Beranda / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 106. Dia Datang ke Sini?

Share

106. Dia Datang ke Sini?

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-16 10:31:22
Alen segera celingukan, melihat sekelilingnya, mencoba mencari-cari keberadaan Riley.

Akan tetapi, dia tetap tak menemukan keberadaan temannya itu. "Apa dia pergi? Aku tak melihatnya."

James menghela napas panjang, "Astaga! Bukankah aku tadi bertanya begitu? Dia pergi tanpa memberitahu kita."

Alen segera menanggapi, "Oh, sudahlah. Dia mungkin memiliki hal lain yang ingin dia kerjakan."

James memilin dagunya, "Apa ini ada hubungannya dengan dua gadis itu ya?"

"Siapa dua gadis itu?" Alen bertanya setelah melepas sarung tangannya.

"Putri Rowena dan Mary Kesley. Siapa lagi dua gadis yang dekat dengan dia selain mereka?" balas James dengan nada jengkel.

Alen meringis, "Oh, aku kira ada gadis lain lagi."

James mengeryitkan dahi, tapi Alen cepat-cepat berkata, "Biarkan saja! Mungkin dia merasa dia harus segera menyelesaikan masalah asmaranya itu sebelum kita pergi perang."

"Oh, benar. Mungkin saja begitu," ucap James yang kini terdengar cuek.

Lelaki itu pun memilih untuk menunggu Riley di ta
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    107. Sepasang Kekasih

    Sang putri pun segera memutar pandang dan menatap lurus-lurus ke arah cermin. Dia lalu berkata, "Dia calon suamiku. Apa yang akan dikatakan oleh orang-orang jika aku menolak kedatangannya?"Celia segera membungkukkan badan dan mengerti apa yang harus dia lakukan, "Kalau begitu saya akan meminta penjaga untuk mengantarnya masuk, Yang Mulia.""Hm," jawab Rowena singkat.Celia pun membalikkan badan dan pergi, sedangkan Rowena kembali memerintahkan para pelayan untuk merapikan kembali dandanannya. Sekitar lima menit kemudian, gadis itu pergi menemui Riley di ruang tamunya. Pemuda yang tidak duduk dan masih berdiri itu memberi penghormatan kepadanya dan hal itu justru membuatnya mengernyit.Ditatapnya wajah tampan Riley dan anehnya dia segera menyadari bila ada sesuatu yang ingin disampaikan pemuda itu kepadanya. "Pelayan, penjaga. Tinggalkan kami berdua!" Rowena memerintah.Celia tersentak saat mendengarnya, hingga dengan cepat dia membalas, "Tapi, Yang Mulia. Anda tidak boleh hanya ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Sang Dewa Perang Terkuat    108. Urusan Apa?

    Riley tentu tak bisa membalasnya dan hal itu membuat Rowena malah tertawa kecil."Tenanglah! Aku tahu bila status ini hanya sementara, tapi ... hm, ah sudahlah. Lebih baik kau segera kembali ke tempat latihanmu," kata Rowena dan gadis itu mendorong pemuda yang masih terbengong-bengong itu menjauh.Sebenarnya Riley masih ingin berbicara. Tapi dikarenakan Rowena yang sudah mengusirnya untuk pergi tentu saja dia terpaksa pergi.Riley bergegas pergi ke tempat istiraha untuk para calon prajurit. Hanya dalam waktu singkat dia telah berhasil menemukan dua teman satu kamarnya yang tengah berbaring di atas rumput dengan mata terpejam seolah sedang kelelahan setelah latihan intensif yang telah mereka lakukan.Begitu Riley duduk di samping James, pemuda itu langsung membuka mata dan bangun. Matanya menatap penuh selidik pada Riley, "Jadi, bagaimana?""Bagaimana apanya?" Alen bertanya dengan mata yang masih tertutup, tak tahu bila Riley sudah ada di sana.James mendecak lidah, "Aku sedang tak ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Sang Dewa Perang Terkuat    109. Keberuntungan

