Aurel segera menarik tangan Rey. "Rey, ayo kita pergi aja dari sini," ajak Aurel yang lebih ke pemaksaan."Iya, tapi habis aku beli jam ini, ya? Jam ini bagus banget, Rel. Rugi kalau aku tidak membelinya," sahut Rey.Seorang pelayan wanita yang sudah sangat kenal dengan Aurel karena Aurel sering belanja ke store Roy Mason pun bertanya, "Nona Aurel tidak jadi belanja? Padahal banyak tas keluaran terbaru, lho."Demi rasa gengsi, Aurel pun mengangguk mengiyakan. "Baiklah, tolong ambilkan tas berwarna dusty di rak nomor tiga deretan tas pajangan ke satu."Si pelayan yang bernama Mayang itu tersenyum sumringah. Ia segera berjalan ke deretan tas yang dimaksud oleh Aurel. Selang beberapa menit, ia kembali dengan sebuah tas di tangannya. "Apakah ini tas yang anda maksud, Nona?"Aurel mengangguk cepat. "Tolong segera bungkus dengan jam pilihan Rey.""Tapi aku pilih dua jam, gak apa-apa 'kan?" sambar Rey.Aurel kembali mengangguk cepat yang membuat Rey tersenyum sumringah. Mayang pun segera men
Setelah meminum susu, Tania tertidur pulas. Marta yang sedang asik melihat video lucu di ponselnya pun seketika mematikannya saat mendengar suara mobil Andrew. "Ini kesempatan yang ke beberapa kali untuk mendapatkan hati Tuan Andrew. Ya, dia harus masuk ke dalam pelukanku," gumamnya berapi-api.Marta pergi ke kamar mandi dan membasahi tangannya. Lalu ia menyipratkan tangannya yang basah ke wajah Tania. Alhasil, Tania pun terbangun dan menangis.Tidak seperti biasanya yang akan mencak-mencak ketika Tania menangis, kini Marta malah tersenyum puas. Marta pun menggendong Tania dan menimangnya. Ia lalu keluar kamar dan berdiri di dekat ruang tamu.Dari pintu utama, masuklah Andrew dan Aurel. Jika kalian bertanya-tanya kenapa Aurel bisa bersama Andrew, itu karena Andrew menjemputnya di dekat halte bus. Aurel bilang ia ingin membuat pengalaman dengan berjalan-jalan menyusuri kota dari mall hingga ia puas dan menyudahi kegiatannya, padahal yang sebenarnya terjadi ia pergi ke apartemen Rey dan
Karina berjalan menuruni tangga halaman kampus sambil memasukkan beberapa berkas ke dalam tasnya dengan buru-buru. Tiba-tiba Karina terpeleset hingga hampir jatuh namun ada sebuah tangan yang menahan tubuhnya. Karina pun langsung menegakkan badannya dan menoleh ke belakang.Ia terkejut ketika melihat sosok Davin berdiri di belakangnya. "Hati-hati, lantai dan tangganya licin," nasihat Davin. Memang lantai dan tangganya dilapisi keramik yang menjadi licin karena kena tumpahan air. Entah siapa yang menumpahkannya tanpa mau membersihkannya."Ma-makasih." Karina langsung menatap ke depan dan berjalan."Tunggu!" seru Davin.Karina menoleh ke belakang dan menaikkan sebelah alisnya sebagai tanda tanya."Kamu mau kemana? Maukah ikut aku ke seminar?""Maaf, aku sedang sibuk. Lain kali saja." Karina cepat-cepat melangkah menjauh sehingga Davin tidak bisa melontarkan pertanyaan lagi.Davin mengusap wajahnya kasar. "Kenapa Karina begitu dingin? Apakah pesonaku sebagai Tuan muda tidak bisa memikat
