Satria hanya diam saja karena tahu sejak awal mereka memang hanya ingin mempermainkannya saja, buktinya mereka juga bawa tempat minum masing-masing. Lagipula biasanya mereka makan di kantin atau tempat lain, tapi kali ini mereka malah memilih makan di kelas. Sekilas saja sudah terlihat jelas niat buruk mereka.
“Maaf,” ucap Satria pelan.
“Maaf-maaf minum nih air! Kita nggak butuh air mineral murahan begini!” bentak Leo sambil membuka tutup botol air mineral dan mengguyurkannya ke kepala Satria.
Andre dan siswa lainnya langsung tertawa melihat baju Satria basah kuyup seperti itu, Leo dengan teganya kembali mengguyur tubuh Satria sampai dua botol air mineral itu kosong. Andre dan yang lainnya kembali tertawa dengan mulut penuh makanan, siswa siswi lainnya di kelas tersebut ikut tertawa, jika ada saja satu orang yang tidak tertawa maka dia juga akan dianggap musuh oleh kelompok anak-anak elit di kelas tersebut.
“Gimana sudah nggak haus lagi kan?” tanya Arga pura-pura peduli.
“Ga kasihan dia cuma minum doang kasih makan dong,” tukas Andre sambil memberikan botol cabai bubuk yang masih rapat tersegel. Itu artinya mereka memang sengaja membelinya untuk menyiksa Satria.
“Buka mulutnya dong adek, pesawat mau masuh nih. Ngiung-ngiung-ngiung,” kata Arga sambil menggerakan botol cabai bubuk yang sudah terbuka ke dekat mulut Satria. Tapi Satria langsung memalingkan kepalanya, sontak Andre langsung berdiri.
‘Beukh’
Dengan keras Andre melayangkan tinjunya menghantam perut Satria hingga dia sempoyongan dan meringis kesakitan. Leo dari belakang langsung melompat dan menghantamkan lututnya ke tubuh Satria sampai dia tumbang ke lantai yang basah, setelah itu Andre kembali mengangkat tubuh Satria dengan menjambak rambutnya.
“Buka nggak mulut kau! Atau kau ingin kami hajar lagi hah?!” bentak Andre sembari melotot.
Satria terpaksa membuka mulutnya, bukan karena takut dihajar lagi atau takut melawan Andre. Tapi dia tahu semua itu tidak akan ada gunanya dan hanya akan menambah masalah. Arga saat itu juga langsung menaburkan seluruh cabai bubuk dalam botol itu sekaligus ke mulut Satria sontak saja Satria langsung batuk dan wajahnya langsung memerah karena kepedasan.
“Hahaha..” Andre dan yang lainnya kembali tertawa puas. Di saat itulah bel masuk berbunyi, Satria terlihat mulai mengeluarkan airmata dari matanya karena pedas di mulut dan panas di tenggorokannya.
“Uhuk-uhuk,” Satria batuk kembali dan duduk di lantai yang basah sambil memegangi tenggorokannya, bubuk cabai itu sudah tertelan sekaligus dan tidak mungkin bisa dimuntahkan lagi. Saat itulah suara langkah seseorang terdengar dari balik pintu.
Andre dan semua siswa lainnya buru-buru membereskan bekas makanan mereka dan duduk rapi di kursinya masing-masing sementara Satria masih tersiksa dan berusaha bangkit. Seorang guru matematika pria tampak sudah berdiri di depan sambil memperhatikan Satria.
“Ada apa ini? Kenapa lantainya sampai basah begitu?” tanya guru matematika dengan galak.
“Ini pak, Satria kecebur katanya di kolam renang eh malah maksa masuk kelas pake baju basah kuyup begitu,” jawab Andre.
“Apa benar itu Satria?” tanya guru matematika seraya menatap Satria dengan tajam, tapi Satria tidak bisa menjawab karena dia kepedasan.
