"Pak Aland?" Tika baru menyadari bahwa ia kenal dengan Aland."Kamu cleaning service yang dulu bekerja di kantor tempatku bekerja dulu 'kan. Puji Tuhan, kita kembali bertemu setelah sekian lama.""Iya, Pak. Saya dipecat dari pekerjaan saya karena dituduh mencuri. Padahal demi Tuhan saya tidak pernah melakukannya," ucap Tika dengan raut wajah yang kembali sedih."Ya Tuhan … saya ikut prihatin dengan aoa yang menimpa kamu. Semoga kamu diber kesabaran dalam menghadapi ujian ini.""Maka dari itulah kami membawanya ke sini, siapa tahu Ayah mau memberi pekerjaan kepadanya," cetus Karina."Pekerjaan yang ada hanyalah pembantu dan cleaning service di kantor. Kamu ingin melamar pekerjaan yang mana?""Jadi pembantu aja, Pak.""Oke. Mulai detik ini kamu diterima bekerja di sini. Silahkan bersihkan dan taruh barang-barangmu di kamar bagian belakang. Ada dua kamar yang tidak terpakai, terserah kamu mau memilih kamar yang mana."Raut wajah Tika berbinar-binar. "Terima kasih banyak atas kebaikan anda
"Eh, Andrew?" ucap Aurel kaget."Bukannya kamu sempat pesan baju dari Zair butik?" tanya Andrew sambil memilah-milah pakaian."Iya, tapi itu baru dicuci untuk mensterilkannya," jawab Aurel.Mata Andrew memindai beberapa gaun lalu ia mengambil sebuah gaun berwarna sage green dan menilainya secara keseluruhan. "Ini cantik dan cocok di tubuh kamu," ucapnya.Gaun itu berbentuk long sleeve dress dengan beberapa hiasan bunga di pinggangnya yang membuat gaun itu terlihat anggun dan berkelas. Aurel mengangguk setuju lalu menerima gaun tersebut. "Sekarang kamu keluar dulu, aku mau ganti pakaian," pinta Aurel kepada Andrew."Aku 'kan suami kamu," ucap Andrew."Andrew, aku mohon…."Andrew tersenyum lalu mengangguk. "Baiklah." Andrew pun keluar dari walk in closet.Ia lalu masuk ke walk in closet miliknya dan memilih sebuah kemeja dan celana kain dan memakainya. Ia menatap pantulannya di cermin dan memuji dirinya sendiri yang terlihat maskulin. Setelah selesai, ia pun keluar dari walk in closet be
Karina kembali memasuki rumah lalu mengunci pintunya. Ia masuk ke dalam kamar dan menaruh kantong plastik pemberian Elard ke atas meja kerjanya. Ia lalu keluar kamar lagi dan memasuki kamar Kasih."Ibu," panggil Karina pelan."Eh, sini masuk, Nak!"Karina berjalan mendekati Kasih lalu duduk di kursi sebelah ranjang Kasih. "Ada apa, Bu?" tanyanya pelan."Ibu mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu." Kasih memberi jeda sejenak. "Kata dokter … kanker Ibu sudah masuk stadium empat bahkan sudah sangat parah dan mustahil di sembuhkan. Kata dokter, umur Ibu sudah tidak lama lagi."Mata Karina berkaca-kaca mendengarnya. "Gak, gak mungkin! Ibu kuat, Ibu pasti bisa bertahan. Jangan dengerin kata dokter itu, Bu. Dokter itu belum tentu benar.""Benar atau tidaknya itu urusan nanti. Maaf Ibu harus memberitahumu sekarang dan membuatmu sedih. Ibu hanya tidak ingin jika ibu benar-benar tiada lalu kamu akan kaget dan tidak bisa menerima kenyataan," tutur Kasih penuh kelembutan.Karina menggelengkan
Setelah membawakan lima lagu, konser pun selesai. Hiruk pikuk keramaian berangsur pudar. Kini Aurel sedang memakan bakso bersama Andrew si penjual bakso dekat lapangan konser.Mereka makan sambil bercerita banyak hal diselingi candaan. "Kamu ingat pas kita pertama nge-date? Kamu berkali-kali bersin tapi malah diam melamun saat aku nyodorin tisu, terus tiba-tiba kamu bersin keras banget sampai ingus kamu kemana-mana," ceplos Andrew sambil tertawa lepas.Aurel menutup wajahnya malu. Ia dengan gemas memukul tangan Andrew menggunakan sendok dengan kuat hingga Andrew mengaduh. "Jangan di ingat-ingat lagi! Aku ngambek, ah."Andrew berusaha menghentikan tawanya meski susah. Ia menyodorkan susu kotak kepada Aurel. "Jangan ngambek wahai ibu yang punya susi tapi masih suka minum susu," ceplosnya lagi.Aurel segera menoleh dan menatap Andrew tajam. "Selain cerewet, kamu juga nyebelin!""Cerewet gini juga kamu cinta 'kan?" goda Andrew sambil melahap baksonya.Mendadak Aurel terdiam. Ia menunduk d