Tiba-tiba, Toni memberhentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi. Saking sepinya, bahkan tidak nampak satupun rumah di sisi jalan. Hanya ada pepohonan yang lebat di kanan kiri jalan.Karina pun menjadi bingung sekaligus was-was. "Kenapa Pak Tino berhenti di sini?" tanyanya gugup."Bannya kempes, Nona," balas Toni.Karina berusaha mempercayai ucapan Toni dan menepis berbagai pikiran buruknya. Toni melihat Karina sekilas dari kaca spion lalu ia keluar dari mobil. Toni celingak-celinguk seperti mencari sesuatu.Tak lama, munculah dua orang wanita yang menghampiri Toni. Mereka berdua memakai masker dan topi. Bisa kalian tebak siapa kedua wanita itu? Ya, kedua wanita itu adalah Trisna dan Eveline.Selama berbincang-bincang, sesekali Trisna melirik ke arah jendela mobil yang menampakkan sosok Karina meski kacanya buram. Trisna menyunggingkan senyum tipis, harapannya untuk keluar dari lingkungan buruk itu semakin berkobar-kobar.Setelah selesai berbincang, mereka pun berjalan ke arah mobil
Trisna pulang ke rumah menaiki ojek jam tiga sore. Di rumah sudah ada Aland, Elard, dan Vai yang menangis di gendongan Aland. Trisna berusaha menyembunyikan perasaan gugupnya.Ia baru saja melakukan tindak kriminal, walaupun belum tahap berat. Tentu saja ia merasa sedikit cemas dan was-was. "Aku pulang," ucap Trisna saat memasuki rumah."Kak Trisna, Kak Karina mana?" tanya Vai sambil menangis keras."Me-memangnya Karina kenapa?" Trisna balik bertanya dengan nada gugup."Dia menghilang dan tidak bisa dihubungi," jawab Elard.Trisna nampak terdiam sejenak. "Sudah di cari dirumahnya?""Iya, tapi gak ada.""Tidak biasanya Karina menghilang seperti ini. Ayah jadi khawatir sama keadaannya," ujar Aland.Tiba-tiba Elard menjentikkan jarinya. "Ah, aku ingat.""Ingat apa?"Elard tak menjawab. Ia malah mengotak-atik ponselnya hingga layar ponselnya menunjukkan maps dengan titik merah yang tertancap di sebuah rumah besar. Elard menyerngit. "Kenapa Karina ada di rumah ini?""Maksud kamu apa? Karin
Davin membuka kancing bajunya lalu mengipasi tubuhnya dengan kertas. Bukannya mereda, tubuh Davin malah terasa semakin panas. Ia nampak gelisah."Yes, rencanaku berhasil." Felliska bersorak dalam hati.Felliska semakin mendekatkan dirinya dengan Davin. Ia membusungkan dadanya di hadapan Davin. Felliska lalu menjilati dan menggigit bibirnya dengan begitu menggoda.Davin yang tak tahan pun mulai mencium Felliska. Mereka berciuman sampai Felliska sesak nafas dan memukul dada Davin pelan hingga ciuman itu berakhir. Davin menatap Felliska dengan tatapan sayu. Felliska tersenyum saat melihat Davin yang terlihat agresif. Tanpa sepatah katapun, Felliska menarik Davin masuk ke dalam salah satu kamar hotel.•••Elard sudah melakukan perjalanan selama setengah jam namun ia tetap tidak menemukan tempat titik di GPS. Ia sedadi hanya berputar-putar di gang-gang kecil dan pedesaan. Kini Elard sampai di depan tengah-tengah dua jalan.Yang satu jalannya cukup lebar dan muat untuk dilewati satu truk,
Trisna dan Toni melotot kaget ketika melihat kedatangan Elard di ambang pintu. Elard sedang memandang Toni dengan sangat tajam. Jika diibaratkan bahwa matanya adalah pisau, mungkin tubuh Toni akan terbelah menjadi dua.Lalu Elard mengalihkan pandangannya kepada Trisna sambil geleng-geleng kepala. "Begitu baiknya Karina membantu hidupmu yang berantakan, dan kamu menyakiti Karina tanpa belas kasihan. Apakah otakmu ikut terbuang saat kamu duduk di WC?"Trisna menggeleng dengan perasaan panik. "Tidak, Kak. Aku ke sini untuk menolong Kak Karina.""Bohong," sambar Toni."Kalian bisa menjelaskannya di kantor polisi." Elard berucap tegas.Tiba-tiba Toni tertawa. "Hahahaha, polisi? Hei, kamu masuk lewat mana? Disini ada banyak orang yang sedang berkumpul setelah dan sebelum melayani nafsu para pelanggan. Bagaimana kamu bisa lolos dan masuk kesini?"Elard tersenyum miring. Ia bergeser dari pintu hingga menampakkan dua puluh polisi sedang menangkap satu-persatu orang dan mengikatnya. Mata Toni se
