William Mackenzie tampak terkejut melihat kegusaran sang istri. Sudah begitu lama pria itu tidak melihat istrinya luar biasa cemas begitu.Maka, dia pun memilih untuk lebih berhati-hati ketika menanggapi semua perkataan istrinya itu.“Jawab, Bill! Kenapa kau diam saja? Memangnya ada peraturan para calon prajurit bisa dikirim ke medan perang jika ada kondisi darurat?” Cassandra berkata dengan galak sekali lagi.William meringis dan menarik istrinya agar mendekat kepadanya. Setelahnya, dia memeluk istrinya sembari mengusap rambutnya dan perlahan berkata, “Aku tahu kau cemas. Tapi, bukan hanya kau yang cemas, Sayang. Riley itu juga putraku. Aku yang memberinya izin dan bahkan akulah yang juga membantunya masuk ke dalam istana. Aku yang bertanggung jawab penuh atas semuanya, Cassie.”Begitu mendengar perkataan suaminya itu, Cassandra tambah menangis tersedu-sedu. Pada awalnya dia yang paling tegar saat melepas putranya pergi mengikuti seleksi, tapi saat ini justru dirinya yang hampir gila
William menggelengkan kepalanya dengan tegas, "Bukan. Masalah mereka berdua masih sama, belum ada hal lain lagi. Tapi ... ini tentang Riley dan Putri Rowena."Cassandra menaikkan alis, merasa heran sekaligus bingung, "Apa hubungan putra kita dengan putri Kerajaan Ans De Lou?"William menatap sang istri dengan lurus-lurus, seolah sedang mempersiapkan diri untuk mengatakan sebuah hal penting yang sulit untuk dikatakan.Cassandra yang telah mengenal suaminya selama puluhan tahun itu tentu saja bisa merasakan bagaimana suaminya terlihat begitu gugup.“Bill, katakan! Kenapa sedari tadi kau seolah berbelit-belit mengatakannya?” protes Cassandra.William menggigit bibir bawahnya, “Masalahnya memang hal ini terlalu mengejutkan untukku. Bahkan, tidak sekalipun kejadian ini pernah terlintas dalam otakku. Sampai-sampai aku ….”“Kau benar-benar membuatku tidak sabar. Kau mengatakannya padaku atau aku sendiri yang akan mencari tahu sendiri dengan menelepon Mary?” kata Cassandra yang telah kehilang
Seseorang dari arah belakang pemuda itu segera menyahut, “Hei, kita belum tahu bagaimana situasi dan kondisi pasukan kerajaan kita. Jangan sembarangan berbicara!”Riley menoleh ke arah sumber suara itu. Orang yang berbicara tersebut rupanya Damian Irving, salah seorang putra dari prajurit senior yang dulu juga merupakan anak buah ayahnya.Tetapi, Riley tidak tahu apakah Sean Irving, ayah Damian masih menjabat sebagai prajurit di dalam istana. Namun, jika memang orang itu masih berada di dalam istana, tentunya posisinya sudah naik ke posisi yang lebih tinggi.Seingat Riley, para prajurit senior yang memiliki kemampuan bagus serta pengalaman perang yang banyak biasanya ditempatkan di level satu. Hanya saja, selama Riley menginjakkan kakinya di istana, dia masih belum bisa mencari tahu tentang level para prajurit dikarenakan kesibukannya sebagai calon prajurit yang bisa dikatakan begitu sangat padat. “Aku tidak sembarangan. Kau tidak buta kan? Kau bisa melihat dengan mata kepalamu sen
