Riley Mackenzie tidak bisa memberikan tanggapannya karena terlalu terkejut. "Oh, jangan menampilkan ekspresi kakumu itu, Wood!" James berkata dengan mengernyitkan dahi.Riley hanya mengangkat bahu, masih terlihat enggan merespon ucapan James.Sementara itu, terlihat begitu banyak para calon prajurit yang memperlihatkan ekspresi seperti ingin pulang.Seorang pemuda yang berasal dari asrama satu bernama Seamus Fork telah mengangkat tangan."Ada apa, Nak? Apa yang ingin kau tanyakan?" Greg bertanya dengan senyuman menyebalkan.Seamus memiliki kulit putih yang sangat pucat, tapi pengumuman yang disampaikan oleh Greg tadi membuat kulitnya terlihat jauh lebih pucat daripada sebelumnya.Dengan bibir bergetar dia bertanya, "Anda serius mengirim kami ke medan perang, Komandan?"Senyum di bibir Greg seketika lenyap, "Apa aku pernah bercanda mengenai hal seperti ini, anak muda?"Seamus ternganga, tapi dia segera mengontrol diri dan bertanya lagi, "Tapi, Komandan. Kami ... hanya calon prajurit.
"Besok pagi," Greg menjawab dengan tanpa mengalihkan arah pandangannya pada dua calon prajurit yang paling menonjol di antara yang lainnya.Sungguh, rasa terkejut itu langsung menyergap Riley dan James."Besok pagi, Komandan? Bagaimana bisa kami meningkatkan kemampuan kami dalam waktu satu malam?" tanya James yang kini raut wajahnya terlihat syok meskipun Greg bisa menilai tak ada rasa takut di sorot mata pemuda itu.Greg hanya membalas, "Tidak ada yang tidak mungkin. Lagipula, ini adalah perang yang tidak pernah diprediksi sebelumnya. Kita tidak memiliki cukup banyak untuk mempersiapkan diri."Perkataan Greg Sehel sudah cukup membuat hampir seluruh calon prajurit dengan usia sangat muda merinding. Akan tetapi, ternyata tak ada satu pun dari mereka yang memilih mengundurkan diri dan pulang.Salah seorang calon prajurit berkata, "Aku sudah sampai sejauh ini. Mana mungkin aku pulang?""Orang tuaku akan membunuhku kalau aku pulang karena takut pergi ke medang perang," sahut yang lainnya.
"Dia hebat, sangat hebat," puji James sambil manggut-manggut sembari terkekeh.Alen menanggapi, "Kau kalah darinya soal ini. Oh, tapi ... kau memang selalu kalah dari Riley.""Alen Smith, kenapa lidahmu tajam sekali?" balas James yang langsung memasang wajah cemberut.Alen hanya tertawa kecil karena puas telah mengejek pria muda itu. Tapi, tawanya langsung berhenti ketika menyadari sesuatu. "James, tunggu dulu!""Kenapa lagi?" James bertanya dengan ketus."Riley sudah menjadi calon menantu raja dan hampir seluruh penghuni istana ini sudah mengetahuinya. Lalu ... bagaimana jika ada yang bergosip tentang dia dan Mary Kesley?" ucap Alen.Mendengar hal itu, James bukannya bingung tapi malah tertawa terbahak-bahak. Tawanya tidak berhenti, bahkan ketika Alen sudah melotot kepadanya. "Kau senang sekali kalau temanmu mendapat masalah!" ucap Alen sembari tersenyum kecut.James mengangguk dengan penuh semangat, "Ini adalah salah satu hiburan paling menyenangkan. Percayalah, masalah asmaranya i
Dengan begitu mudahnya Mary Kesley bisa menebak arah tujuan Riley Mackenzie. Gadis itu pun menggelengkan kepala, "Kau tidak bisa masuk ke dalam sana."Mata Riley pun melebar dengan sempurna. Dengan nada penuh rasa kecewa dia bertanya, "Kenapa tidak bisa?"Mary mendesah dan menjelaskan, "Diperlukan kartu identitas kerajaan untuk bisa masuk."Riley pun hanya bisa mengeluh, "Kenapa dipersulit seperti itu?""Peraturannya memang seperti itu. Tapi, tenang saja. Begitu kau memiliki kartu itu, kau bisa masuk kapanpun kau mau," jelas Mary.Riley tersenyum masam, "Aku sangat membutuhkan informasi itu hari ini, Mary.""Yah, maka kau terpaksa harus mengubur rasa penasaranmu itu," balas Mary.Riley mendengus jengkel. "Ini bukan soal rasa penasaran, tapi ini tentang pengetahuan yang mungkin akan membantu dalam perang."Oh, seketika Mary merasa kesulitan menghadapi putra dari sahabat ibunya itu. Gadis itu mendecakkan lidah dan berkata, "Riley, kau baru menjadi calon prajurit. Kau tidak perlu melaku
Setelah Mary mengatakan sebuah ide yang membuat Riley termenung, gadis itu pun meninggalkan area itu secepat yang dia bisa. Dia tidak ingin ada gosip yang bertebaran hingga membuatnya mendapat masalah.Riley segera mengacak rambutnya karena frustrasi. "Kenapa harus seperti ini?" gumamnya jengkel.Dia bukan orang yang akan memanfaatkan orang lain demi kepentingannya sendiri. Akan tetapi, dia membuat dirinya menjadi lebih baik dengan berkata, "Oh, ini bukan untuk kepentinganku. Ini kulakukan untuk membantu menemukan cara lain melindungi kerajaan ini."Dengan pemikiran seperti itu, dia pun memantapkan diri untuk menemui Rowena Wellington setelah dia selesai berlatih secara intensif. "Kau dari mana saja?" James bertanya begitu dia melihat Riley kembali."Dia tidak patah hati kan?" Alen memasang ekspresi prihatin.James mendengus, "Dia dan Mary Kesley belum memiliki status yang jelas. Seharusnya Mary tidak perlu sampai merasa buruk.""Hei, wanita itu adalah makluk yang paling rumit, jadi