Aurel mengabaikan panggilan telepon dan pesan dari Rey. Seharusnya hari ini Aurel akan pergi ke butik untuk membeli gaun yang akan digunakan Aurin saat konser tiga hari lagi. Namun Aurel bilang kepada Rey bahwa ia menghapus jadwal itu dengan alasan ada urusan lain.Alhasil Rey pun marah karena tidak biasanya Aurel bersikap seperti ini. Biasanya wanita itu akan merasa sangat senang jika ada waktu bersama Rey. Maka dari itu Rey terus menghubungi Aurel untuk meminta penjelasan.Padahal sebenarnya Aurel tidak memiliki urusan penting hari ini. Ia hanya ingin menghabiskan waktu dengan Tania.Tring tring tringAurel berdecak kesal ketika ponselnya terus berdering. Ia pun mematikan daya ponselnya lalu melemparnya ke kasur. Bertepatan dengan itu, Tania menangis.Aurel pun menimang-nimang Tania tapi tangisan bayi mungil itu tak kunjung reda. Aurel pun paham bahwa Tania mungkin merasa haus. Ia pun melepas kancing bajunya bagian atas dan menyusui Tania.Aurel mencubit pelan pipi Tania karena mera
"Saudara Felliska dijatuhi hukuman lima tahun penjara dan denda sebanyak tujuh puluh juta rupiah. Saudara Prapto dan Pandu dijatuhi denda sebanyak lima puluh juta rupiah karena menutupi tindak kejahatan. Serta saudara Varel dicabut jabatan polisinya karena ikut menutupi dan bersekongkol dengan tersangka."Tok tok tokBegitulah bunyi hukuman yang dibacakan lalu disusul dengan palu yang diketuk oleh hakim. Felliska yang mendengarnya seketika langsung pingsan. Suasana pun menjadi keruh.Prapto yang tidak terima pun berdiri dan menggebrak meja. "Hukuman macam apa itu? Felliska tidak sengaja menabrak korban dan bisa-bisanya diberi hukuman tujuh tahun penjara? Saya tidak terima. HUKUMAN INI HARUS DI BATALKAN!""Mohon tenang saudara Prapto. Tersangka tidak akan di beri hukuman seberat itu jika ia tidak lari dari tanggung jawabnya.""Itu karena anak saya sangat syok jadinya melarikan diri. Apa keputusan pengadilan tidak memandang keadaan psikis seseorang? Kasihan anak saya sedang hamil! Apa k
Davin sangat terpukul dengan keputusan pengadilan. Di sini, ialah yang paling dirugikan. Hartanya terkuras banyak karena dipindah kepemilikannya menjadi milik Veti. Awalnya Davin terus bersikeras bahwa ia menandatangani surat perpindahan aset dalam keadaan tidak sadar. Namun pengadilan tetap mengesahkan kepindahan aset itu karena suratnya resmi dan sudah ditandatangani oleh Davin. Aset-aset yang diambil Veti merupakan pemberian dari Prapto.Setelah beberapa aset itu diambil Veti, hanya tersisa mobil Alphard satu dan salah satu resort yang langsung diambil balik oleh Prapto. Harta-harta yang diambil Veti sebelumnya sudah atas nama Davin kecuali resort mewah yang masih atas nama Prapto.Saat keluar dari pengadilan, Felliska menarik tangan Veti ke sebuah tempat yang lumayan sepi. Felliska memindai penampilan Veti yang berbeda jauh dari dulu lalu menyeletuk, "Kamu hebat bisa menghancurkan pernikahan orang lain dan mendaparkan harta. Aku tidak menyangka kalau kamu adalah musuh dibalik sel
