Trisna dan Toni melotot kaget ketika melihat kedatangan Elard di ambang pintu. Elard sedang memandang Toni dengan sangat tajam. Jika diibaratkan bahwa matanya adalah pisau, mungkin tubuh Toni akan terbelah menjadi dua.Lalu Elard mengalihkan pandangannya kepada Trisna sambil geleng-geleng kepala. "Begitu baiknya Karina membantu hidupmu yang berantakan, dan kamu menyakiti Karina tanpa belas kasihan. Apakah otakmu ikut terbuang saat kamu duduk di WC?"Trisna menggeleng dengan perasaan panik. "Tidak, Kak. Aku ke sini untuk menolong Kak Karina.""Bohong," sambar Toni."Kalian bisa menjelaskannya di kantor polisi." Elard berucap tegas.Tiba-tiba Toni tertawa. "Hahahaha, polisi? Hei, kamu masuk lewat mana? Disini ada banyak orang yang sedang berkumpul setelah dan sebelum melayani nafsu para pelanggan. Bagaimana kamu bisa lolos dan masuk kesini?"Elard tersenyum miring. Ia bergeser dari pintu hingga menampakkan dua puluh polisi sedang menangkap satu-persatu orang dan mengikatnya. Mata Toni se
Aurel mengabaikan panggilan telepon dan pesan dari Rey. Seharusnya hari ini Aurel akan pergi ke butik untuk membeli gaun yang akan digunakan Aurin saat konser tiga hari lagi. Namun Aurel bilang kepada Rey bahwa ia menghapus jadwal itu dengan alasan ada urusan lain.Alhasil Rey pun marah karena tidak biasanya Aurel bersikap seperti ini. Biasanya wanita itu akan merasa sangat senang jika ada waktu bersama Rey. Maka dari itu Rey terus menghubungi Aurel untuk meminta penjelasan.Padahal sebenarnya Aurel tidak memiliki urusan penting hari ini. Ia hanya ingin menghabiskan waktu dengan Tania.Tring tring tringAurel berdecak kesal ketika ponselnya terus berdering. Ia pun mematikan daya ponselnya lalu melemparnya ke kasur. Bertepatan dengan itu, Tania menangis.Aurel pun menimang-nimang Tania tapi tangisan bayi mungil itu tak kunjung reda. Aurel pun paham bahwa Tania mungkin merasa haus. Ia pun melepas kancing bajunya bagian atas dan menyusui Tania.Aurel mencubit pelan pipi Tania karena mera
Pukul dua siang, persidangan selesai digelar. Eveline mendapat hukuman lima tahun penjara atas kasus prostitusi dan penculikan. Toni mendapat hukuman empat tahun penjara atas kasus yang sama. Sedangkan Trisna mendapat hukuman satu setengah tahun penjara.Kenapa hukuman Trisna ringan? Karena ia juga merupakan korban atas bisnis prostitusi yang di bawah kuasa Eveline. Trisna bersaksi bahwa ia dulu dipaksa menjadi PSK dan setiap ia mau keluar dari lingkaran setan itu maka Eveline dan Toni akan menahannya dengan berbagai syarat.Trisna langsung lemas dan luruh ke lantai ketika mendengar vonis hukuman untuknya. Beberapa polisi wanita pun segera mengangkatnya dan mendudukkannya di kursi. Ada yang memberi air mineral dan mengipasinya.Lalu wajah Trisna basah oleh air mata yang mengalir deras. Ia bangkit, para polisi pun memegangnya karena takut Trisna kabur. Trisna pun tetap bergerak dengan susah payah lalu jatuh bersimpuh di depan Elard dan Karina."Tolong maafkan aku, bebaskan aku! Aku moh
Alasan Veti dan Marta melakukan itu karena mereka merasa Tika adalah ancaman untuk mereka. Berkali-kali Tika mengadu kepada Aurel atau Agatha tentang Marta yang sering menyiksa Tania. Ia juga sering melaporkan bahwa Veti sering tidak bertanggung jawab dan abai terhadap tugasnya.Alih-alih menyelesaikan tugasnya dan memimpin para pelayan dengan baik, ia malah melimpahkan sebagian besar tugasnya kepada Tika dan Rara sementara Veti banyak bersantai. Di antara mereka, hanyalah Rara yang paling pendiam. Gadis itu selalu diam bahkan saat diperlakukan tidak adil.Hanya Tika selain Sinta yang berani melawan. Sayangnya kini Sinta sudah pergi jauh. Hanya Tika seorang diri yang bisa membela dirinya sendiri dan Rara.Tika dan Veti juga sering berdebat tentang banyak hal. Jika dulu Tika masih sanggup melawan Veti, maka untuk sekarang ia kalah karena Veti memiliki pendukung yaitu Marta. Dan semua alasan itulah yang membuat Veti dan Marta akhirnya memutuskan untuk mendepak Tika dari kediaman Adam."
