Trisna pulang ke rumah menaiki ojek jam tiga sore. Di rumah sudah ada Aland, Elard, dan Vai yang menangis di gendongan Aland. Trisna berusaha menyembunyikan perasaan gugupnya.Ia baru saja melakukan tindak kriminal, walaupun belum tahap berat. Tentu saja ia merasa sedikit cemas dan was-was. "Aku pulang," ucap Trisna saat memasuki rumah."Kak Trisna, Kak Karina mana?" tanya Vai sambil menangis keras."Me-memangnya Karina kenapa?" Trisna balik bertanya dengan nada gugup."Dia menghilang dan tidak bisa dihubungi," jawab Elard.Trisna nampak terdiam sejenak. "Sudah di cari dirumahnya?""Iya, tapi gak ada.""Tidak biasanya Karina menghilang seperti ini. Ayah jadi khawatir sama keadaannya," ujar Aland.Tiba-tiba Elard menjentikkan jarinya. "Ah, aku ingat.""Ingat apa?"Elard tak menjawab. Ia malah mengotak-atik ponselnya hingga layar ponselnya menunjukkan maps dengan titik merah yang tertancap di sebuah rumah besar. Elard menyerngit. "Kenapa Karina ada di rumah ini?""Maksud kamu apa? Karin
Davin membuka kancing bajunya lalu mengipasi tubuhnya dengan kertas. Bukannya mereda, tubuh Davin malah terasa semakin panas. Ia nampak gelisah."Yes, rencanaku berhasil." Felliska bersorak dalam hati.Felliska semakin mendekatkan dirinya dengan Davin. Ia membusungkan dadanya di hadapan Davin. Felliska lalu menjilati dan menggigit bibirnya dengan begitu menggoda.Davin yang tak tahan pun mulai mencium Felliska. Mereka berciuman sampai Felliska sesak nafas dan memukul dada Davin pelan hingga ciuman itu berakhir. Davin menatap Felliska dengan tatapan sayu. Felliska tersenyum saat melihat Davin yang terlihat agresif. Tanpa sepatah katapun, Felliska menarik Davin masuk ke dalam salah satu kamar hotel.•••Elard sudah melakukan perjalanan selama setengah jam namun ia tetap tidak menemukan tempat titik di GPS. Ia sedadi hanya berputar-putar di gang-gang kecil dan pedesaan. Kini Elard sampai di depan tengah-tengah dua jalan.Yang satu jalannya cukup lebar dan muat untuk dilewati satu truk,
Trisna dan Toni melotot kaget ketika melihat kedatangan Elard di ambang pintu. Elard sedang memandang Toni dengan sangat tajam. Jika diibaratkan bahwa matanya adalah pisau, mungkin tubuh Toni akan terbelah menjadi dua.Lalu Elard mengalihkan pandangannya kepada Trisna sambil geleng-geleng kepala. "Begitu baiknya Karina membantu hidupmu yang berantakan, dan kamu menyakiti Karina tanpa belas kasihan. Apakah otakmu ikut terbuang saat kamu duduk di WC?"Trisna menggeleng dengan perasaan panik. "Tidak, Kak. Aku ke sini untuk menolong Kak Karina.""Bohong," sambar Toni."Kalian bisa menjelaskannya di kantor polisi." Elard berucap tegas.Tiba-tiba Toni tertawa. "Hahahaha, polisi? Hei, kamu masuk lewat mana? Disini ada banyak orang yang sedang berkumpul setelah dan sebelum melayani nafsu para pelanggan. Bagaimana kamu bisa lolos dan masuk kesini?"Elard tersenyum miring. Ia bergeser dari pintu hingga menampakkan dua puluh polisi sedang menangkap satu-persatu orang dan mengikatnya. Mata Toni se
Aurel mengabaikan panggilan telepon dan pesan dari Rey. Seharusnya hari ini Aurel akan pergi ke butik untuk membeli gaun yang akan digunakan Aurin saat konser tiga hari lagi. Namun Aurel bilang kepada Rey bahwa ia menghapus jadwal itu dengan alasan ada urusan lain.Alhasil Rey pun marah karena tidak biasanya Aurel bersikap seperti ini. Biasanya wanita itu akan merasa sangat senang jika ada waktu bersama Rey. Maka dari itu Rey terus menghubungi Aurel untuk meminta penjelasan.Padahal sebenarnya Aurel tidak memiliki urusan penting hari ini. Ia hanya ingin menghabiskan waktu dengan Tania.Tring tring tringAurel berdecak kesal ketika ponselnya terus berdering. Ia pun mematikan daya ponselnya lalu melemparnya ke kasur. Bertepatan dengan itu, Tania menangis.Aurel pun menimang-nimang Tania tapi tangisan bayi mungil itu tak kunjung reda. Aurel pun paham bahwa Tania mungkin merasa haus. Ia pun melepas kancing bajunya bagian atas dan menyusui Tania.Aurel mencubit pelan pipi Tania karena mera