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya Karina dan Elard tiba di gedung mewah di pusat kota. Saat keluar dari mobil, keberadaan Karina dan Elard mengundang perhatian banyak orang. Setelah Karina mengungkapkan identitasnya, tentunya itu mengejutkan banyak orang."Lihat, itu desainer bernama Radifa itu. Rupanya nama aslinya adalah Karina. Radifa di ambil dari nama belakangnya. Aku tidak menyangka dia secantik itu.""Benar, dia bagaikan bidadari yang turun ke bumi. Lihatlah penampilannya, sangat elegan!""Dia bersama pria? Apa itu pacarnya? Mereka terlihat sangat dekat.""Dari rumor yang beredar, pria itu memang pacarnya. Radifa berpacaran dengan anak dosennya sendiri.""Lihatlah, mereka sangat serasi! Yang satu cantik sekali dan yang satu tampan sekali. Ini bagaikan mimpi!"Saat melangkah memasuki gedung, Karina lumayan risih karena menjadi perhatian banyak orang. Ia tidak menyangka efek dari postingannya akan berdampak sebesar ini. Namun ia tetap menampilkan senyum ramah kepada sem
Saat Karina hendak berangkat ke kampus, dirinya dikejutkan dengan kedatangan keluarga Adam ke rumahnya. Terlepas dari segala permasalahan yang pernah terjadi di antara mereka, Karina tetap menyambut mereka dengan baik. Itu membuat hati keluarga Adam tersentuh saat merasakan betapa baiknya hati Karina.Mereka kini duduk di ruang tamu. Suri menghidangkan teh hangat dan beberapa camilan kepada mereka. Suri tidak akan pernah lupa tentang kedatangan Agatha dan Aurel beberapa waktu lalu yang membuat Suri tidak habis pikir dengan keluarga kelas atas seperti keluarga Adam yang bersikap buruk.Ditambah lagi tentang berita perselingkuhan dan video syur Aurel membuat Suri sangat berhati-hati dan menjaga jarak dari keluarga Adam. Suri juga sering memperingatkan Karina untuk tidak terlalu dekat dengan keluarga Adam. Karina hanya menanggapinya dengan santai, ia tentu lebih tahu tentang keluarga Adam dibandingkan Suri."Jadi ada kepentingan apa kalian datang kemari?" tanya Karina dengan sikap ramahn
Karina dan Elard bersama Raev menaiki mobil menuju jurang tempat mobil Felliska terjatuh. Namun mereka sempat mampir ke toko buah di jalan masuk jurang. Raev saat ini memakai jaket yang menutupi seragam kepolisiannya.Hal itu sengaja ia lakukan untuk menyembunyikan identitasnya dari orang-orang. Sesuai rencana mereka, Raev turun duluan dari mobil kemudian akan disusul Karina dan Elard jika waktunya sudah tepat."Permisi, saya ingin membeli buah," ucap Raev kepada pemilik toko buah."Silahkan, mau beli buah apa?""Anggur.""Baik, mau berapa kilo?""Dua kilo aja," jawab Raev yang membuat pemilik toko langsung menyiapkan pesanan Raev."Permisi, Bu. Saya sekalian mau tanya. Sekitar satu minggu lebih yang lalu ada kecelakaan di jurang, ya?" tanya Raev melancarkan aksinya."Benar, Pak. Yang membuat miris korbannya tidak ditemukan. Hanya mobilnya saja yang di temukan jatuh setelah diduga menabrak pohon."Raev mengangguk-angguk lalu mengamati setiap sudut toko. Mata jelinya dapat menemukan CC
Mansion kediaman Adam tiba-tiba di datangi tamu tak diundang. Aurek mengerutkan alisnya saat melihat tamunya yang merupakan mantan rekan kerjanya. "Apa yang membuatmu kemarin, Karen?" tanya Aurel.Mereka kini sedang duduk di kursi teras. "Aku mau menyampaikan sesuatu kepadamu," sahut Karen."Katakanlah!""Sebelumnya aku dan Rey terlibat hubungan tanpa status. Maaf kalau ini terdengar menjijikkan, walau begitu aku sudah menyerahkan keperawananku kepadanya dan kami melakukan itu berkali-kali. Hingga akhirnya semua itu harus berakhir kemarin."Aurel menampilkan raut wajah syok. Ia memang selama ini menduga kalau Karen menyimpan perasaan kepada Rey karena ia terus menunjukkan sikap seperti orang sedang jatuh cinta. Namun ia tidak pernah menyangka kalau Rey dan Karen akan terlibat hubungan sejauh itu."Waktu itu kami bertengkar lalu Rey mengancamku akan menyebarkan video kami yang sedang berhubungan dan akan menjadikanku bernasib sama denganmu. Lalu dengan berani aku membanting ponselnya d