    Dengan begitu sangat antusias Rowena menambahkan, "Kau bisa meminta saran kepadanya. Aku yakin beliau pasti bisa membantu kita."Wajah gadis itu bahkan terliat berseri-seri, tapi Riley malah menggelengkan kepala."Kenapa? Kau tidak mau?" Rowena bertanya dengan ekspresi bingung.Riley mendesah, "Ayah saya ... dia sudah bergelut di bidang itu, membahayakan nyawanya dan telah melakukan banyak hal untuk kerajaan ini. Dan saat ini dia sedang menjalani hidupnya seperti orang biasa."Dia lalu menoleh ke arah sang putri lalu melanjutkan, "Saya tidak ingin melihat beliau berpikir keras lagi tentang perang. Saya ingin ayah saya hanya hidup santai dengan kehidupannya yang sekarang bersama ibu saya tanpa memikirkan hal seperti ini lagi, Yang Mulia."Rowena terdiam.Gadis itu pun seketika teringat akan pertemuannya dengan William Mackenzie beberapa waktu yang lalu. Jika Riley ingin ayahnya tidak cemas karena memikirkan masalah kerajaan, ayahnya, sang jenderal terkuat yang pernah ada itu pun juga m

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Sang Dewa Perang Terkuat    110. Oh, Aku Lupa!

    Alen menggelengkan kepalanya dan kemudian membalas, "Mungkin saja desain baju ini sudah lama, hanya namanya saja yang didesain secara mendadak."James langsung merengut. "Sialan kau, Smith! Mengapa kau selalu senang menghancurkan imajinasi seseorang?"Alen terkekeh, "Oh, bukan begitu. Aku hanya tahu kau akan berbicara apa jadi aku ingin membuatmu sadar dan ingat dulu kenyataannya."James tak membalas lagi karena masih sebal, sementara Riley baru saja muncul dengan wajah yang sudah bersih, "Ada apa sebenarnya?""Ah, kau lambat sekali! Lihat seragammu!" kata James.Reaksi Riley kurang lebih hampir sama seperti Alen ataupun James. Namun, pemuda itu bahkan tak menyembunyikan senyumannya."Hei, apa kau segitu kagumnya dengan baju ini sampai tersenyum seperti orang begitu, Wood?" ucap James sembari tersenyum miring.Riley tidak tersinggung dan malah berkata, "Ini padahal baju perang untuk calon prajurit seperti kita. Aku jadi penasaran seperti apa baju yang dipakai oleh para prajurit saat i

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Sang Dewa Perang Terkuat    111. Sadar Tentang Apa?

    Tak ingin membuat James Gardner menaruh rasa curiga kepadanya, Riley pun cepat-cepat menjawab, “Tentu saja tidak. Mana mungkin aku takut terhadap hal semacam itu?”James memicingkan mata, menatap penuh selidik temannya itu dan kemudian malah menyeringai seolah telah menangkap mangsanya. “Tapi, yang aku lihat tidak seperti itu. Kau … takut. Mengaku sajalah! Ayo jujur padaku! Kau takut tersorot kamera kan?” kata James dengan senyum miring yang masih menghiasai bibirnya.“Terlihat sekali, Wood. Ekspresimu sudah menggambarkannya.” James melanjutkan dengan penuh ceria.Riley segera memperbaiki ekspresi wajahnya dan membalas dengan nada jengkel, “Omong kosong. Ekspresi wajahku memang lebih datar.”“Terus?” kata James sambil mengangkat alis.“Aku bukan takut, James. Aku hanya tidak suka. Puas?” balas Riley dengan mengertakkan gigi karena sebal.James malah tertawa cekikikan mengabaikan temannya yang sedang kesal. Malas mendengar tawa menyebalkan itu, Riley memilih berjalan lebih cepat dan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Sang Dewa Perang Terkuat    112. Jangan Bermain-main, James!

    James Gardner malah kembali menghela napas panjang, "Oh, inilah akibatnya jika kau lebih memilih untuk bermesraan dengan putri raja dibandingkan makan malam tepat waktu."Riley sungguh ingin sekali menjahit mulut James yang selalu mengucapkan kata-kata yang menurutnya tidak penting sebelum pada intinya.“Ayolah! Jangan bermain-main, James!” ucap Riley dengan menggigit giginya.James pun menyeringai, “Bodoh, ini karena terjadi perang besar semalam. Para prajurit yang tersisa dikirim ke Kerajaan Fermoza.”Mendengar hal itu, tentu saja Riley begitu sangat terkejut, “Apa maksudmu? Apa itu artinya benar-benar hanya ada sedikit prajurit di kerajaan ini secara total?”“Iya, benar,” jawab James.Riley seketika terdiam, mulai panik. “Apa yang mereka lakukan? Bagaimana bisa mereka berbuat seperti itu? Bagaimana jika kita diserang? Maksudku, kerajaan ini jika ditinggalkan oleh-”“Tenanglah! Masih ada sekitar dua puluh lima persen prajurit yang berada di istana. Itu masih cukup untuk melindungi ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Sang Dewa Perang Terkuat    113. Berita Apa Lagi?

    William Mackenzie tampak terkejut melihat kegusaran sang istri. Sudah begitu lama pria itu tidak melihat istrinya luar biasa cemas begitu.Maka, dia pun memilih untuk lebih berhati-hati ketika menanggapi semua perkataan istrinya itu.“Jawab, Bill! Kenapa kau diam saja? Memangnya ada peraturan para calon prajurit bisa dikirim ke medan perang jika ada kondisi darurat?” Cassandra berkata dengan galak sekali lagi.William meringis dan menarik istrinya agar mendekat kepadanya. Setelahnya, dia memeluk istrinya sembari mengusap rambutnya dan perlahan berkata, “Aku tahu kau cemas. Tapi, bukan hanya kau yang cemas, Sayang. Riley itu juga putraku. Aku yang memberinya izin dan bahkan akulah yang juga membantunya masuk ke dalam istana. Aku yang bertanggung jawab penuh atas semuanya, Cassie.”Begitu mendengar perkataan suaminya itu, Cassandra tambah menangis tersedu-sedu. Pada awalnya dia yang paling tegar saat melepas putranya pergi mengikuti seleksi, tapi saat ini justru dirinya yang hampir gila

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26
  • Sang Dewa Perang Terkuat    114. Medan Perang

    William menggelengkan kepalanya dengan tegas, "Bukan. Masalah mereka berdua masih sama, belum ada hal lain lagi. Tapi ... ini tentang Riley dan Putri Rowena."Cassandra menaikkan alis, merasa heran sekaligus bingung, "Apa hubungan putra kita dengan putri Kerajaan Ans De Lou?"William menatap sang istri dengan lurus-lurus, seolah sedang mempersiapkan diri untuk mengatakan sebuah hal penting yang sulit untuk dikatakan.Cassandra yang telah mengenal suaminya selama puluhan tahun itu tentu saja bisa merasakan bagaimana suaminya terlihat begitu gugup.“Bill, katakan! Kenapa sedari tadi kau seolah berbelit-belit mengatakannya?” protes Cassandra.William menggigit bibir bawahnya, “Masalahnya memang hal ini terlalu mengejutkan untukku. Bahkan, tidak sekalipun kejadian ini pernah terlintas dalam otakku. Sampai-sampai aku ….”“Kau benar-benar membuatku tidak sabar. Kau mengatakannya padaku atau aku sendiri yang akan mencari tahu sendiri dengan menelepon Mary?” kata Cassandra yang telah kehilang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    34. Perdana Menteri

    Philip Crawford terbatuk-batuk begitu mendengar perkataan James Gardner.James menaikkan alis kanan, tampak menanti penjelasan Philip.Philip pun berdeham kecil dan membalas tanpa berani melihat ke arah James, “Bukan saya yang menuduh Anda, Jenderal Gardner. Hanya saja … seluruh penghuni Kerajaan Ans De Lou membicarakan hal ini. Anggap saja saya hanya menyampaikan apa yang sedang dipikirkan oleh mereka.”James tertawa pelan, membuat Philip seketika menoleh ke arah dirinya. Begitu juga dengan Monica dan kedua anaknya yang tampak terkejut melihat reaksi sang jenderal perang.“A-apa yang lucu dari perkataan saya sampai Anda tertawa, Jenderal Gardner?” Philip berkata dengan nada tersinggung.James menghentikan tawanya dan mendesah pelan sebelum berkata, “Tidak ada yang lucu. Hanya saja aku merasa kau sangat pengecut sekali, Perdana Menteri.”“Pe-pengecut? Apa maksudmu, Jenderal?” Philip membelalakkan mata, jelas semakin tersinggung.“Benar. Tentu saja kau hanyalah seorang pengecut. Kau m

  • Sang Dewa Perang Terkuat    33. Penyebab

    “Jadi, kalian bisa memberi kami waktu untuk meratapi anggota keluarga kami, bukan? Kalian tidak lupa bukan bahwa Keannu Wellington bukan hanya seorang raja negeri ini, tapi dia adalah kepala keluarga kami. Dia suamiku, ayah dari kedua anakku dan seorang kakek dari cucuku,” kata Monica dengan nada datar tapi tegas.Perkataan sang ratu rupanya berhasil membuat para pejabat istana itu saling lirik dan akhirnya terbungkam.Beberapa di antara mereka tampak mundur beberapa langkah seakan memang benar-benar tidak ingin mengganggu lagi anggota keluarga kerajaan. James Gardner sendiri tersenyum melihat para pejabat istana yang sebagian merupakan jajaran menteri penting itu tidak berkutik di hadapan sang ratu. James tidak bisa tidak terkesan pada kemampuan sang ratu yang mampu membuat orang-orang tunduk atas perintahnya. Hal itu karena menurut James sangatlah langka dan jarang terjadi.Sebelum dia melepaskan jabatannya sebagai seorang wakil jenderal perang, dia telah bertemu dengan begitu ba

  • Sang Dewa Perang Terkuat    32. Bukankah Kami Berhak?