“Murid macam apa kau ini! pergi keringkan bajumu dahulu lalu kembali lagi!” usir guru matematika sambil menunjuk pintu keluar. Tanpa banyak bicara Satria langsung berlari keluar, tujuannya kali ini sudah jelas toilet. Di luar dia berpapasan dengan Maya dan teman-temannya, mereka langsung tertawa melihat Satria.
“Si banci nangis noh,” ejek Maya.
“Mungkin dia ditolak cowok gebetannya,” timpal yang lainnya sambil tertawa. Tapi Satria menghiraukan mereka dan terus berlari ke toilet.
Di dalam toilet dia langsung saja meneguk air keran sebanyak banyaknya. Akhirnya setelah muntah beberapa kali rasa pedas di mulutnya serta panas di perutnya langsung reda, Satria langsung membuka bajunya yang basah dan dia gantungkan di kastop agar cepat kering. Perlahan Satria kembali mengatur nafasnya sambil mengepalkan tangannya.
“Keparat!” gerutu Satria dengan penuh amarah.
“Semua orang di sekolah ini benar-benar brengsek!” sambung Satria. Dia tahu kalau guru matematika pasti bisa menebak apa yang terjadi, terlebih kenakalan Andre dan yang lainnya sudah pasti diketahui oleh mereka. Tapi karena orang tua mereka merupakan orang-orang elit membuat semua guru dan staf sekolah tidak berani berkutik sedikitpun.
Setelah bajunya kering Satria kembali ke kelasnya, di sana pelajaran terlihat sudah dimulai. Tapi pas Satria masuk guru matematika terlihat langsung memelototinya, semua murid lainnya juga langsung tertawa. Satria langsung menatap sekelilingnya seolah mencoba menebak apalagi yang sudah Andre lakukan selama dia pergi ke toilet.
“Itu orangnya pak!” ucap seorang murid pria berkacamata yang bernama Vanzard. Dia adalah siswa terpintar di kelasnya setelah Satria, namun sikap dan kelakuannya sama saja dengan Andre dan teman-temannya.
“Satria apa-apaan PR kamu ini! Semuanya salah! Malah ngaco!” bentak guru matematika sambil memperlihatkan buku Satria.
“Lihat dong punya Andre dan yang lainnya! Mereka benar semua!” hardik guru matematika lagi sambil melempar buku Satria.
Saat itu juga Satria menangkapnya dan melihat PR nya, ternyata benar jawabannya sangat ngaco. Padahal tadi dia mengerjakannya dengan benar sesuai dengan yang dia tulis di buku Andre dan yang lainnya. Setelah dilihat dengan teliti ternyata ada bekas sobekan di buku Satria tersebut, sontak saja Satria menatap Vanzard di kejauhan yang malah melotot.
“Maaf pak, semuanya memang ngaco,” ucap Satria.
“Hahaha.. murid beasiswa kok ngisi PR ngaco!” ejek Maya.
“Aduh malu-maluin pemegang beasiswa lainnya aja nih,” timpal Andre.
“Anehnya selama ini dia dapat rangking dua terus dibawahku, benar-benar malu-maluin,” imbuh Vanzard.
“Dia pasti curang tuh tiap ulangan!” kata Leo sambil tertawa.
“Duduk kau Sat! kerjakan PR-mu lagi!” perintah guru matematika. Satria hanya menunduk dan duduk lagi di mejanya. Tapi saat dia mau menulis ternyata semua alat tulisnya hilang.
“Pulpen saya hilang pak,” kata Satria. Saat itu juga semua murid kelas tersebut tertawa kembali.
“Itu urusan saya juga?” tanya guru matematika dengan wajah kesal.
Akhirnya dengan tertunduk Satria langsung izin membeli bolpoin dan kembali lagi ke kelasnya. Hari itu sampai sepulang sekolah dia terus mendapatkan hinaan dan caci maki dari teman-temannya, setiap hari sekolah bagi Satria bagaikan berlangsung satu tahun. Setiap hari selalu saja dia disiksa dan dihina oleh teman-temannya seolah tidak pernah bosan dan lelah.
Setelah sampai di kontrakannya Satria langsung mandi, makan dan beristirahat sejenak. Setelah itu dia langsung menyalakan komputer miliknya, komputer itu dia beli setelah tiga bulan kerja sampingan. Satria langsung menggunakan headphone miliknya dan masuk ke dalam game tipe MMORPG paling populer saat ini yaitu game Mythical World RPG.
“Kelihatannya hari ini aku akan menghancurkan semua bos dungeon yang ada lagi,” ucap Satria sambil tersenyum menatap layar monitornya.
Di dalam game inilah dia melampiaskan seluruh kekesalannya, hanya dalam satu malam saja Satria bisa menyelesaikan dungeon terberat yang ada di game Mythical World RPG seorang diri. Padahal biasanya satu squad full 10 orang saja baru bisa menyelesaikan dungeon dalam dua hari.
Akun game milik Satria kini bahkan sudah ada di level maksimal yaitu level 70. Dia sudah menamatkan semua event dari yang langka sampai yang biasa serta semua misi yang ada dalam game tanpa membutuhkan waktu yang lama. Nama akun miliknya adalah Loner King (Raja Penyendiri) itu sangat sesuai karena Satria selalu bermain game sendirian tanpa memiliki teman, lebih tepatnya dia tidak mau memiliki teman, semua yang terjadi kepadanya selama ini di sekolah juga turut mengubah cara pandangnya terhadap ikatan pertemanan.
Satria lebih suka bermain solo apapun misi dan eventnya, jika memang ada event khusus yang membutuhkan orang lain biasanya dia memakai akun cadangannya yang lain untuk digunakan. Meski begitu nickname akun Loner King sudah terkenal di kalangan player game Mythical World RPG, bahkan player lain menjuluki akun tersebut sebagai akun Sang Dewa Game.
Bukan tanpa alasan, karena saking hebatnya Satria memainkan game, dia sendirian saja sudah cukup untuk menghadapi satu squad full party berjumlah 10 orang. Bahkan bisa lebih tergantung kemampuan lawannya, banyak guild-guild terkenal yang ingin merekrutnya namun dia tolak. Satria memang lebih suka bermain solo daripada harus bermain duo, trio, squad atau yang lainnya. Baginya sangat sulit untuk mempercayai orang lain lagi setelah semua yang terjadi.
Dari sore sampai malam Satria terus memainkan gamenya, baginya game adalah satu-satunya pelampiasan dari bullyan dan hinaan teman-temannya di sekolah. Dia membayangkan semua bos dungeon yang dia jelajahi sebagai teman-temannya, dengan begitu tanpa membutuhkan waktu lama Satria sudah menyelesaikan semua lantai dungeon dalam game Mythical World RPG malam ini. “Jika saja kalian tidak memanfaatkan kekuatan dan kekuasaan orang tua kalian maka sudah lama kalian babak belur!” gerutu Satria sambil menatap langit-langit kamarnya. “Seumur hidup aku tidak akan pernah memaafkan kelakuan mereka selama tiga tahun di SMA ini, suatu saat nanti mereka akan menjadi budak-budaku di dunia ini!” sambung Satria sambil mengepalkan tangannya erat-erat. Dia sudah tidak sabar untuk segera lulu dari SMA dan memulai jalan kesuksesannya sendiri untuk membalas dendam kepada teman-temannya. ‘Tring’ Terdengar notifikasi di
Pelajaran IPS sudah selesai, guru langsung menyuruh Satria untuk membereskan ruangan kelasnya dari bola-bola kertas yang berserakan. Satria akhirnya membereskan kelas diiringi oleh tertawaan teman-temannya.“Cocok nih jadi pemulung,” celetuk Arga sambil tertawa.“Hus, gitu-gitu juga dia itu siswa berprestasi, dalam memulung tentunya,” timpal Vanzard, lagi-lagi semua siswa di kelas tertawa riuh.“Awas kalian nanti malam, aku akan mencari akun game kalian dan menghabisi kalian di dalam game!” batin Satria sambil terus mengambil bola-bola kertas.Tiba-tiba saja suara langkah kaki terdengar mendekat dari luar ruangan kelas tepat setelah Satria selesai membereskan ruangan, seorang pria paruh baya berkacamata hitam dan pakaian rapi masuk ke dalam kelas. Semua siswa termasuk Satria langsung keheranan karena baru kali ini mereka melihat pria tersebut.
Pria di depan Satria langsung melompat mundur saat panah-panah berapi mulai melesat menuju Satria. Dengan lincah Satria melompat kesana kemari menghindari panah yang menghujaninya dari langit, tapi meski dia bergerak cepat menghindari panah sebanyak itu tetap saja susah, beberapa bagian tubuhnya bahkan terserempet panah sampai mengeluarkan darah.Teman-temannya yang melihat dari kejauhan terlihat menyeringai puas, Satria terus berusaha menghindari panah meski di beberapa bagian tubuhnya kini sudah terluka. Tapi itu lebih baik daripada harus mati, pada akhirnya semua panah sudah menancap di tanah. Satria tampak terengah-engah kelelahan karena terus bergerak tanpa henti.“Ini buruk, jika saja aku memiliki senjata atau bisa menggunakan sihir mungkin akan jauh lebih mudah,” gumam Satria seraya tangannya bergerak untuk membenarkan kacamatanya. Tapi dia baru sadar ternyata dia tidak memakai kacamata sama sekali. Setelah diingat-ingat m
“Ranger,” ucap Satria yang langsung berlari menuju ke tempat suara yang meminta tolong. Tubuhnya mendadak menjadi sejuk pertanda job class dirinya sudah berubah, job class ranger memang sangat berguna saat berada di dalam hutan.Kini pendengaran Satria sudah tiga kali lebih tajam dari biasanya berkat job class ranger yang dia gunakan, tubuhnya juga semakin ringan hingga bisa melompat dari satu dahan pohon ke dahan lainnya. Dia benar-benar tidak menyangka jika akan merasakan sendiri berpetualang di dunia game, kelihatannya harapannya yang dia tulis agar game Mythical World menjadi lebih realistis jadi kenyataan.“Percuma kau meminta tolong! Di tengah hutan seperti ini tidak akan ada orang yang datang,” terdengar di kejauhan seorang pria berbicara.“Asap?” gumam Satria saat melihat kalau di kejauhan juga terlihat asap hitam pekat membumbung tinggi.Tak lama kemudian
“Dari guild atau squad mana kau berasal hah?” tanya guardian.“Tidak mungkin wizard biasa bisa menahan tehnik pedangku seperti itu, katakan siapa kau sebenarnya?” tanya swordman.“Guild? Squad? Aku tidak tergabung dalam guild apapun, lagipula aku lebih suka bertarung sendirian. Aku tidak suka dibebani dengan keberadaan orang lain,” jawab Satria sambil berjalan maju kearah tiga pria di depannya.“Fighter,” ucap Satria. Tubuhnya kembali terasa sejuk pertanda perubahan job classnya.“Sayang sekali karena kalian harus menghadapiku!” tegas Satria yang langsung maju, dua swordman langsung berlindung dibelakang guardian yang memegang tameng. Sementara itu assasins di belakang Satria kembali melesat maju. Tapi Satria tetap maju dan melayangkan tinju kanannya ke arah guardian yang memegang tameng.‘Bbbrrrraakkhh’
“Guardian,” ucap Satria sambil menyeringai, tubuhnya langsung terasa sejuk.“Maksimal defend!”“Time distortion!”“Full magic resistance!” ucap Satria menggunakan tiga tehnik guardian sekaligus, tentunya hal itu membuat pria dengan armor paling bagus terkejut sebab sangat jarang ada orang yang bisa menggunakan tiga tehnik sekaligus dalam waktu yang sama.Saat itu juga dari langit terlihat kilatan petir yang besar menyambar ke arah Satria, dari depannya juga muncul kobaran api besar yang membara melesat menuju kearahnya, dari belakang Satria langsung muncul kabut putih yang dingin membentuk bongkahan-bongkahan es keceil yang melesat menuju Satria.Dari atas langit juga muncul panah-panah berapi yang banyak bagaikan hujan, dari samping kiri dan kanan Satria juga terlihat panah-panah api dan es yang melesat cepat. Sementara dari beberapa penjuru tampak sebuah tek
