"Diam!"Mendengar kata-kata "kantor polisi", ekspresi Simon menjadi sangat dingin. Dia menatap Tiffany dengan tatapan tajam dan berkata, "Kamu benar-benar nggak takut, ya."Tiffany memahami maksud ucapan ini.Simon memercayai ucapan Michelle tadi dan menganggap bahwa Tiffany tidak takut masuk kantor polisi, bukan karena Tiffany tidak bersalah, melainkan karena dia didukung oleh Isabella.Jadi, kalaupun Tiffany ditahan, dia juga tidak takut karena Isabella sangat menyayanginya dan sangat membenci Michelle.Isabella akan membela Tiffany sebagaimana Simon membela Michelle dan akan memanfaatkan relasi Keluarga Frank untuk membebaskan Tiffany.Dengan begitu, Simon tidak bisa melampiaskan amarah wanita dan putri yang dia cintai.Tiffany mengira bahwa dia sudah sangat tegar.Namun, pada saat ini, jantungnya tetap berdebar dengan kencang.Dia menggigit bibirnya dengan kuat dan mengeluarkan ponselnya dari kantongnya.Jika Simon tidak mengantarkannya ke kantor polisi, dia akan melaporkan hal ini
Simon tertawa dengan sinis.Dia mengabaikan perlawanan Tiffany dan mencoba melepaskan tangan Tiffany.Namun, Tiffany tetap berpegangan erat pada pintu itu.Dia ingin sekali menancapkan kukunya ke pintu itu, tetapi sekuat apa pun dia berusaha, usahanya sia-sia.Simon melepaskan jari tangannya satu per satu dari pintu itu.Kemudian, pria itu menutup pintu itu di depan Tiffany.Begitu pintu itu tertutup, kegelapan menyelimuti dirinya.Tiffany langsung mengulurkan tangannya untuk membuka pintu, tetapi pintunya sudah dikunci dari luar.Rasa takut yang terpendam dalam lubuk hatinya meluap, sehingga wajahnya segera memucat.Tiffany seketika menjadi gelisah. Dia mengangkat tangannya dan memukul pintu itu."Simon, buka pintunya, biarkan aku keluar! Nggak ada bukti apa pun, atas dasar apa kamu mengurungku?!"Namun, tidak ada yang menjawabnya."Simon, apakah kamu mendengarku? Biarkan aku keluar! Kamu nggak berhak mengurungku! Biarkan aku keluar!"Tetap saja tidak ada yang menanggapi ucapannya.Di
Sedangkan hari ini, Simon menghukumnya demi Michelle dan Aurora dan mendorongnya ke jurang ini dengan tangannya sendiri.Pria itu menyiksa dirinya dengan hal yang paling dia takuti.Hati Tiffany seperti dicengkeram dengan erat oleh sebuah tangan yang tidak terlihat, membuatnya tidak bisa bernapas.Dia berlutut di lantai sambil menarik kerah bajunya dengan putus asa. Dia membuka mulutnya dengan lemah dan menarik napas dengan terengah-engah, tetapi dia tetap merasa kesulitan bernapas.Dia merasa sangat tegang. Dengan pengaruh ketakutan yang ekstrem ini, suaranya tidak lagi setegas saat dia baru dikurung.Tiffany melemahkan sikapnya. Dia menunjukkan kelemahannya pada Simon sambil memanggil nama pria itu dengan suaranya yang bergetar. "Simon, biarkan aku keluar.""Simon ... Simon ... Simon ... buka pintunya ...."Tiffany mengangkat tangannya dan menggedor pintu sambil terus memanggil nama Simon.Suaranya terus bergetar karena dia merasa ketakutan.Pria itu jelas-jelas tahu bahwa Tiffany be