Riley begitu paham akan kesulitan yang mungkin akan dihadapinya. Akan tetapi, dia tetap berkata, “Sesulit apapun, aku akan tetap coba menemuinya.”James mendesah sebal, “Baiklah kalau kau memang masih nekad begitu, selamat berjuang.”Riley mendengus, dia pikir James akan membantunya. Tapi, rupanya dia hanya terlalu berharap banyak pada seorang James yang terkadang masih egois.Ketika mereka lanjut berjalan, seorang prajurit senior dari level dua yang memimpin mereka tiba-tiba mengangkat tangan kanan dan meminta mereka berhenti.Salah seorang calon prajurit bertanya, “Apa kita sudah sampai?”Prajurit dengan salah satu pistol di tangannya itu menjawab, “Sampai di mana maksudmu?”“Di … tempat perang,” jawab calon prajurit itu terdengar begitu gugup.Sang pemimpin mendengus, “Ini sudah daerah perang. Memangnya kau tak bisa lihat keadaan sekitarmu?”Si calon prajurit yang bertanya tadi itu pun menelan ludah seketika, agak takut.Sedangkan sang pemimpin pasukan itu memasukkan kembali senjat
“Bagaimana? Kau akan pergi atau tetap menunggu di sini?” tanya Colin.Dia dan Kenneth seolah memang sengaja ingin membuat James kesal. Riley bisa merasakannya dan mulai tidak nyaman dengan cara yang dilakukan oleh kedua orang itu.James membalas, “Pemimpin prajurit meminta kita untuk menunggu.”Dia mencoba untuk mengontrol diri sebab dia tidak ingin dianggap sebagai prajurit yang suka membuat onar.“Oh, kenapa kau tidak bilang kalau kau sebenarnya takut. Kau … sama pengecutnya dengan aku,” kata Kenneth.Dia menatap remeh ke arah James lalu menggelengkan kepala seolah menilai rendah James. Colin juga ikut menambahkan, “Kau berteriak seolah orang lain pengecut, padahal kau sendiri pun sama. Di mana keberanian yang kau sombongkan itu, James Gardner?”“Sudah lenyap? Takut berperang ya? Wah! Ternyata seperti ini ya putra dari … jenderal perang? Sangat menyedihkan sekali!” kata Kenneth sembari tersenyum mengejek lagi.Dia kemudian tertawa lagi, tapi James masih terdiam, seakan menahan diri
Colin menelan ludah, tak berani membalas ucapan Riley. Terlebih lagi, suara Riley terdengar menakutkan di telinganya. Namun, hal itu tidak terjadi pada Kenneth. Pria itu malah mengangkat dagu dengan tatapan seolah menantang dan membalas, “Itu salahnya sendiri. Kami tidak pernah menyuruhnya pergi. Dia sendiri yang mau pergi.”Colin begitu syok saat mengetahui teman baiknya ternyata malah berani melawan Riley.“BRENGSEK! Kalau kalian berdua tidak memprovokasinya, dia tidak akan mungkin pergi ke sana,” umpat Riley dengan kekesalan yang sudah tidak bisa dia tahan.Kenneth sadar pemuda itu begitu marah terhadapnya, tapi dia tetap tidak mau mengakuinya dan berkata lagi, “Dia saja yang bodoh. Mengapa dia harus terpancing dengan kata-kata kami? Dia yang tidak bisa mengontrol emosinya sendiri, kenapa malah menyalahkan kami?”Riley mengepalkan tangan, hendak mengangkat tangannya dan memukul Kenneth dengan kekuatan penuh. Akan tetapi, tepat sebelum tangan kuatnya itu menyentuh rahang Kenneth, s
"Itu jauh lebih baik, para komandan bisa menghabisi kita kalau mereka tahu kita kehilangan satu calon prujurit," sahut yang lain."Hei, kita tidak kehilangan dia, Ben. Kita hanya belum menemukan dia,” sahut seorang prajurit senior bernama Ryan.Ben mendesah malas, “Itu sama saja. Sudahlah, ayo kita kembali ke sana.”Setelah sepakat, para prajurit yang mencari James pun kembali ke tempat di mana mereka meminta para calon prajurit dan teman-teman rekan prajurit lain masih menunggu.Seorang pemuda yang paling mencolok, Riley Wood, yang diketahui sedang menjalin hubungan dengan putri raja pun berjalan mendekat, “Maaf, apa James tidak ingin kembali?”Ben menggelengkan kepala, “Bukan dia tidak mau kembali, tapi kamu yang belum menemukannya.”Riley tersentak, “Maksudnya kalian tidak bisa menemukannya?”“Iya. Ini hutan liar, kami tidak menguasai daerah ini.” Ben menjelaskan.Colin yang telah berdamai dengan Riley itu seketika meremas tangannya, benar-benar semakin takut.“Lalu, apa kalian aka