Riley bahkan ikut tersenyum saat mendengarnya."Oh, benar juga. Memiliki kemampuan di dua daerah rasanya tak buruk," sahut seorang prajurit yang tadi menyebut dirinya ahli di bagian udara.Alen pun mengangguk bersemangat, "Oh, aku memang benar."Riley menggelengkan kepalanya dan bergeser sedikit agak mundur untuk berkata, "Kau ... sejak kapan kau menjadi motivator?"Alen menyeringai dan membalas dengan nadap yang begitu sangat pelan, "Bukan seperti itu. Aku hanya tak mau pasukan kita berkurang.""Berbahaya kalau jumlah pasukan calon prajurit menjadi berkurang," tambah Alen.Riley terkekeh pelan, otaknya yang semula sedikit penuh dengan rencananya untuk mendekati Rowena itu kini sedikit bersantai.Dia pun kemudian melihat monitor lagi dan mendengar beberapa calon prajurit memilih mundur. Seketika Riley melihat ekspresi Greg dan saat itu dia yakin ada sebersit rasa kecewa yang terpancar dari wajah pria kaku itu.Tapi, Greg tidak mengatakan apapun mengenai mundurnya mereka. Begitu waktu
Alen segera celingukan, melihat sekelilingnya, mencoba mencari-cari keberadaan Riley. Akan tetapi, dia tetap tak menemukan keberadaan temannya itu. "Apa dia pergi? Aku tak melihatnya."James menghela napas panjang, "Astaga! Bukankah aku tadi bertanya begitu? Dia pergi tanpa memberitahu kita."Alen segera menanggapi, "Oh, sudahlah. Dia mungkin memiliki hal lain yang ingin dia kerjakan."James memilin dagunya, "Apa ini ada hubungannya dengan dua gadis itu ya?""Siapa dua gadis itu?" Alen bertanya setelah melepas sarung tangannya."Putri Rowena dan Mary Kesley. Siapa lagi dua gadis yang dekat dengan dia selain mereka?" balas James dengan nada jengkel.Alen meringis, "Oh, aku kira ada gadis lain lagi."James mengeryitkan dahi, tapi Alen cepat-cepat berkata, "Biarkan saja! Mungkin dia merasa dia harus segera menyelesaikan masalah asmaranya itu sebelum kita pergi perang.""Oh, benar. Mungkin saja begitu," ucap James yang kini terdengar cuek.Lelaki itu pun memilih untuk menunggu Riley di ta
Sang putri pun segera memutar pandang dan menatap lurus-lurus ke arah cermin. Dia lalu berkata, "Dia calon suamiku. Apa yang akan dikatakan oleh orang-orang jika aku menolak kedatangannya?"Celia segera membungkukkan badan dan mengerti apa yang harus dia lakukan, "Kalau begitu saya akan meminta penjaga untuk mengantarnya masuk, Yang Mulia.""Hm," jawab Rowena singkat.Celia pun membalikkan badan dan pergi, sedangkan Rowena kembali memerintahkan para pelayan untuk merapikan kembali dandanannya. Sekitar lima menit kemudian, gadis itu pergi menemui Riley di ruang tamunya. Pemuda yang tidak duduk dan masih berdiri itu memberi penghormatan kepadanya dan hal itu justru membuatnya mengernyit.Ditatapnya wajah tampan Riley dan anehnya dia segera menyadari bila ada sesuatu yang ingin disampaikan pemuda itu kepadanya. "Pelayan, penjaga. Tinggalkan kami berdua!" Rowena memerintah.Celia tersentak saat mendengarnya, hingga dengan cepat dia membalas, "Tapi, Yang Mulia. Anda tidak boleh hanya ber
James seketika menghentikan kegiatannya tapi tetap tidak menoleh ke arah Diego.Diego yang melihat gerakan berhenti James yang tiba-tiba itu seketika menampar mulutnya sendiri seakan sadar bila dia telah salah berbicara.“Ah, apa yang sudah aku katakan? Kau … tentu saja masih menganggapnya sebagai sahabat baikmu. Kalau tidak, mana mungkin kau selalu membuatkannya senjata khusus?” kata Diego dengan penuh rasa bersalah.James mendesah pelan, “Dia pasti bisa lolos tanpa ikut campur tangan dariku.”“Aku tidak yakin, James. Kalau aku yakin, aku tidak mungkin datang lagi ke sini dan memintamu kembali. Bahkan, Putri Rowena dan Pangeran Xylan ….”James mengerutkan kening dan akhirnya menoleh ke arah Diego, “Ada apa dengan mereka?”“Putri Rowena secara khusus mendatangiku saat aku baru saja tiba di istana. Dia memintaku untuk mencari tahu keberadaanmu, James. Pangeran Xylan juga mend
“Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs
Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang