Share

12. Senyuman Nakal

Penulis: Tompealla Kriweall
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tapi begitu mereka sadar, keduanya kembali canggung. apalagi dalam keadaan basah seperti sekarang

Lidya mengambil selembar tissue dari kotak tissue yang ada di atas meja dekat kolam renang dan mulai mengelap tubuhnya yang basah. Ardiansyah ikut mengambil tisu dan mengelap tubuhnya sendiri.

Ada kecanggungan di antara mereka, seakan-akan suasana menjadi berubah setelah momen yang tadi.

"Lets go inside, kamu butuh mengganti bajumu." Ardiansyah memberi tahu Lidya.

"Mmm, iya." Lidya mengangguk dan mereka pun pergi ke dalam villa.

Mereka menuju kamar tidur dan Ardiansyah membuka lemari baju Lidya, memilih baju untuk dibawa keluar. Tapi ia lupa jika Lidya tidak mempersiapkan baju saat bulan madu pura-pura ini.

Tapi Pria itu segera ingat dengan beberapa paper bag yang entah ada di mana sekarang. Sebab saat itu, Lidya yang membereskan semuanya.

"Ku tak ada baju ganti, tapi beberapa paper bag kiriman kakek, pasti ada baju." Pria itu memberitahu.

"T-api ..."

"Kenapa?" tanya pria itu, memotong k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    13. Undangan Kakek

    "Apa harus begini?" gumam Lidya bertanya pada dirinya sendiri."Kamu tanya apa?" tanya Ardiansyah, yang mendengar gumaman tidak jelas dari istrinya.Lidya dan Ardiansyah duduk berhadapan di meja makan, membuat Lidya merasa sedikit gugup. Ini adalah makan malam pertama mereka sebagai pasangan suami istri, sebab kemarin malam mereka baru sampai dan langsung beristirahat.Lidya memainkan makanannya, mengambil beberapa suap tanpa benar-benar merasakan apa pun, sementara Ardiansyah membersihkan kerongkongannya dengan air minum sebelum berbicara lagi."Jadi, Lidya, bagaimana kalau kamu menyesuaikan diri dengan kehidupan barumu sebagai istriku?" Ardiansyah bertanya dengan asal - sebab pertanyaan yang tadi tidak dijawab."Sejujurnya, aku agak keberatan. Aku belum pernah menikah sebelumnya, dan aku tidak tahu apa yang diharapkan dari pernikahan ini." Lidya menatap Ardiansyah dari makanannya - tatapan ragu."Apakah kau menyesal?" Ardiansyah kembali bertanya.Gadis itu hanya tersenyum tipis lalu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    14. Empat Musim

    "Lidya, hati-hati!" kata Ardiansyah sambil memeluknya erat.Lidya merasa hangat dan aman dalam pelukan suaminya, meskipun awalnya dia merasa risih."Apa kamu baik-baik saja?" tanya Ardiansyah dengan wajah cemas."Ya, aku baik-baik saja. Terima kasih karena menolongku," ujar Lidya, memandang suaminya dengan tatapan yang lembut. Tapi langsung menundukkan wajahnya karena malu."Lupakan saja hal itu. Aku khawatir kamu terluka. Bagaimana kalau kita ke rumah sakit untuk periksa?" Ardiansyah masih merasa khawatir."Tidak! Tidak perlu," jawab Lidya panik.Gadis itu merasa sangat ceroboh karena melamun saat naik tangga hingga hampir terjatuh. Tapi ia juga merasa senang karena bisa melihat sikap Ardiansyah yang masih memiliki simpati dan perhatian padanya.Tapi jika diingat-ingat, Lidya tadi melihat Ardiansyah sudah berjalan terlebih dahulu dibandingkan dirinya. Lalu, bagaimana caranya Ardiansyah berada di belakangnya tadi?