“Ryan, di mana dia?” Ben bertanya dengan mulai sedikit agak cemas.Ryan yang sedari tadi menjadi salah satu pengawal senior yang bertugas di bagian belakang pun segera celingukan mencari keberadaan Riley.Wajahnya seketika memucat kala dia tak menemukan keberadaan pemuda itu, “Sial. Dia tak ada, Ben.”“Apa yang dia lakukan?”“Kenapa calon prajurit baru ini tak ada yang benar? Yang satu menghilang di depan mata kita dan satu lagi pergi diam-diam!”“Mereka suka membuat kita dalam masalah ya?” gumam prajurit senior yang lain juga. Wajah telah memerah karena marah.Ben tak bisa meluapkan emosinya saat ini. Dia sadar bila tak ada gunanya melampiaskan kekesalannya. Dia malah bisa mendapatkan jauh lebih masalah jika melakukan hal itu.Ben yang sangat gusar itu pun akhirnya berkata, “Ayo, kita cari mereka!”Ryan dan beberapa pengawal senior mengeluh. Tetapi, mereka tak mungkin bisa menolak. Ben yang tahu teman-temannya itu tampak terbebani pun berkata, “Kita harus segera menemukan anak itu d
Philip Crawford terbatuk-batuk begitu mendengar perkataan James Gardner.James menaikkan alis kanan, tampak menanti penjelasan Philip.Philip pun berdeham kecil dan membalas tanpa berani melihat ke arah James, “Bukan saya yang menuduh Anda, Jenderal Gardner. Hanya saja … seluruh penghuni Kerajaan Ans De Lou membicarakan hal ini. Anggap saja saya hanya menyampaikan apa yang sedang dipikirkan oleh mereka.”James tertawa pelan, membuat Philip seketika menoleh ke arah dirinya. Begitu juga dengan Monica dan kedua anaknya yang tampak terkejut melihat reaksi sang jenderal perang.“A-apa yang lucu dari perkataan saya sampai Anda tertawa, Jenderal Gardner?” Philip berkata dengan nada tersinggung.James menghentikan tawanya dan mendesah pelan sebelum berkata, “Tidak ada yang lucu. Hanya saja aku merasa kau sangat pengecut sekali, Perdana Menteri.”“Pe-pengecut? Apa maksudmu, Jenderal?” Philip membelalakkan mata, jelas semakin tersinggung.“Benar. Tentu saja kau hanyalah seorang pengecut. Kau m
“Jadi, kalian bisa memberi kami waktu untuk meratapi anggota keluarga kami, bukan? Kalian tidak lupa bukan bahwa Keannu Wellington bukan hanya seorang raja negeri ini, tapi dia adalah kepala keluarga kami. Dia suamiku, ayah dari kedua anakku dan seorang kakek dari cucuku,” kata Monica dengan nada datar tapi tegas.Perkataan sang ratu rupanya berhasil membuat para pejabat istana itu saling lirik dan akhirnya terbungkam.Beberapa di antara mereka tampak mundur beberapa langkah seakan memang benar-benar tidak ingin mengganggu lagi anggota keluarga kerajaan. James Gardner sendiri tersenyum melihat para pejabat istana yang sebagian merupakan jajaran menteri penting itu tidak berkutik di hadapan sang ratu. James tidak bisa tidak terkesan pada kemampuan sang ratu yang mampu membuat orang-orang tunduk atas perintahnya. Hal itu karena menurut James sangatlah langka dan jarang terjadi.Sebelum dia melepaskan jabatannya sebagai seorang wakil jenderal perang, dia telah bertemu dengan begitu ba
