Karina kembali memasuki rumah lalu mengunci pintunya. Ia masuk ke dalam kamar dan menaruh kantong plastik pemberian Elard ke atas meja kerjanya. Ia lalu keluar kamar lagi dan memasuki kamar Kasih."Ibu," panggil Karina pelan."Eh, sini masuk, Nak!"Karina berjalan mendekati Kasih lalu duduk di kursi sebelah ranjang Kasih. "Ada apa, Bu?" tanyanya pelan."Ibu mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu." Kasih memberi jeda sejenak. "Kata dokter … kanker Ibu sudah masuk stadium empat bahkan sudah sangat parah dan mustahil di sembuhkan. Kata dokter, umur Ibu sudah tidak lama lagi."Mata Karina berkaca-kaca mendengarnya. "Gak, gak mungkin! Ibu kuat, Ibu pasti bisa bertahan. Jangan dengerin kata dokter itu, Bu. Dokter itu belum tentu benar.""Benar atau tidaknya itu urusan nanti. Maaf Ibu harus memberitahumu sekarang dan membuatmu sedih. Ibu hanya tidak ingin jika ibu benar-benar tiada lalu kamu akan kaget dan tidak bisa menerima kenyataan," tutur Kasih penuh kelembutan.Karina menggelengkan
Setelah membawakan lima lagu, konser pun selesai. Hiruk pikuk keramaian berangsur pudar. Kini Aurel sedang memakan bakso bersama Andrew si penjual bakso dekat lapangan konser.Mereka makan sambil bercerita banyak hal diselingi candaan. "Kamu ingat pas kita pertama nge-date? Kamu berkali-kali bersin tapi malah diam melamun saat aku nyodorin tisu, terus tiba-tiba kamu bersin keras banget sampai ingus kamu kemana-mana," ceplos Andrew sambil tertawa lepas.Aurel menutup wajahnya malu. Ia dengan gemas memukul tangan Andrew menggunakan sendok dengan kuat hingga Andrew mengaduh. "Jangan di ingat-ingat lagi! Aku ngambek, ah."Andrew berusaha menghentikan tawanya meski susah. Ia menyodorkan susu kotak kepada Aurel. "Jangan ngambek wahai ibu yang punya susi tapi masih suka minum susu," ceplosnya lagi.Aurel segera menoleh dan menatap Andrew tajam. "Selain cerewet, kamu juga nyebelin!""Cerewet gini juga kamu cinta 'kan?" goda Andrew sambil melahap baksonya.Mendadak Aurel terdiam. Ia menunduk d
"Tidak, ini palsu, editan! Aku gak mungkin ngelakuin hal kayak gini." Aurel berucap meyakinkan namun di sisi lain ia berbohong tentang ia yang mengaku tidak mungkin melakukan hal seperti itu, padahal kenyataannya ia melakukan hal itu bersama Rey.Agatha menatap Aurel sendu. Entah ia harus percaya atau tidak, ia bingung. Sedangkan Andrew tidak menunjukkan reaksi apa-apa, ia hanya terdiam sambil menatap Aurel datar."Tapi ini jelas banget lho, kayaknya bukan editan," ucap Marta mengomentari sambil berlagak meneliti foto yang ia pegang.Aurel semakin kelabakan, apalagi melihat raut kecewa yang ditunjukkan Agatha."Sumpah demi Tuhan aku tidak melakukan itu. Silahkan kalian cek sendiri iu benar atau tidak. Oh iya, aku punya teman yang ahli komputer. Aku akan memintanya untuk meneliti foto ini," ujar Aurel.Mata dan Veti saling tatap, mereka seolah berkata lewat lirikan mata, "Jangan biarkan itu terjadi!""Buat apa di teliti. Bisa saja 'kan temanmu itu kau bayar untuk bilang bahwa itu adala
Mobil yang dikemudikan Elard berhenti di persimpangan jalan. Karina memakai masker lalu turun dari mobil. Di tangannya terdapat paper bag berisi gaun pesanan Melinda.Ya, saat ini Karina ingin menemui Melinda sesuai janji untuk menyerahkan gaun pesanan Melinda. Karina melambaikan tangan kepada Melinda yang berdiri di ujung jalan. Mereka berpelukan sebentar layaknya sudah lama kenal.Ya walaupun mereka selama ini berkenalan dan berinteraksi lewat online. Tapi saat mereka bertemu langsung rasanya mereka seperti teman lama. "You so pretty," puji Melinda sambil menatap manik mata Karina dengan tangan yang memegang pundak Karina."Kamu juga," balas Karina."Aku sungguh penasaran dengan wajahmu yang setengahnya ditutupi masker itu. Hanya dengan melihat matamu saja kamu sudah terlihat sangat cantik," ujar Melinda."Justru seharusnya aku yang bilang seperti itu kepadamu. Kamu juga sangat cantik, Melinda."Melinda hanya tersenyum saat dipuji balik oleh Karina. "Ayo kita duduk-duduk dulu di kaf