Esok harinya, Satria berpamitan kepada warga Desa Taki yang sudah ditolongnya. Hari ini dia berniat kembali ke tempat pertama kali dia muncul di dunia ini yang kata para penduduk tempat itu cukup dekat dengan Kota Lunar. Tujuan Satria adalah untuk memastikan apakah teman sekelasnya masih ada di sana atau tidak, jika ada kesempatan yang bagus mungkin dia bisa memberi mereka pelajaran.Satria yang menggunakan job class ranger langsung masuk ke dalam hutan menyusuri tepi sungai yang menuju ke air terjun. Sepanjang hutan dia terus berdecak kagum menikmati pemandangan yang begitu indah, sebenarnya dia berharap bertemu dengan monster yang biasa muncul di game MW RPG tapi menurut penduduk desa di sekitar sana memang jarang ada monster sebab para petualang selalu membasminya sesuai quest atau misi dari asosiasi petualang Kota Lunar.“Jadi di dunia ini NPC juga bisa menjadi petualang dan membentuk guild rupanya, benar-benar lebih realitstis,&rd
“Aku baru tiga bulanan memainkannya. Kamu sendiri sudah berapa lama?” jawab Alexa.“Aku juga belum lama kok. Karena itulah aku kemari ingin mencari tahu bagaimana cara mengecek statistik kekuatan kita, tapi ternyata di sini juga tidak bisa. Kelihatannya banyak sistem yang berbeda dengan yang ada di dalam game,” jawab Satria seraya menarik nafas panjang.“Memang benar dugaanmu. Sekarang saja peringkat petualang dikelompokan menjadi sepuluh kelompok, sihir juga ada sepuluh tingkatan, misi juga dikelompokan ke sepuluh klasifikasi kesulitan. Aku tidak mengerti apa yang terjadi, tapi perbedaannya terlalu besar,” kata Alexa.“Sepuluh tingkatan?” ucap Satria dengan wajah kaget, padahal terakhir kali di dalam game semuanya hanya ada tujuh tingkatan saja baik misi, peringkat petualang dan sihir. Satria termenung sebentar, terlintas terakhir kali dia memainkan game MW RPG setelahnya
Selamat sore sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Hari ini novel Solo vs Squad (season 1) sudah tamat dan akan dilanjutkan ke season kedua. Perjalanan Satria di dunia game Mythical World RPG sudah mencapai setengahnya, petualangan, pengorbanan dan perjuangan yang dia lakukan saya harap berkesan bagi sobat semuanya. Novel ini hanyalah fiksi belaka, andaikan ada kesamaan nama tempat, tokoh dan yang lainnya itu hanya kebetulan semata. Saya harap ada hal-hal baik dari novel ini yang bisa kita ambil sebagai pembelajaran, adapun hal-hal buruknya cukup kita jadikan pengetahuan. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena di dalam novel ini masih banyak kekurangan, terutama kesalahan dalam penulisan atau kata yang diulang-ulang. Pengetahuan saya dalam dunia literasi belumlah seberapa, saya akan belajar lebih banyak lagi agar bisa membuat novel yang lebih baik lagi. Sekali lagi saya mohon maaf kepada sobat pembaca semuanya
Esok harinya setelah mereka bangun, mereka kembali bersiap-siap untuk melakukan perjalanan pulang. Tapi sebelum itu mereka untuk pertama kalinya memasak dulu di dalam dungeon untuk sarapan. Sebab makanan yang sudah masak dibekal Satria juga sudah habis, kini hanya makanan mentah saja yang dibawa oleh Satria.Sebagai pengamanan, Satria memanggil dua archangel untuk menghabisi monster yang menghalangi jalan mereka. Setelah persiapan mereka selesai, barulah mereka melangkahkan kakinya keluar dari lantai 70. Raut wajah mereka semua terlihat cerah karena mereka akhirnya bisa pulang dari sarang monster mengerikan itu. Tadinya Satria berniat menggunakan item gate of teleportation, tapi ternyata item tersebut tidak bisa digunakan di dalam dungeon, jadi mau tidak mau mereka harus kembali berjalan kaki untuk keluar dari sana.“Oh iya, sekarang aku ingin tahu seberapa jauh level kalian meningkat,” tutur Satria seraya berjalan paling depan.&ld