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    15. Abaikan dulu

    Lidya melihat Ardiansyah dengan mengerjapkan matanya beberapa kali, seolah-olah memastikan bahwa ia telah salah dengar, atau memang mendengar dengan benar apa yang diucapkan suaminya tadi."Apa maksudmu kamu siap meniduri?" tanyanya bingung."Aku bilang aku siap untuk menidurimu, sayang," kata Ardiansyah dengan tersenyum lebar yang terlihat tengil.Lidya merasakan pusing yang semakin lama semakin menjadi-jadi. Ia gugup dan tentunya tidak siap dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan antara "suami istri" yang normal.'Mungkinkah aku salah dengar? Ataukah ia benar-benar ingin meniduri aku?' batin Lidya khawatir."Ardi, k-amu bilang meniduri a-ku? A-pa maksud dari itu?" Lidya bertanya ragu."Oh maaf, aku salah ucap, ya? Hehehe ... Aku hanya ingin bilang aku siap menidurkanmu," jelas Ardiansyah sambil menepuk jidatnya, seakan-akan merasa malu dengan ucapannya yang salah.Lidya merasakan lega, tapi seakan-akan ing

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    16. Bukan dari kakek

    "Ya, sebentar!" seru Lidya, saat pintu kamar diketuk dari luar.Saat ini hari sudah pagi. Ia baru saja keluar dari kamar mandi, sementara suaminya sedang menghubungi seseorang di balkon kamar. Jadi, pria itu tidak mendengar ketukan di pintu kamar."Selamat pagi Nona Lidya, saya membawa paket untuk Nona dan tuan muda." Pelayan menyerahkan dua paper bag yang ada ditangannya."Oh, terima kasih banyak, bu. Dari siapa ini?" tanya Lidya sedikit terkejut."Tidak tahu, nona. Tadi yang datang pembawa paket ini adalah pelayan di rumah Tuan Besar," terang pelayan tersebut.Karena jawaban yang diberikan oleh pelayan tersebut, Lidya berpikir bahwa paket itu pastinya dari kakek Hendra juga. Ia teringat dengan undangan sang kakek untuk datang ke acara perusahaan Kusuma Group.Setelah Lidya menerima dua paper bag dan mengucapkan terima kasih, pelayan ijin undur diri untuk kembali melakukan pekerjaannya yang lain.Lidya mengambil paper b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    17. Ketahuan

    Saat Lidya dan Ardiansyah memasuki ruang acara, ia merasa perutnya terasa seperti ada ratusan kupu-kupu terbang di dalamnya. Dia merapikan gaunnya sekilas, meyakinkan dirinya sendiri untuk terus berpura-pura seperti tidak ada yang terjadi.Tak lama kemudian, muncul kakek Hendra dan beberapa petinggi perusahaan yang menyambut kedatangan mereka."Selamat malam, kakek," ucap Lidya dengan lembut."Wah, cantik sekali! Cocok gaunnya dipadukan dengan anting-anting ini, cucuku," puji kakek Hendra sambil mencium pipi Lidya."Terima kasih Kakek, aku senang dengan hadiah dan gaun kiriman kakek," jawab Lidya berusaha melirik ke arah suaminya sambil tersenyum.Kakek Hendra yang memuji penampilan Lidya, melerai pelukannya. Ia bingung dengan jawaban yang diberikan oleh istri dari cucunya tersebut.Hal ini membuat Ardiansyah sedikit gugup, takut jika kebohongannya terbongkar. Ia sendiri yang mengatakan bahwa anting-anting tersebut adalah hadiah kakek Hendra untuk Lidya padahal sebenarnya itu adalah h

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    18. Tenang Saja

    "Ada masalah di gudang, aku harus segera pergi," jawab Ardiansyah dengan serius, mencoba menyembunyikan rasa cemasnya.Lidya khawatir, sepertinya Ada yang tidak beres dengan suaminya. Dia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri dan sedikit terkejut ketika Kakek Hendra tiba-tiba berdiri di depannya."Maaf, Lidya. Bisakah kakek meminjam suamimu untuk sebentar? Ada sesuatu yang perlu dibahas." ucap Kakek Hendra dengan menganggukkan kepalanya."Kakek ... ah, ya."Lidya memberikan senyuman lemah, sebelum memperbolehkan Kakek Hendra untuk membawa Ardiansyah pergi.Ketika Ardiansyah pergi, Lidya merasakan rasa cemas yang makin membesar dalam hatinya. Ia tidak tahu harus berbuat apa, ketika tiba-tiba seorang pria tampan duduk di sampingnya."Malam, Nyonya Lidya. Bolehkah saya menemani Anda selama menunggu Tuan Ardiansyah kembali?" ucap pria tampan tersebut dengan tersenyum ramah."Terima kasih, boleh." Lidya menjawab sambil t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    19. Dikejar Rasa