Dia benar-benar hancur.Dengan air mata membasahi seluruh wajahnya, dia merangkak kembali ke sisi pintu.Dia sudah tidak bertenaga, tetapi dia terus memukul pintu hingga kukunya yang berdarah meninggalkan jejak telapak tangan yang berdarah di atas pintu.Dia sudah tidak bisa merasakan rasa sakit itu. Supaya dia bisa keluar, dia hanya bisa menangis sambil memohon pada pria di luar ruangan. "Simon, biarkanlah aku keluar, kumohon ...."Jangan bersikap sekejam ini!Kata-kata permohonannya terdengar sangat sedih.Di luar ruangan, Michelle berdiri dengan kedua lengannya tersilang di depan dadanya.Dia tidak mengucapkan apa pun dan membiarkan Tiffany mengira bahwa orang yang berdiri di depan pintu adalah Simon.Mendengar permohonan Tiffany yang putus asa, sudut bibir Michelle terangkat.Meskipun dia tidak bisa melihat keadaan Tiffany yang menyedihkan di dalam ruangan, hanya dengan mendengar suara Tiffany saja dia sudah tahu betapa menyedihkannya Tiffany saat ini.Hal ini membuatnya merasa leb
Ruangan ini hangat, tetapi setelah pakaiannya dilepaskan, tubuh Aurora tetap bergetar.Dalam tidurnya, dia bersandar dalam pelukan Michelle. Meskipun Michelle tidak memperlakukannya dengan baik, sejak kecil, dia hanya ditemani oleh ibunya. Oleh karena itu, dalam lubuk hatinya, Aurora sangat bergantung pada ibunya.Namun, kedekatannya tidak membuat hati Michelle melunak.Michelle menggendong Aurora sambil berjalan cepat ke kamar mandi. Kemudian, dia menyalakan air dingin dan mematikan pemanas dalam kamar.Tanpa pemanas, suhu di dalam kamar mandi segera menurun.Michelle melihat air dingin memenuhi bak mandi. Saat tangannya menyentuh air itu, tangannya bahkan terasa sakit karena kedinginan air itu.Aurora yang berada dalam pelukan Michelle merasakan kedinginan ini, jadi dia mendekatkan diri ke pelukan Michelle. Karena rasa dingin ini, giginya bergemeretak. Dia bergumam, "Ibu, peluk Rora, Rora kedinginan ...."Hati Michelle melunak sejenak.Namun, saat dia mengingat Tiffany yang berada di
Keesokan siangnya, di rumah lama Keluarga Frank.Isabella memberi perintah pada pengurus rumah. "Harry, nanti malam, suruh juru masak di dapur untuk mempersiapkan beberapa makanan kesukaan Tiffany.""Baik, Nyonya."Setelah mengiakan ucapan Isabella, Harry pun pergi.Isabella mengeluarkan ponselnya. Dia mengira bahwa Tiffany sedang bekerja, jadi dia tidak menelepon Tiffany dan hanya mengirimkan pesan suara pada Tiffany. "Tiffany, Nenek menyuruh pelayan di dapur untuk memasakkan masakan yang kamu suka. Nanti malam, sepulang kerja, datang makan, ya," kata Isabella.Isabella yang tidak menerima balasan dari Tiffany hanya mengira bahwa Tiffany sedang sibuk. Tanpa menunggu balasan itu, dia naik ke lantai atas untuk tidur siang.Lewat pukul empat siang hari.Karena Tiffany masih belum membalas pesannya, Isabella pun menghubungi Tiffany."Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi."Isabella seketika mengernyit.Saat Tiffany pergi kerja, ponselnya tidak mungkin kehabisan baterai.Dengan ekspre
Di rumah sakit.Tiffany berbaring di ranjang rawat dengan wajah pucat."Pak Dokter, bagaimana kondisi Tiffany?" tanya Isabella dengan cemas."Pasien jatuh pingsan karena kondisi detak jantung yang nggak teratur, untung saja dibawa ke rumah sakit pada waktunya. Kalau lebih telat sedikit saja ... pasien mungkin sudah meninggal," jawab dokter itu.Mendengar ucapan ini, Isabella seketika naik darah hingga tubuhnya bergetar dan napasnya menjadi berat. Dia membanting tongkatnya ke lantai sambil menggertakkan giginya dan berkata, "Dasar bajingan!"'Dia jelas-jelas tahu Tiffany paling takut pada ruang bawah tanah! Berani sekali dia mengurung Tiffany selama itu di sana! Dia mau membunuh Tiffany, ya?!' pikir Isabella."Nyonya, perhatikan kesehatan Nyonya."Harry berjalan maju dengan cemas, tetapi dia tidak berhasil menenangkan Isabella.Pada saat ini, sebuah tangan yang dingin mengusap punggung tangan Isabella yang berkeriput dan terdengar suara yang serak dan pelan. "Nenek ...."Isabella seketi