    Dikarenakan James tidak kunjung bergerak dari tempatnya berdiri dan malah terdiam seperti sebuah patung, Rowena langsung melirik ke arah Xylan.Xylan tentu saja mengerti maksud dari kakak perempuannya itu sehingga dia cepat-cepat berkata, “Jenderal Gardner, apa … kau baik-baik saja?”James sontak tersadar dari lamunannya dan mengangguk pada Xylan. Dengan kebingungan yang sedang menguasai pikirannya, dia tetap melangkah masuk ke dalam kamar sang raja.Begitu dia memasuki area itu untuk pertama kalinya, James bisa melihat jasad raja Kerajaan Ans De Lou yang terbaring kaku di atas tempat tidur mewah itu. Dia hanya bisa menghembuskan napas pelan melihat orang yang pernah bertanggung jawab atas kerumitan hubungan antara ayahnya dan juga ayah Riley itu. Akibat kesalahan raja yang telah wafat itu, hubungannya dengan Riley pun meregang.Akan tetapi, sang raja telah meminta maaf kepadanya dan dia pun telah memaafkan segala kesalahannya sehingga saat itu sudah tidak ada rasa amarah ataupun dend

  • Sang Dewa Perang Terkuat    31. Perisai

    Sebelum James memberikan jawaban atas perkataan Xylan Wellington, sang putra mahkota yang masih sangat muda itu, Xylan telah kembali berbicara, “Jenderal Gardner, aku tahu permintaanku ini sangat berlebihan.”“Dan aku tahu … tujuanmu bersedia kembali ke istana ini adalah demi kakak iparku, namun … aku sangat membutuhkan bantuanmu, Jenderal Gardner,” Xylan menambahkan dengan raut wajah penuh permohonan.James menghela napas panjang dan kemudian menggelengkan kepalanya.Hal itu membuat Xylan lemas dan juga kecewa. Tetapi, itu hanya berlangsung sementara karena tidak lama kemudian Xylan mendengar James berkata, “Anda tidak perlu meminta saya sampai seperti ini, Yang Mulia.”Xylan terhenyak. Terlebih lagi James melanjutkan dengan berkata, “Sebagai seorang Jenderal Perang Kerajaan Ans De Lou, tugas saya tidak hanya melindungi negeri ini. Tapi juga melindungi kepala pemimpin kerajaan ini.”Mulut Xylan terbuka sedikit karena terkejut mendengar jawaban James yang tanpa sedikitpun keraguan it

  • Sang Dewa Perang Terkuat    30. Kau Bisa Membantuku?

    “Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Reiner terlihat semakin bingung.Biasanya, jika mereka memenangkan sebuah peperangan, mereka akan disambut dengan begitu meriah.Tidak hanya sejumlah prajurit istana saja yang menyambut mereka, namun juga para pejabat istana serta anggota keluarga kerajaan akan menyambut kedatangan mereka.Akan tetapi, saat itu hanya ada sejumlah prajurit dan prajurit pengawal pangeran saja yang ada di lapangan tempat pesawat mereka akan segera mendarat.Hal itu tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan yang akhirnya mencuat di kepala para prajurit yang baru kembali dari pertempuran antara hidup dan mati itu. “Apa mereka tidak mendengar kabar kemenangan kita?” celetuk salah seorang prajurit kelas satu dengan nada penuh rasa kecewa.Seorang prajurit kelas dua menanggapi, “Tidak mungkin. Mereka pasti mendengarnya. Ini sebuah kemenangan besar yang ditunggu-tunggu. Mereka tidak mungkin tidak tahu.”“Betul. Istana pasti telah mengumumkan berita paling membahagiakan i