    "Wartawan?" gumam Lidya memperhatikan.Lidya merasa sangat tersudut dengan situasi ini. Keberhasilan karirnya sebagai seorang artis, kini dicap sebagai pencari "sensasi" oleh banyak media. Semuanya terjadi sejak pernikahannya dengan Ardiansyah berlangsung ditengah-tengah gosip yang menimpa dirinya.Semua orang penasaran tentang persiapan pernikahan yang terbilang mendadak, juga karena sebelum ini mereka tidak pernah terlihat bersama.Lidya menatap ke arah wartawan yang kini mulai mendekat dan terus memburunya. Hingga bisikannya terdengar pelan ke telinga suaminya yang berada tepat di sampingnya."Aku tak tahu lagi harus bilang apa kepada mereka untuk klarifikasi," gumamnya lirih."Tenang, aku di sampingmu. Kita akan mengatasinya bersama-sama sesuai peran kita," bisik Ardiansyah memeluk pinggangnya posesif."Tapi bagaimana kita bisa menenangkan situasi ini?" tanya Lidya cemas.Gadis itu tidak mau jika terjadi keributan di tengah acara pesta tahunan perusahaan. Apalagi itu hanya karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    20. Diluar Perkiraan

    Lidya merasakan detak jantungnya meningkat dengan cepat saat Ardiansyah menjatuhkan bibirnya dengan lembut di keningnya yang sakit. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa suaminya yang keras kepala itu bisa selembut itu."Tidak apa-apa, Ard. A-ku baik-baik saja," ujarnya sambil menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya."Shttt ... kamu selalu keras kepala. Biarkan aku obati, sama seperti dulu." Pria itu berbisik lembut, meminta Lidya untuk diam.Lidya merasa kebingungan dan sempat mengalami gejolak dalam hatinya. Terlebih saat Ardiansyah membisikinya dengan suara lembut seperti ini, hingga membuat jejak bibirnya tercium oleh Lidya.Di saat yang sama, suara-suara para wartawan terus terdengar dibelakang mobil mereka."Ardi, apa yang kau lakukan?" bisik Lidya dengan wajah merah padam saat ingat situasi yang ada."Aku hanya ingin memastikan bahwa keningmu tidak sakit, dan memarnya hilang," bisik Ardiansyah dengan nada menggoda.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    126. Ending

    Kebersamaan keluarga Lidya dan Ardiansyah semakin terjalin erat dengan kehadiran anak kedua mereka yang bernama Ardila. Rafael sangat senang memiliki adik perempuan, dia selalu merasa senang bermain-main dan ikut serta merawat adiknya. Seiring berjalannya waktu, Ardila tumbuh menjadi anak yang cantik dan aktif.Sementara itu, Lidya semakin sibuk di rumah karena harus menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga dan juga merawat kedua anaknya. Namun, Ardiansyah selalu membantu Lidya dalam mengurus anak-anak dan juga memenuhi kebutuhan mereka. Mereka saling mengasihi dan merasa bahagia karena bisa bersama-sama selalu.Untuk pekerjaan, Lidya sudah lama tidak ikut campur dan menyerahkan sepenuhnya pada suaminya. Ia fokus di rumah sejak kehamilan anak keduanya, karena tidak ingin terjadi sesuatu pada saat ia hamil - trauma saat hamil pertama yang penuh drama.Saat ini, perusahaan Kusuma Group semakin maju, Ardiansyah semakin banyak waktu yang harus dihabiskan untuk bekerja. Namun, dia tetap