Kemudian, pria itu mengangkat kakinya dan menendang Michelle ke dalam mobil.Kepala Michelle membentur sandaran kursi, sehingga dia merasa pusing. Pada saat ini, rambutnya dijambak dengan kuat."Ahhh!"Sambil berteriak dengan kuat, dia diseret ke dalam mobil.Dia dipaksa untuk mengangkat kepalanya dan menatap sepasang mata yang dingin.Mata itu matanya Tiffany!Dia datang untuk membalaskan dendamnya pada Michelle!Saat Michelle melihat Tiffany dengan jelas, kepanikan di matanya seketika menghilang.Dia sama sekali tidak merasa takut. Dia berusaha untuk duduk dan menatap Tiffany yang lesu dan pucat setelah disiksa semalaman.Michelle berpikir, 'Beruntung sekali dia!''Bisa-bisanya dia keluar dengan selamat!''Pasti wanita tua itu yang membebaskannya dari sana!'Dengan perasaan penuh kebencian, dia melirik ke jari tangan Tiffany yang dibalut dengan kain kasa.Saat dia memikirkan adegan Tiffany memohon belas kasihan semalam, dia merasa sangat puas.Perasaan ini meluap dalam hatinya, tetap
Tiffany berpikir, 'Apakah dia nggak pernah berpikir, bagaimana kalau aku benar-benar kenapa-kenapa?''Atau jangan-jangan dia sama sekali nggak peduli?'Karena efek obat itu, Tiffany kehilangan akal sehatnya dan tidak bisa menyembunyikan pikirannya. Dia langsung bertanya dengan suara pecah, "Simon, karena aku nggak menaati ucapanmu dan datang untuk kencan buta, kamu membiarkannya memberiku obat bius, supaya dia menindasku? Hanya karena aku melanggar ucapanmu, kamu mau mendidikku dengan cara seperti ini?"Simon tidak membantah.Artinya, dia mengiakan pertanyaan Tiffany.Tiffany hanya merasakan kedinginan yang menjalar dari ujung kakinya ke seluruh tubuhnya. Dia pun mendorong Simon dengan sekuat tenaganya.Simon yang tangannya menyentuh dinding baru saja ingin menarik Tiffany ke dalam pelukannya untuk membawa Tiffany pergi.Pada saat ini, pintu lift terbuka lagi.Seseorang dengan sosok tinggi dan tampan pun muncul di koridor ini.Orang itu adalah Ivan.Pria yang tinggi itu melangkah mengh
"Sekeras apa pun kamu berteriak, nggak akan ada yang mendengarmu," kata Martin.Dia sengaja memilih restoran ini karena tempat ini sangat menghargai privasi tamu.Oleh karena itu, ruang pribadi di restoran ini sangat kedap suara.Martin menunduk dan melihat luka di lengannya. Dia mulai menggila.Dia tidak menyangka bahwa Tiffany yang terlihat lemah lembut bisa berbuat seliar ini.Dia menyukai wanita yang liar.Makin liar, makin seru.Martin melangkah maju.Seorang pria dewasa dan seorang wanita yang sudah hampir kehilangan kemampuannya untuk melawan.Baru saja Tiffany tiba di depan pintu ruangan, sebelum dia bisa membuka pintu itu, rambutnya dijambak oleh Martin dari belakang, sehingga dia tertarik menjauh dari pintu itu.Pintu ruangan yang baru sedikit terbuka pun kembali tertutup."Pergi sana!"Tiffany mengayunkan pisau itu lagi untuk mengusir Martin.Namun, kali ini, Martin sudah memiliki persiapan.Martin meraih pergelangan tangan Tiffany yang diayunkan dengan gila-gilaan, lalu mem