Setelah melewati kemacetan selama setengah jam, akhirnya Elard dan Karina sampai di pantai. Setelah memarkirkan mobil, mereka bergandengan tangan memasuki area pantai. Baru saja menginjakkan kaki di pasir, perhatian Karina langsung tertuju pada kapal yang cukup mewah sedang berlabuh di pelabuhan."Itu kapal apa, El?" tanya Karina sambil mengacungkan telunjuknya."Oh, itu kapal pengangkutan barang dan orang yang yang ingin pergi ke sebrang pulau," jawab Elard."Kayaknya seru, aku mau naik."Elard berdehem untuk mengusir perasaan aneh di hatinya. Entah kenapa ia merasa sangat gemas dan ingin memeluknya Karina sekarang juga. Gadis itu terlihat sangat lucu saat bilang bahwa ia ingin naik kapal."Tapi kita gak bener-bener sampai pulau sebrang, ya. Nanti di tengah perjalanan kita pindah ke kapal dari sebrang pulang menuju ke sini. Paham?""Paham, Elard. Tapi sepertinya kapal itu belum mau berlayar sekarang. Lebih baik kita duduk di tepi pantai menikmati sunset sambil minum es kelapa muda dan
"Raraaa." Veti memasuki dapur sambil berteriak."Ya Tuhan." Rara berucap kaget sambil memegang dadanya karena kedatangan Veti yang mengejutkan."Udah itu biar Tika aja. Kamu cepat-cepat bersihin gudang, ya. Sama aku kok."Tika melirik Veti dengan tatapan tidak suka. "Rara itu udah nyelesaiin kewajiban dia. Sekarang dia punya hak untuk berisitirahat. Kamu seharian shopping tanpa mikir pekerjaan. Terus kalau waktunya mepet seenaknya nyuruh-nyuruh Rara. Jangan egois dong," cetusnya."Udahlah kamu diam aja. Lagi pula aku nyuruh Rara kok bukan kamu," balas Veti tajam."Rara itu sahabatku. Aku gak bakal biarin dia diperlakukan seenaknya sama kamu. Mentang-mentang Rara pendiam dan gak pernah marah, tapi dia 'kan juga punya perasaan.""Halah, kebanyakan omong. Selesaiin aja tugasmu." Veti melirik Tika tajam lalu beralih menatap Rara. "Ayo, Ra!"Rara menatap Tika sejenak yang dibalas gelengan oleh Tika. Namun Veti langsung memegang tangan Rara dan menariknya keluar dari dapur. Tika mengepalkan
Agatha menggelengkan kepalanya pelan. "Tik…? Kamu gak benar-benar ngambil perhiasanku 'kan?""Tentu saja tidak, Nyonya. Mana mungkin saya mengambil perhiasan Nyonya. Kalau tidak percaya silahkan geledah semua barang-barang saya. Saya berani sumpah bahwa saya tidak mengambil perhiasan Nyonya," tutur Tika.Veti dan Marta saling menyunggingkan senyum sinis. Veti berbisik, "Malah dia sendiri yang masuk ke perangkap tanpa perlu kita pancing.""Bodoh, sih," timpal Marta."Aku tidak pernah menyangka kalau Tika yang mencuri perhiasan Mami. Tapi mungkin saja itu penjahat yang menyamar menjadi Tika. Jadi lebih baik kita geledah saja kamar dan barang-barang Tika," ujar Aurel yang diangguki Agatha.Mereka semua pun melangkah pergi meninggalkan ruang CCTV. Semuanya berjalan ke arah kamar Tika. Entah kenapa perasaan Tika menjadi tidak enak setelah menatap Veti yang malah menyunggingkan senyum."Apa semua ini adalah rencana busuk Veti?" tanyanya dalam hati."Biar saya yang menggeledah lacinya, Nyony
Davin berdiri di depan cermin setinggi lebih dari dua puluh senti meter dari tinggi tubuhnya. Kedua tangannya mengangkat barbel secara bergantin. Ia menoleh saat tiba-tiba pintu ruangan gym di ketuk."Permisi, Tuan Davin. Ini aku Veti.""Masuk!"Veti membuka pintu ruangan lalu masuk ke dalam dengan nampan yang terdapat jus alpukat dan salad. Veti meletakkannya di meja lalu ia duduk di kursi memandangi Davin yang sedang berolahraga. Veti tidak bisa menyembunyikan tatapan laparnya saat melihat six pack di tubuh Davin.Davin yang menyadarinya pun tersenyum kepada Veti lewat pantulan cermin. "Aku tahu badanku gagah dan banyak six pack-nya. Selain Felliska, hanya kamu yang terlihat begitu lapar melihat tubuhku," celetuknya."Felliska hanya bisa melihatnya saja. Sedangkan aku sudah pernah menyentuh semuanya," balas Veti."Kau yakin? Aku pernah menghabiskan satu malam di hotel bersama Felliska," ujar Davin."Itu artinya kalian sudah melakukan 'itu'?""Tentu saja."Raut Veti langsung berubah