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    125. Kabar Baik

    "Emh ... aku juga tidak tahu, tapi aku merasa ada sesuatu yang salah, Ard. Apakah mungkin, kamu memiliki rahasia yang tidak kau beritahukan padaku?" ucap Lidya mencoba menerka-nerka."Rahasia? Ah, tidak ada. Aku tidak akan membuatmu cemas, Lidya. Aku berjanji padamu, bahwa aku tidak memiliki rahasia yang disembunyikan darimu. Mungkin seseorang hanya ingin mencoba memanipulasi kita, atau bahkan kamu telah dibuat bingung oleh segala sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini." Ardiansyah mencoba menenangkan istrinya dengan lembut, ia merasa memang tidak memiliki rahasia apapun yang disembunyikan."Hm, syukurlah."Lidya merasa lebih tenang dengan jawaban suaminya dan ia merasa aman bersama Ardiansyah."Terima kasih, sayang. Kamu selalu mengerti aku dan membuatku merasa tenang," sambung Lidya dengan mengelus pipi suaminya - lalu mencium bibir Ardiansyah singkat."Aku selalu akan berada di sampingmu, sayang. Apapun itu!" ucap Ardiansyah memeluk istri tercintanya.Kini mereka menikmati makan mala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    124. Pria Misterius

    "Terima kasih sudah menemaniku untuk makan siang hari ini, Sarah. Kamu benar-benar selalu memikirkan hal yang terbaik untukku." Lidya tersenyum dan merasa bersyukur, sambil melihat jam di sebelah kanannya."Sama-sama, Bu Lidya.""Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Oh, kita harus segera menyelesaikan pekerjaan, Sarah. Kita tidak bisa melakukannya sampai malam, karena aku tidak mau lembur hingga malam hari."Lidya membuka laptopnya dan mulai membuat strategi-strategi baru untuk pemasaran produknya, sementara Sarah duduk di sampingnya dan mulai mengambil catatan yang penting.Mereka bekerja bersama-sama sampai menyelesaikan tugas yang mereka berdua kerjakan, dan benar-benar selesai pada pukul 7 malam. Lidya dan Sarah merasa lelah tetapi berhasil merampungkan pekerjaan tersebut."Bu Lidya, pekerjaan sudah selesai. Saya akan menunggu Ibu sampai pulang atau saya pulang duluan?" tanya Sarah memastikan."Baiklah, terima kasih, Sarah. Lebih baik kamu menunggu aku pulang, ya? Aku tinggal sedikit l

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    123. Membaik

    Kini kehidupan Lidya lebih tenang setelah mendapatkan kabar tentang kematian Beno, meskipun ia juga prihatin atas nasib pria tersebut.Beno merupakan salah satu fans berat Lidya - semasa ia menjadi artis pada saat itu. Sementara Beno yang memaksakan kehendaknya dengan cara menyalahgunakan kekayaan dan kekuasaan orang tuanya untuk mendapatkan Lidya dengan berbagai cara. Meskipun Beno sudah mengetahui jika Lidya telah menikah dengan Ardiansyah sekalipun.Namun, Lidya tidak pernah merespons atau memberikan harapan palsu pada Beno. Lidya hanya menganggap Beno sebagai fans dan tidak pernah memberikan perlakuan khusus. Namun, meskipun begitu, Beno tetap bersikukuh dengan pendekatan yang salah tersebut - bahkan dengan cara menculik untuk memaksakan kehendaknya."Hahhhh ..."Lidya membuang nafas panjang setelah kejadian yang memprihatinkan, yang dialami Beno. Sebenarnya Lidya juga merasa terkejut dan sedih atas berita yang didengarnya itu. Ia merenungkan tentang pentingnya hidup dengan cara y

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    122. Nasib Beno

    Gerri hanya bisa melihat bagaimana Beno yang semakin terjerumus dalam kehidupan penjara yang rusak dan kejam, karena merasa sudah berkuasa. Ia merasa sedih melihat seorang manusia kehilangan pengendalian dirinya dan menghancurkan hidupnya sendiri dengan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut, padahal di dalam penjara adalah tempat untuk merenungkan segala kesalahan yang pernah dilakukan sebelum masuk ke sel tahanan ini."Hai, Beno. Apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak merasa kasihan pada dirimu sendiri?" ujar Gerri tanpa ekspresi wajahnya, saat ada kesempatan untuk berbicara dengan Beno.Tapi tanggapan Beno justru tidak mengenakkan. Pria arogan itu tersenyum sinis, lalu menggertaknya. "Apa yang kau tahu? Kau bukan siapa-siapa di sini. Biarkan aku menjalani hidupku sendiri, pecundang!"Gerri menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Beno. "Tapi kau sendiri tahu kalau kehidupanmu semakin rusak dan sia-sia. Apa yang kau cari selain kesenangan sesaat?" tanyanya dengan maksud menyadarkan