Melihat mobil yang menjauh itu, sudut bibir Michelle terangkat...."Maaf, Pak Martin. Kencan buta ini bukan keinginanku. Aku sudah menghabiskan waktumu. Kamu bisa menurunkanku di stasiun kereta bawah tanah," kata Tiffany sambil menatap Martin dengan tatapan penuh perasaan bersalah."Kebetulan, aku juga hanya menyelesaikan tugas dari keluargaku. Ayo makan bareng, anggap saja sebagai penjelasan untuk para tetua keluarga kita?" kata Martin sambil tertawa."Baiklah," jawab Tiffany.Mendengar ucapan Martin, Tiffany merasa jauh lebih santai, jadi dia mengangguk dan menyetujui usul Martin.Martin membawa Tiffany ke sebuah restoran.Mereka berjalan berdampingan dengan jarak yang wajar di antara mereka dan masuk ke sebuah ruangan pribadi yang sudah dipesan terlebih dahulu. Kemudian, Martin menarikkan kursi untuk Tiffany."Nona Tiffany suka minum anggur apa?" tanya Martin dengan sopan."Maaf, aku nggak minum," jawab Tiffany.Tiffany memiliki toleransi yang rendah terhadap alkohol, jadi dia hany
Isabella menunggu jam Tiffany pulang kerja untuk mengawasi progres kencan buta itu.Tiffany berpikir sejenak sebelum menyadari maksud ucapan Isabella, yaitu pasangan kencan butanya."Dia menunggu di bawah perusahaan?" tanya Tiffany."Iya, awalnya mau mengajak untuk bertemu di restoran, tapi katanya, dia kebetulan sejalan, jadi dia akan pergi menjemputmu di perusahaan. Tiffany, jangan membuatnya menunggu lama. Cepat turun," kata Isabella.Isabella sangat bersemangat. Bisa dilihat bahwa dia sangat puas dengan pasangan kencan buta yang dia pilih ini."Baiklah, aku akan ke bawah sekarang juga," kata Tiffany.Tiffany juga tidak ingin membuat orang lain menunggu lama, jadi setelah membereskan barangnya, dia langsung turun ke lantai bawah.Baru saja dia keluar dari perusahaan, dia melihat sebuah mobil Rolls-Royce Ghost berwarna hitam.Mobil itu mobilnya Simon.Pria itu duduk di dalam mobil dan tidak turun dari mobil.Jendela mobil diturunkan sedikit, sehingga saat Tiffany melihat ke arah mobi
Saat Simon melihat telinga Tiffany yang sangat merah, tatapannya menggelap.Tatapannya bergerak ke bawah.Dia pun melihat bagian belakang leher Tiffany yang juga sudah memerah.Napas Simon menjadi makin berat. Dia membalikkan wajah Tiffany dan meraih dagu Tiffany sambil menunduk untuk mencium Tiffany."Upp!"Tiffany terus meronta.Dia terus menggoyangkan kepalanya untuk menghindari ciuman ini.Namun, Simon mendekatinya secara perlahan, sehingga Tiffany sama sekali tidak bisa menghindar.Simon mencium Tiffany hingga Tiffany kesusahan bernapas, sebelum Simon melepaskan bibirnya.Tiffany benar-benar marah besar.Begitu bibirnya dibebaskan, dia menunduk, membuka mulutnya dan menggigit bagian antara jari jempol dan jari telunjuknya Simon.Dia juga menatap Simon dengan tatapan penuh kebencian.Simon membiarkan Tiffany menggigitnya, seakan-akan dia tidak merasakan rasa sakit.Dia hanya makin kejam.Mobil ini sudah meninggalkan jalan pribadi Keluarga Frank. Saat ini sedang jam sibuk, jadi arus
Tiffany berjalan keluar dengan tergesa-gesa.Begitu dia keluar, dia langsung melihat sebuah mobil Maybach hitam yang terparkir di depan pintu.Mobil ini diaturkan Isabella untuk mengantarkan Tiffany ke perusahaan.Tiffany bergegas menghampiri mobil itu dan membuka pintu mobil untuk naik mobil.Begitu dia masuk ke dalam mobil, dia melihat seseorang di jok belakang mobil.Tiffany langsung menoleh. Di dalam mobil yang gelap ini, dia bisa melihat sosok seorang pria tinggi yang sedang bersandar di kursinya, dengan sebagian besar wajahnya tersembunyi di bayangan.Orang itu adalah Simon.Dia memegang sebatang rokok yang belum dinyalakan di tangan kirinya yang ujungnya sudah berubah bentuk karena kekuatan tangannya.Dia menatap Tiffany dengan tatapan yang sangat berbahaya.Dengan ekspresi dingin, gerakan Tiffany naik mobil seketika terhenti.Kemudian, Tiffany bergegas mundur ke belakang.Dia tidak ingin naik mobil yang sama dengan Simon.Reaksi Tiffany sudah sangat cepat, tetapi dia tetap saja
