi, kehebatannya tak lepas dari pengaruh papanya yang juga ahli dalam bidang yang sama.Dari kecil Reyhan sudah terbiasa dengan benda yang bernama komputer atau sejenisnya. Bahkan karena hal itu juga membuat Reyhan sangat menyukai bidang komputer. Dengan mendapat bimbingan langsung dari papanya, membuat keahlian Reyhan sudah setara dengan hacker dan programmer profesional."Sorry, aku tadi hanya khawatir saja. Kamu tahulah bagaimana perjuangan Alex demi bisa mendapatkan proyek ini." ucap Benny menepuk bahu Reyhan.&nbs