"Emh, Aurel…." Rey memanggil nama mantan kekasihnya di sela-sela desahannya.Sontak Karen yang mendengar itu menghentikan kegiatannya. "Kok Aurel, sih? Segitu pentingnya Aurel bagimu segelah apa yang sudah terjadi?""Jangan protes dan lanjutkan bagianmu," sahut Rey dingin."Kamu gila? Kamu sedang bersamaku dan malah menyebut nama perempuan lain. Kamu tidak pernah memikirkan perasaanku?""Sudahlah, kamu diam saja. Dasar kebanyakan protes!" sentak Rey.Karen memandang Rey dengan tatapan tidak percaya. "Oh, jadi ini sifat aslimu? Kasar dan suka bermain wanita? Kamu bangga dengan video syur mu dengan Aurel? Kamu sangat menikmatinya tanpa harus menanggung akibatnya dan malah menghancurkan hidup Aurel, bukan begitu?" Karen setengah berbisik di kalimat terakhirnya.Rey mengacak rambutnya kasar. "Ya, dan harusnya kamu sadar posisimu. Jika kamu masih ingin aku lirik, jangan banyak protes dan turuti kemauanku!"Karen geleng-geleng kepala. "Aku tidak akan menuruti kemauanmi lagi mulai detk ini d
Karina baru saja selesai berkonsultasi dengan Aland tentang skripsinya. Mereka dan Elard lalu memasuki mobil untuk pulang ke kantor untuk bekerja seperti biasa. Baru saja Elard akan melajukan mobilnya, Ellyn menghampiri mobilnya dengan tergopoh-gopoh.Ia menepuk-nepuk jendela mobil Elard. "Kurang ajar kamu, Elard! Bisa-bisanya ninggalin aku. Ingin sekali ku cakar wajahmu itu," ceplos Ellyn.Elard tertawa lalu membuka kunci mobilnya sehingga Ellyn bisa membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. Posisi mereka Karina dan Elard di depan sedangkan Aland dan Ellyn di belakang. Elard pun melajukan mobilnya dengan tawa yang masih terdengar."Habisnya seru ngerjain orang yang lagi sok sibuk ngerjain tugas," balas Elard."Elard, jaga bicaramu," tegur Aland.Ellyn menjulurkan lidahnya yang bisa Elard lihat di pantulan kaca spion. Elard balas menjulurkan lidah yang membuat Ellyn mengacungkan jari tengahnya.Semua interaksi mereka di lihat dan di dengar oleh Karina."Aku mengakuinya sekarang karena
Keesokan paginya, seperti biasa Karina akan bersiap-siap ke kampus. Ia memakai hoodie pemberian Langit dan celana jeans panjang. Rambutnya ia kucir kuda yang membuat penampilannya terlihat tomboy.Ia segera menyambar tasnya dan memasuki ruang makan. Ia mencomot dua potong roti lalu melahapnya dengan cepat."Pelan-pelan, Karina," tegur Suri.Karina hanya tersenyum lalu meneguk susu hangat sampai tandas. "Aku pergi dulu, ya, Bi. Semalam aku kecapekan jadi langsung tidur sampai lupa ngelanjutin skripsiku. Ini aku bernsgkat pagi-pagi buat nerusin skripsiku," ujarnya.Suri hanya geleng-geleng kepala. "Hati-hati di jalan.""Siap, Bi. Bye." Karina keluar rumah dengan riang. Namun seketika raut cerianya lenyap saat mendapati kehadiran Elard yang berdiri di teras sambil tersenyum kepadanya."Ngapain kamu disini?" tanya Karina sedikit ketus."Jemput kamu.""Gak perlu, aku bisa pergi sendiri." Karina lalu menaiki motornya dan seketika ia terbelalak kaget ketika menyadari ban motornya kempes."Ma