Dikarenakan James tidak kunjung bergerak dari tempatnya berdiri dan malah terdiam seperti sebuah patung, Rowena langsung melirik ke arah Xylan.Xylan tentu saja mengerti maksud dari kakak perempuannya itu sehingga dia cepat-cepat berkata, “Jenderal Gardner, apa … kau baik-baik saja?”James sontak tersadar dari lamunannya dan mengangguk pada Xylan. Dengan kebingungan yang sedang menguasai pikirannya, dia tetap melangkah masuk ke dalam kamar sang raja.Begitu dia memasuki area itu untuk pertama kalinya, James bisa melihat jasad raja Kerajaan Ans De Lou yang terbaring kaku di atas tempat tidur mewah itu. Dia hanya bisa menghembuskan napas pelan melihat orang yang pernah bertanggung jawab atas kerumitan hubungan antara ayahnya dan juga ayah Riley itu. Akibat kesalahan raja yang telah wafat itu, hubungannya dengan Riley pun meregang.Akan tetapi, sang raja telah meminta maaf kepadanya dan dia pun telah memaafkan segala kesalahannya sehingga saat itu sudah tidak ada rasa amarah ataupun dend
Sebelum James memberikan jawaban atas perkataan Xylan Wellington, sang putra mahkota yang masih sangat muda itu, Xylan telah kembali berbicara, “Jenderal Gardner, aku tahu permintaanku ini sangat berlebihan.”“Dan aku tahu … tujuanmu bersedia kembali ke istana ini adalah demi kakak iparku, namun … aku sangat membutuhkan bantuanmu, Jenderal Gardner,” Xylan menambahkan dengan raut wajah penuh permohonan.James menghela napas panjang dan kemudian menggelengkan kepalanya.Hal itu membuat Xylan lemas dan juga kecewa. Tetapi, itu hanya berlangsung sementara karena tidak lama kemudian Xylan mendengar James berkata, “Anda tidak perlu meminta saya sampai seperti ini, Yang Mulia.”Xylan terhenyak. Terlebih lagi James melanjutkan dengan berkata, “Sebagai seorang Jenderal Perang Kerajaan Ans De Lou, tugas saya tidak hanya melindungi negeri ini. Tapi juga melindungi kepala pemimpin kerajaan ini.”Mulut Xylan terbuka sedikit karena terkejut mendengar jawaban James yang tanpa sedikitpun keraguan it
“Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Reiner terlihat semakin bingung.Biasanya, jika mereka memenangkan sebuah peperangan, mereka akan disambut dengan begitu meriah.Tidak hanya sejumlah prajurit istana saja yang menyambut mereka, namun juga para pejabat istana serta anggota keluarga kerajaan akan menyambut kedatangan mereka.Akan tetapi, saat itu hanya ada sejumlah prajurit dan prajurit pengawal pangeran saja yang ada di lapangan tempat pesawat mereka akan segera mendarat.Hal itu tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan yang akhirnya mencuat di kepala para prajurit yang baru kembali dari pertempuran antara hidup dan mati itu. “Apa mereka tidak mendengar kabar kemenangan kita?” celetuk salah seorang prajurit kelas satu dengan nada penuh rasa kecewa.Seorang prajurit kelas dua menanggapi, “Tidak mungkin. Mereka pasti mendengarnya. Ini sebuah kemenangan besar yang ditunggu-tunggu. Mereka tidak mungkin tidak tahu.”“Betul. Istana pasti telah mengumumkan berita paling membahagiakan i