"Aku terbawa emosi, makanya aku melepaskan beberapa ekor tikus ke dalam ruangan untuk melampiaskan amarahku demi Rora.""Simon, aku hanya melakukannya karena aku terlalu mencintai Rora."Aurora adalah keuntungan Michelle.Simon sangat menyayangi Aurora.Asalkan Michelle mengatakan bahwa dia hanya melakukan hal itu demi Aurora, Simon tidak akan perhitungan dengannya.Karena Simon diam saja, Michelle berkata lagi dengan nada lembut dan manis, "Simon, sekarang, aku sama sekali nggak berani tidur. Setiap aku memejamkan mataku, aku bisa melihat ular itu menjerat diriku. Bisakah kamu menemaniku di rumah sakit?"Namun, Simon malah berkata dengan suara rendah, "Sudah malam, cepat tidur."Kemudian, dia langsung mengakhiri panggilan ini.Saat Michelle mengatakan bahwa dia terus melihat ular menjerat dirinya setiap dia memejamkan matanya, Simon malah mengingat bahwa Tiffany sangat takut pada tikus, tetapi malah dikurung selama itu, jadi malam ini, Tiffany pasti susah tidur....Setelah Simon kelu
Michelle menangis dengan pelan sambil terus mengeluh tentang penyiksaan yang dia derita di ruang bawah tanah itu.Setiap kata yang dia ucapkan sedang memancing amarah Simon.Dia sudah mengatakan bahwa saat dia keluar, dia tidak akan melepaskan Tiffany.Seiring dengan tangisannya, dia jelas-jelas merasakan aura dingin yang Simon pancarkan.Michelle membenamkan dirinya dalam pelukan Simon sambil tersenyum dengan bangga....Di rumah lama Keluarga Frank.Pada malam hari, Tiffany tidak tidur di rumahnya Simon, melainkan pergi ke rumahnya Isabella dan tidur di kamarnya sendiri.Karena Tiffany sudah merasakan ketakutan yang berlebihan, Isabella menyuruh pembantu untuk memasakkan sup hangat untuk Tiffany dan menyalakan dupa aroma terapi di kamarnya.Tiffany mengira bahwa hal-hal ini akan membantunya terlelap, tetapi setiap dia memejamkan matanya, adegan di ruang bawah tanah itu akan muncul dalam benaknya.Dia tidak bisa tidur.Tiffany pun berdiri dan mengeluarkan obat dari tasnya.Dia meminum
Jika Simon tidak bisa melihat kebaikan Tiffany, Isabella akan mencarikan orang yang bisa menghargai dan mencintai Tiffany.Dia menggenggam tangan Tiffany dan berkata, "Tiffany, Nenek pasti akan memilihkan pasangan yang baik untukmu.""Nenek, aku nggak mau kencan buta."Tiffany langsung menolak.Ucapan Simon memang benar, Tiffany tidak akan kencan buta, bukan karena dia terlalu mencintai Simon, melainkan karena dia belum membalaskan dendam Sierra, jadi dia tidak ingin memikirkan hal-hal ini.Isabella berkata dengan sungguh-sungguh, "Tiffany, Nenek mau mencarikan orang yang bisa melindungimu."Sebelumnya, dia ingin menjodohkan Tiffany dengan Simon.Dia memang egois karena Simon adalah cucu yang paling dia sayangi dan Tiffany sangat mencintai Simon, jadi Tiffany pasti akan memperlakukan Simon dengan baik. Oleh karena itu, Isabella merasa tenang.Namun, secara bersamaan, dia menginginkan agar Simon bisa melindungi Tiffany dan tidak membiarkan Tiffany ditindas.Akan tetapi, sekarang, Isabel