"Tidak, ini palsu, editan! Aku gak mungkin ngelakuin hal kayak gini." Aurel berucap meyakinkan namun di sisi lain ia berbohong tentang ia yang mengaku tidak mungkin melakukan hal seperti itu, padahal kenyataannya ia melakukan hal itu bersama Rey.Agatha menatap Aurel sendu. Entah ia harus percaya atau tidak, ia bingung. Sedangkan Andrew tidak menunjukkan reaksi apa-apa, ia hanya terdiam sambil menatap Aurel datar."Tapi ini jelas banget lho, kayaknya bukan editan," ucap Marta mengomentari sambil berlagak meneliti foto yang ia pegang.Aurel semakin kelabakan, apalagi melihat raut kecewa yang ditunjukkan Agatha."Sumpah demi Tuhan aku tidak melakukan itu. Silahkan kalian cek sendiri iu benar atau tidak. Oh iya, aku punya teman yang ahli komputer. Aku akan memintanya untuk meneliti foto ini," ujar Aurel.Mata dan Veti saling tatap, mereka seolah berkata lewat lirikan mata, "Jangan biarkan itu terjadi!""Buat apa di teliti. Bisa saja 'kan temanmu itu kau bayar untuk bilang bahwa itu adala
Mobil yang dikemudikan Elard berhenti di persimpangan jalan. Karina memakai masker lalu turun dari mobil. Di tangannya terdapat paper bag berisi gaun pesanan Melinda.Ya, saat ini Karina ingin menemui Melinda sesuai janji untuk menyerahkan gaun pesanan Melinda. Karina melambaikan tangan kepada Melinda yang berdiri di ujung jalan. Mereka berpelukan sebentar layaknya sudah lama kenal.Ya walaupun mereka selama ini berkenalan dan berinteraksi lewat online. Tapi saat mereka bertemu langsung rasanya mereka seperti teman lama. "You so pretty," puji Melinda sambil menatap manik mata Karina dengan tangan yang memegang pundak Karina."Kamu juga," balas Karina."Aku sungguh penasaran dengan wajahmu yang setengahnya ditutupi masker itu. Hanya dengan melihat matamu saja kamu sudah terlihat sangat cantik," ujar Melinda."Justru seharusnya aku yang bilang seperti itu kepadamu. Kamu juga sangat cantik, Melinda."Melinda hanya tersenyum saat dipuji balik oleh Karina. "Ayo kita duduk-duduk dulu di kaf
Aurel dan Andrew pulang dengan raut wajah bahagia. Sampai-sampai orang-orang rumah yang melihatnya kebingungan."Wanita itu kenapa senyum-senyum, sih? Apa dia lupa tentang foto itu? Huh, kenapa juga Tuan Andrew juga terlihat bahagia? Benar-benar membuat mood-ku rusak," batin Marta yang sedang menyajikan teh hangat untuk Agatha.Aurel langsung memeluk Agatha dan menangis di pundak ibunya. "Mi, foto-foto itu beneran palsu. Aku sudah minta temanku untuk membuktikannya. Mami mau lihat? Lebih baik semuanya lihat agar tidak lagi menuduhku sembarangan termasuk kamu, Marta." Aurel menatap Marta dengan tajam disertai senyuman miring.Marta berusaha menampilkan senyum manis. "Ah, tentu saja, Nona. Semoga saja foto-foto itu benar-benar palsu jadi anda bebas dari segala tuduhan.""Ambilkan laptopku di kamar!" titah Aurel.Marta pun mengangguk dan bergegas menuju kamar Aurel. Wajahnya yang sedari tadi menampilkan senyum manis langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Sepanjang jalan ia mendu
"Acara selanjutnya, yaitu lelang gaun oleh desainer muda bernama Radina. Mari kita sambut, Radinaaa!" MC menyambut Karina diiringi tepuk tangan dan antusias dari para penonton.Karina pun menaiki panggung dengan sangat anggun bahkan sampai mengalahkan para model. Ia memakai topeng mata dengan motif dan warna yang sama dengan gaunnya. Setelah berdiri di depan mic, Karina melambaikan tangan yang disertai senyum manis membuat para penonton kembali bertepuk tangan dengan riuh."Hallo, everyone. Perkenalkan saya adalah Radina, seorang desainer pemula. Saya disini akan mengadakan lelang untuk sebuah gaun rancangan saya. Gaun ini hanya ada satu di dunia dan desainnya murni dari ide saya sendiri di setiap bagiannya yang menjadikan gaun ini sangat spesial. Gaun ini dibuat dari serat kain pilihan yang membuatnya premium dan sangat nyaman digunakan. Saya akan memulai lelang dengan harga lima belas juta.""Tujuh belas juta." Seorang pria menyahut disertai binar bahagia dari pasangannya."Sembilan