  • Sang Dewa Perang Terkuat    29. Keresahan

    “Astaga, Xylan! Mengapa kau meragukan dia?” Rowena membalas dengan nada pelan, seolah takut membuat putra kecilnya yang sedang tertidur dalam gendongannya terbangun akibat suaranya yang mungkin terlalu kencang.Xylan menggelengkan kepala, “Aku sama sekali tidak bermaksud meragukan dia. Hanya saja, aku tahu tujuan utamanya kembali ke istana ini, Rowena. Dia ….”“Berhenti berpikir seperti itu! Dia akan sangat kecewa kalau dia tahu ternyata kau meragukan kesetiaannya,” kata Rowena dengan tajam.Rupanya nada suaranya kali itu sedikit agak lebih keras sehingga sang putra, Kharel Mackenzie terganggu tidurnya sampai bocah kecil itu menggerakkan tubuhnya.Rowena pun kembali mencoba untuk membuat pangeran kecil itu terlelap lagi dengan cara menimangnya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.Xylan terdiam, seakan dia tahu sang kakak masih belum selesai berbicara.Ternyata memang benar dugaan Xylan. Usai keponakan kesayangannya itu tertidur tenang lagi, Rowena pun berkata lagi, “Xylan, menuru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    28. Kegagalan?

    Selama Ben mengenal James, baru saat itu dia melihat James terlihat begitu sangat frustasi.Biasanya James selalu tampak datar, dingin dan tak jarang malah tanpa emosi. Akan tetapi, James yang sangat kaku itu telah berubah.Rasa cemas dan gelisah itu ditampakkan dengan jelas. Hal itu tentu membuat Ben cukup bingung menanggapinya.Akan tetapi, dia kemudian mendengar Reiner berkata, “Tenanglah, James! Ini bukan berarti kau tidak bisa membawa Riley pulan selamanya. Namun, kau hanya belum bisa membawanya pulang saat ini saja.”Reiner menepuk punggung James yang terlihat sedikit bergetar itu. Oh, Reiner sangat terkejut. Rupanya James benar-benar sangat memikirkan perasaan putra sahabat mereka itu. “Ingat, James. Kita akan kembali ke sana untuk mencarinya lagi, jadi kau tidak perlu merasa bersalah,” Reiner menambahkan.Bukannya menjadi tenang, James malah semakin resah. Pria muda itu menoleh ke arah Reiner dan membalas, “Bagaimana bisa aku tidak merasa bersalah, Rei? Aku … sudah berjanji

  • Sang Dewa Perang Terkuat    27. Apa yang Harus Aku Lakukan?

    Seakan baru tersadar, James sontak mengangguk perlahan, “Kau benar, Rei. Kita … harus kembali ke istana dan menyusun strategi lagi untuk menemukan Riley.”Reiner pun akhirnya bisa bernapas dengan penuh kelegaan.“Ayo! Kita harus segera meninggalkan tempat ini terlebih dulu,” ucap Reiner.James melihat sekeliling area tersebut untuk yang terakhir kalinya. Setelah dia merasa semua usahanya sudah cukup untuk saat itu, dia segera naik ke pesawat yang akan membawanya kembali menuju Kerajaan Ans De Lou.Selama dalam perjalanan, James lebih banyak terdiam.Sementara Reiner dan Ben yang juga berada di dalam pesawat yang sama dengan James berulang kali masih mengajak James berbicara. Namun, pria muda itu tetap memilih untuk diam.Padahal, Reiner ingin menghiburnya dengan cara mengalihkan perhatian James dari masalah Riley yang belum ditemukan. Sayangnya, dia masih gagal melakukannya. James masih terlihat tidak ing

  • Sang Dewa Perang Terkuat    26. Prasangka Buruk

    Sang prajurit sontak mendadak takut.Apalagi, sorot mata James Gardner tiba-tiba berubah tajam seolah sedang menusuk dirinya.Oh, dia sungguh hanya bermaksud untuk mengungkapkan apa yang sedang dia pikirkan. Dia tidak bermaksud menyinggung jenderal perang itu.Dia tentu saja tidak berani melawan James Gardner. Nyalinya pun seketika semakin menciut kala dia mendengar James berbicara kembali, “Ayo! Katakan padaku! Apa kau bermaksud mengatakan kalau Riley tidak mau bertemu denganku?”Prajurit bernama Joseph Zow itu dengan segera menggelengkan kepala kuat-kuat. “Tidak, Jenderal Gardner. Bukan itu maksud saya. Saya hanya-”“Lalu, apa? Bagaimana bisa kau berpikir Riley tidak ingin keluar dari tempat persembunyiannya?” kini nada suara James semakin terdengar frustasi.Tidak mau suasana di sana semakin tidak terkendali, Reiner segera mendekati sahabatnya itu dan berkata, “James, hentikan!&r

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status