Aurel dan Andrew pulang dengan raut wajah bahagia. Sampai-sampai orang-orang rumah yang melihatnya kebingungan."Wanita itu kenapa senyum-senyum, sih? Apa dia lupa tentang foto itu? Huh, kenapa juga Tuan Andrew juga terlihat bahagia? Benar-benar membuat mood-ku rusak," batin Marta yang sedang menyajikan teh hangat untuk Agatha.Aurel langsung memeluk Agatha dan menangis di pundak ibunya. "Mi, foto-foto itu beneran palsu. Aku sudah minta temanku untuk membuktikannya. Mami mau lihat? Lebih baik semuanya lihat agar tidak lagi menuduhku sembarangan termasuk kamu, Marta." Aurel menatap Marta dengan tajam disertai senyuman miring.Marta berusaha menampilkan senyum manis. "Ah, tentu saja, Nona. Semoga saja foto-foto itu benar-benar palsu jadi anda bebas dari segala tuduhan.""Ambilkan laptopku di kamar!" titah Aurel.Marta pun mengangguk dan bergegas menuju kamar Aurel. Wajahnya yang sedari tadi menampilkan senyum manis langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Sepanjang jalan ia mendu
"Acara selanjutnya, yaitu lelang gaun oleh desainer muda bernama Radina. Mari kita sambut, Radinaaa!" MC menyambut Karina diiringi tepuk tangan dan antusias dari para penonton.Karina pun menaiki panggung dengan sangat anggun bahkan sampai mengalahkan para model. Ia memakai topeng mata dengan motif dan warna yang sama dengan gaunnya. Setelah berdiri di depan mic, Karina melambaikan tangan yang disertai senyum manis membuat para penonton kembali bertepuk tangan dengan riuh."Hallo, everyone. Perkenalkan saya adalah Radina, seorang desainer pemula. Saya disini akan mengadakan lelang untuk sebuah gaun rancangan saya. Gaun ini hanya ada satu di dunia dan desainnya murni dari ide saya sendiri di setiap bagiannya yang menjadikan gaun ini sangat spesial. Gaun ini dibuat dari serat kain pilihan yang membuatnya premium dan sangat nyaman digunakan. Saya akan memulai lelang dengan harga lima belas juta.""Tujuh belas juta." Seorang pria menyahut disertai binar bahagia dari pasangannya."Sembilan
Veti segera mengambil sapu lalu membersihkan pecahan piring yang berceceran di lantai. Marta pun ikut masuk ke dapur dan mengernyit ketika melihat pecahan kaca bertebaran di mana-mana. "Apa yang sudah terjadi?" tanyanya pelan."Em, saat aku mencuci piring tanganku terasa sangat licin jadi piring yang ku pegang jatuh dan pecah," jawab Veti gugup sambil sesekali mencuri pandang ke arah Rara berharap gadis itu tidak curiga.Sedangkan Davin terlihat cuek. Ia mengambil dua kaleng soda dari kulkas lalu melangkah pergi meninggalkan dapur. Setelah Davin pergi, Veti mendengus lalu melepaskan sapu dengan kasar. Ia mengusap keringat di dahinya lalu menatap Rara yang membersihkan pecahan piring di wastafel dan lantai."Kamu tidak melihat apa-apa 'kan Rara?* tanya Veti memastikan."Melihat apa maksudmu? Memangnya ada apa?" Rara balik bertanya, pura-pura tidak tahu.Veti mengusap dadanya, merasa lega. "Lupakan saja! Sekarang kamu yang bersihkan dapur dan mencuci piring. Aku lelah, ingin beristiraha
"Maksudmu apa, Nak?* Vaya bertanya kebingungan."Selama ini aku sudah membohongi Bunda," jawab Langit lemah."Membohongi apa maksudmu?""Semua cerita buruk tentang Karina yang aku ceritakan itu hanyalah kebohonganku saja. Karina tidak mungkin berbuat buruk seperti apa yang aku ceritakan," ungkap Langit sambil menunduk, tak berani menatap wajah ibunya.Vaya terdiam yang membuat ruangan menjadi hening. Vaya menjadi teringat saat ia bertemu Karina di mansion keluarga Adam lalu mempermalukan Karina hingga Karina mengundurkan diri dari pekerjaannya.Flashback onKarina bangkit dengan tangan mengepal. Bibirnya bergetar menahan tangis. Seumur-umur, ini adalah pertama kalinya ia mendapat perlakuan seperti sampah. Ia mencengkram kerah baju langit dan berucap, "Lo mau hancurin hidup gue kayak apa lagi, hah? Lo mau gue sehancur apa? Mau bunuh gue? Ayo bunuh! Lo adalah laki-laki terbangs*t yang pernah gue temui. Lo hancurin segalanya di hidup gue. Lo fitnah gue, lo berkali-kali melecehkan dan ham