“Astaga, Xylan! Mengapa kau meragukan dia?” Rowena membalas dengan nada pelan, seolah takut membuat putra kecilnya yang sedang tertidur dalam gendongannya terbangun akibat suaranya yang mungkin terlalu kencang.Xylan menggelengkan kepala, “Aku sama sekali tidak bermaksud meragukan dia. Hanya saja, aku tahu tujuan utamanya kembali ke istana ini, Rowena. Dia ….”“Berhenti berpikir seperti itu! Dia akan sangat kecewa kalau dia tahu ternyata kau meragukan kesetiaannya,” kata Rowena dengan tajam.Rupanya nada suaranya kali itu sedikit agak lebih keras sehingga sang putra, Kharel Mackenzie terganggu tidurnya sampai bocah kecil itu menggerakkan tubuhnya.Rowena pun kembali mencoba untuk membuat pangeran kecil itu terlelap lagi dengan cara menimangnya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.Xylan terdiam, seakan dia tahu sang kakak masih belum selesai berbicara.Ternyata memang benar dugaan Xylan. Usai keponakan kesayangannya itu tertidur tenang lagi, Rowena pun berkata lagi, “Xylan, menuru
Selama Ben mengenal James, baru saat itu dia melihat James terlihat begitu sangat frustasi.Biasanya James selalu tampak datar, dingin dan tak jarang malah tanpa emosi. Akan tetapi, James yang sangat kaku itu telah berubah.Rasa cemas dan gelisah itu ditampakkan dengan jelas. Hal itu tentu membuat Ben cukup bingung menanggapinya.Akan tetapi, dia kemudian mendengar Reiner berkata, “Tenanglah, James! Ini bukan berarti kau tidak bisa membawa Riley pulan selamanya. Namun, kau hanya belum bisa membawanya pulang saat ini saja.”Reiner menepuk punggung James yang terlihat sedikit bergetar itu. Oh, Reiner sangat terkejut. Rupanya James benar-benar sangat memikirkan perasaan putra sahabat mereka itu. “Ingat, James. Kita akan kembali ke sana untuk mencarinya lagi, jadi kau tidak perlu merasa bersalah,” Reiner menambahkan.Bukannya menjadi tenang, James malah semakin resah. Pria muda itu menoleh ke arah Reiner dan membalas, “Bagaimana bisa aku tidak merasa bersalah, Rei? Aku … sudah berjanji
Seakan baru tersadar, James sontak mengangguk perlahan, “Kau benar, Rei. Kita … harus kembali ke istana dan menyusun strategi lagi untuk menemukan Riley.”Reiner pun akhirnya bisa bernapas dengan penuh kelegaan.“Ayo! Kita harus segera meninggalkan tempat ini terlebih dulu,” ucap Reiner.James melihat sekeliling area tersebut untuk yang terakhir kalinya. Setelah dia merasa semua usahanya sudah cukup untuk saat itu, dia segera naik ke pesawat yang akan membawanya kembali menuju Kerajaan Ans De Lou.Selama dalam perjalanan, James lebih banyak terdiam.Sementara Reiner dan Ben yang juga berada di dalam pesawat yang sama dengan James berulang kali masih mengajak James berbicara. Namun, pria muda itu tetap memilih untuk diam.Padahal, Reiner ingin menghiburnya dengan cara mengalihkan perhatian James dari masalah Riley yang belum ditemukan. Sayangnya, dia masih gagal melakukannya. James masih terlihat tidak ing
Sang prajurit sontak mendadak takut.Apalagi, sorot mata James Gardner tiba-tiba berubah tajam seolah sedang menusuk dirinya.Oh, dia sungguh hanya bermaksud untuk mengungkapkan apa yang sedang dia pikirkan. Dia tidak bermaksud menyinggung jenderal perang itu.Dia tentu saja tidak berani melawan James Gardner. Nyalinya pun seketika semakin menciut kala dia mendengar James berbicara kembali, “Ayo! Katakan padaku! Apa kau bermaksud mengatakan kalau Riley tidak mau bertemu denganku?”Prajurit bernama Joseph Zow itu dengan segera menggelengkan kepala kuat-kuat. “Tidak, Jenderal Gardner. Bukan itu maksud saya. Saya hanya-”“Lalu, apa? Bagaimana bisa kau berpikir Riley tidak ingin keluar dari tempat persembunyiannya?” kini nada suara James semakin terdengar frustasi.Tidak mau suasana di sana semakin tidak terkendali, Reiner segera mendekati sahabatnya itu dan berkata, “James, hentikan!&r