“Kelihatannya Noir telah menyelamatkan nyawa kalian semua,” sambung Satria.“Ya. Dia merespon dengan cepat saat melihat pergerakan Pixie yang mencoba menggunakan skill healingnya, dia menggunakan skill khususnya untuk memaksa kami tiarap ke tanah yang telah menyebar dari skill gnome sebelumnya,” tutur Alexa.“Sekilas aku melihat dia telah putus asa mengingat kau terkena serangan telak dari Glace, tapi saat melihat seranganmu yang mengalihkan perhatian Glace tampaknya dia kembali punya harapan,” sambung Alexa.“Ya. Kelihatannya orang yang paling berjasa kali ini adalah Noir, tanpa ragu dia bahkan menggunakan skill ultimatenya untuk menjauhkan Glace dariku. Di saat yang bersamaan dia juga memecahkan healing potion menggunakan skillnya itu hingga bisa memulihkanku, aku tidak menyangka jika di situasi saat itu dia masih kepikiran rencana secerdik itu,” timpal Satria.“Kita benar-ben
Saat itu juga tujuh lapis lingkaran sihir muncul di sekitar tubuh Satria bersamaan dengan bergetarnya permukaan es, mendadak saja pusaran api besar muncul mengelilingi tubuh Satria serta membakar habis akar-akar pohon besar yang ada di sekitarnya. Kini dengan jelas dia bisa melihat sosok Glace yang masih menapak di atap lantai dungeon.‘Beukh’Tiba-tiba saja tubuh Satria sudah ada di hadapan Glace menggunakan skill assassin miliknya meski tanpa mengubah job classnya dulu. Tinju tangan kanan Satria dengan telak menghantam tubuh Glace hingga dia terpental menghantam permukaan es hingga terdengar benturan yang amat keras. Satria segera menggenggam lagi invisible saber di tangan kanannya.“Top tier magic: thunder spear!”“Dimensional slash!” teriak Satria menggunakan dua skill serangan level 70 dari dua job class yang berbeda sekaligus.Tujuh lapis lingkaran sihir muncul di sekitar tubuh
Tubuh Satria tampak tergeletak tak berdaya di tengah-tengah kabut putih yang mengepul di cekungan permukaan es, darah tampak menetes dari luka di kepala dan tubuhnya. Seluruh armor hitam terkuatnya kini telah hancur berkeping-keping karena skill serangan milik Glace. Andaikan saja dia tadi tidak mengendalikan Pixie dari kejauhan untuk memberikan bantuan sihir healing dan penguat tubuh kepada tubuhnya, mungkin kini dia sudah tewas.“Kelihatannya aku masih selamat,” batin Satria saat samar-samar tatapannya yang kabur masih bisa melihat kabut putih tebal di sekitarnya. Tampaknya hanya mata kanannya saja yang masih bisa melihat agak baik, mata kirinya sendiri serasa begitu perih dan rasanya ada darah terus keluar dari luka di mata kirinya itu.“Tapi, kenapa sihir Pixie berhenti secara tiba-tiba?” gumam Satria seraya berusaha bangkit dengan nafas yang terengah-engah, tubuhnya kini serasa dipenuhi oleh rasa sakit. Jika orang biasa pasti su