Pukul dua siang, persidangan selesai digelar. Eveline mendapat hukuman lima tahun penjara atas kasus prostitusi dan penculikan. Toni mendapat hukuman empat tahun penjara atas kasus yang sama. Sedangkan Trisna mendapat hukuman satu setengah tahun penjara.Kenapa hukuman Trisna ringan? Karena ia juga merupakan korban atas bisnis prostitusi yang di bawah kuasa Eveline. Trisna bersaksi bahwa ia dulu dipaksa menjadi PSK dan setiap ia mau keluar dari lingkaran setan itu maka Eveline dan Toni akan menahannya dengan berbagai syarat.Trisna langsung lemas dan luruh ke lantai ketika mendengar vonis hukuman untuknya. Beberapa polisi wanita pun segera mengangkatnya dan mendudukkannya di kursi. Ada yang memberi air mineral dan mengipasinya.Lalu wajah Trisna basah oleh air mata yang mengalir deras. Ia bangkit, para polisi pun memegangnya karena takut Trisna kabur. Trisna pun tetap bergerak dengan susah payah lalu jatuh bersimpuh di depan Elard dan Karina."Tolong maafkan aku, bebaskan aku! Aku moh
Alasan Veti dan Marta melakukan itu karena mereka merasa Tika adalah ancaman untuk mereka. Berkali-kali Tika mengadu kepada Aurel atau Agatha tentang Marta yang sering menyiksa Tania. Ia juga sering melaporkan bahwa Veti sering tidak bertanggung jawab dan abai terhadap tugasnya.Alih-alih menyelesaikan tugasnya dan memimpin para pelayan dengan baik, ia malah melimpahkan sebagian besar tugasnya kepada Tika dan Rara sementara Veti banyak bersantai. Di antara mereka, hanyalah Rara yang paling pendiam. Gadis itu selalu diam bahkan saat diperlakukan tidak adil.Hanya Tika selain Sinta yang berani melawan. Sayangnya kini Sinta sudah pergi jauh. Hanya Tika seorang diri yang bisa membela dirinya sendiri dan Rara.Tika dan Veti juga sering berdebat tentang banyak hal. Jika dulu Tika masih sanggup melawan Veti, maka untuk sekarang ia kalah karena Veti memiliki pendukung yaitu Marta. Dan semua alasan itulah yang membuat Veti dan Marta akhirnya memutuskan untuk mendepak Tika dari kediaman Adam."
Setelah melewati kemacetan selama setengah jam, akhirnya Elard dan Karina sampai di pantai. Setelah memarkirkan mobil, mereka bergandengan tangan memasuki area pantai. Baru saja menginjakkan kaki di pasir, perhatian Karina langsung tertuju pada kapal yang cukup mewah sedang berlabuh di pelabuhan."Itu kapal apa, El?" tanya Karina sambil mengacungkan telunjuknya."Oh, itu kapal pengangkutan barang dan orang yang yang ingin pergi ke sebrang pulau," jawab Elard."Kayaknya seru, aku mau naik."Elard berdehem untuk mengusir perasaan aneh di hatinya. Entah kenapa ia merasa sangat gemas dan ingin memeluknya Karina sekarang juga. Gadis itu terlihat sangat lucu saat bilang bahwa ia ingin naik kapal."Tapi kita gak bener-bener sampai pulau sebrang, ya. Nanti di tengah perjalanan kita pindah ke kapal dari sebrang pulang menuju ke sini. Paham?""Paham, Elard. Tapi sepertinya kapal itu belum mau berlayar sekarang. Lebih baik kita duduk di tepi pantai menikmati sunset sambil minum es kelapa muda dan
"Raraaa." Veti memasuki dapur sambil berteriak."Ya Tuhan." Rara berucap kaget sambil memegang dadanya karena kedatangan Veti yang mengejutkan."Udah itu biar Tika aja. Kamu cepat-cepat bersihin gudang, ya. Sama aku kok."Tika melirik Veti dengan tatapan tidak suka. "Rara itu udah nyelesaiin kewajiban dia. Sekarang dia punya hak untuk berisitirahat. Kamu seharian shopping tanpa mikir pekerjaan. Terus kalau waktunya mepet seenaknya nyuruh-nyuruh Rara. Jangan egois dong," cetusnya."Udahlah kamu diam aja. Lagi pula aku nyuruh Rara kok bukan kamu," balas Veti tajam."Rara itu sahabatku. Aku gak bakal biarin dia diperlakukan seenaknya sama kamu. Mentang-mentang Rara pendiam dan gak pernah marah, tapi dia 'kan juga punya perasaan.""Halah, kebanyakan omong. Selesaiin aja tugasmu." Veti melirik Tika tajam lalu beralih menatap Rara. "Ayo, Ra!"Rara menatap Tika sejenak yang dibalas gelengan oleh Tika. Namun Veti langsung memegang tangan Rara dan menariknya keluar dari dapur. Tika mengepalkan