“Kelihatannya aku harus mencoba beberapa rencana, meskipun resikonya serangan itu tidak akan berdampak lagi kepada Glace saat dia menggunakan skill ultimatenya nanti,” pikir Satria sembari mencabut invisible saber yang dia selipkan di pinggangnya.Melihat serangan cepat datang menuju ke arahnya, Glace kali ini dengan cepat menghindar hingga tubuhnya lenyap dari pandangan Satria. Tapi Satria segera tersenyum dan merubah job classnya menjadi seorang guardian, dengan cepat dia menggunakan skill tebasan angin untuk membelokan serangan gabungan salamander dan sylph yang malah menuju ke arahnya hingga berbelok menuju ke arah lintasan pergerakan Glace.‘Wwrrrr’‘Dhhaaaammrrr’Lagi-lagi serangan gabungan itu menghantam tubuh Glace yang segera merespon dengan skill assassin miliknya untuk menahan serangan yang datang. Satria sekencang mungkin berteriak memanggil nama archer Heptagram agar dia menjalankan
Rasanya memang lebih gampang menghadapi Skorpius, sebab meski levelnya 90 di atasnya, tapi dia adalah petarung jarak jauh dengan kecepatan lambat dan sangat mudah dihadapi oleh petarung jarak dengan dengan kecepatan tinggi. Sementara Glace merupakan petarung jarak dekat dengan job class yang memiliki kecepatan tertinggi diantara yang lainnya yakni assassin.“Untuk mengimbangi kecepatannya, aku harus memusatkan semua statistic di kecepatan. Tapi itu malah akan membahayakan diriku jika dia berhasil mendaratkan serangannya,” pikir Satria seraya melompat mundur lagi setelah beradu serangan. Pisau dari dreamer’s weapon miliknya segera dia selipkan di pinggangnya, dia kemudian mengeluarkan dua pisau yang sudah di enchant dengan elemen petir.“Kelihatannya aku memang memerlukan bantuan saat ini,” gumam Satria sembari menggenggam erat pisaunya. Saat itu juga salamander dan sylph yang ada di dekat rekan rekannya kini mulai bergerak mend
Satria dengan lihai meladeni setiap serangan yang dilakukan oleh kelelawar salju raksasa tersebut, pisau hitam yang dipegangnya tampak terus dia ayunkan dengan cepat meladeni setiap serangan dari kuku Glace de Rouge. Alexa dan yang lainnya memang tidak bisa melihat pergerakan cepat mereka secara langsung, namun jejak benturan serangan mereka masih tetap bisa mereka lihat dan dengar.“Kita harus cepat menghabisi setiap golem es yang ada di sini!” perintah Alexa. Saat itu juga rekan-rekannya yang lain segera bergegas menyerang semua golem es yang mendekat. Undead, archangel dan roh elemental yang dipanggil Satria juga ikut membantu setiap serangan yang mereka lakukan.Mereka tidak berani berjauhan sesuai arahan dari Satria, sebab mereka harus tetap saling melindungi dan jika dibutuhkan mereka akan segera melakukan serangan yang direncanakan oleh Satria. Lantai 70 Dungeon Luxurie seketika ramai oleh suara benturan hebat dan dentuman keras saat pert
“Tapi entah mengapa firasatku mengatakan jika aku akan menemukan jawabannya di dungeon ini. Terlebih setelah aku mendapatkan buku skill yang sebelumnya tidak pernah ada, aku yakin di dungeon ini menyimpan banyak jawaban dari pertanyaan yang belum bisa aku jawab selama ini,” gumam Satria sembari menggenggam erat senapan hitam di tangannya.“Sorcerer,” ucap Satria mengubah job classnya, saat itu juga senapan hitam di tangannya berubah bentuk menjadi tongkat sihir dengan Kristal hitam di atasnya.“Summon: undead king thunderia!”“Summon: undead king airia!”“Summon: undead king wateria!”“Summon: undead king fireia!”“Summon: undead king earthia!” ucap Satria menggunakan skill lima skill summon undead level 70 sekaligus.Seketika itu juga tujuh lapis lingkaran sihir muncul di sekitar tubuh Satria, aura hitam mulai