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    121. Yang Kaya yang Berkuasa

    Lidya dan Rafael menjelaskan jika mereka sedang membahas persiapan untuk hari pertama sekolah Rafael yang akan datang. Ardiansyah mendengarkan dengan seksama dan memberikan beberapa saran tambahan untuk putranya."Rafael, kau harus berani dan percaya diri di sekolah. Jangan takut untuk mengambil inisiatif dan berbicara dengan teman-temanmu," ucap Ardiansyah dengan senyum lembut.Rafael mengangguk patuh, menunjukkan bahwa ia akan mengingat semua saran yang diberikan oleh orang tuanya. Lidya dan Ardiansyah melanjutkan membicarakan hal-hal lain tentang keluarga mereka dan Ardiansyah memutuskan untuk membuka sebuah topik yang sudah lama ia pendam."Lid, selama ini aku merasa tidak enak hati karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku merasa seperti aku tidak bisa memberikan cukup waktu dan perhatian yang cukup untukmu dan Rafael," ucap Ardiansyah dengan wajah yang terlihat jelas jika sedang bersedih.Lidya tersentak dan menatap suaminya, "Apa maksudmu, Ard?""Aku merasa terhutang bud

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    120. Liburan Asyik

    Setelah memanggil suaminya dan anaknya, Dina mengajak mereka untuk berkumpul di ruang makan dan menikmati hidangan yang sudah disediakan. Tapi nyatanya, Lidya masih memikirkan masalah yang belum benar-benar selesai.Saat menyantap makanan, mereka makan dengan lahap tanpa banyak bicara atau pun bicarakan hal-hal yang tidak perlu. Baru setelah selesai menikmati makanan, Lidya bicara dan memberikan usulan setelah Rafael kembali bermain dengan Bu Rahma."Ard, bagaimana kalau kita pergi liburan sejenak saja? Agak jauh dari sini, tapi bukan ke villa. Ini supaya kita bisa menghilangkan rasa cemas dan tegang akhir-akhir ini," ucap Lidya sambil menatap suaminya."Emh, aku setuju, Lid. Kira-kira, kemana kita akan pergi?" tanya Ardiansyah - menanggapi usulan istrinya."Lihat saja nanti, Ard. Yang penting kita mencari tempat yang indah dan tenang untuk keluarga kita," ucap Lidya dengan senyumannya yang lembut."Ok," sahut Ardiansyah ikut tersenyum melihat istrinya yang bahagia.Mereka sepakat unt

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    119. Lika-liku Kehidupan

    "Hm ... aku belum yakin, Lid."Ardiansyah mengambil napas dalam-dalam, mencari jawaban atas pertanyaan istrinya. Dia tahu dia harus berhati-hati dalam mengambil tindakan sehingga tidak menyakiti orang yang tidak bersalah, apalagi asisten kakeknya itu sudah lama ikut bersama keluarga mereka - menjaga kesehatan kakek Hendra selama ini."Mungkin kita perlu memeriksa kamera pengintai yang tersembunyi di tempat-tempat penting di rumah ini, untuk mencari tahu siapa yang berusaha mencuri dokumen dan mencuri hadiah dari kakek," ujar Ardiansyah setelah memikirkan situasinya."Iya, itu ide bagus, Ard. T-api, bukannya di ruang baca kakek memang tidak ada kamera CCTV?" sahut Lidya dengan wajah tegang.Ardiansyah menghembuskan nafas panjang, lupa jika ruang baca tersebut merupakan ruang pribadi termasuk kamar tidur kakeknya. Jadi, pada saat ada pemasangan kamera CCTV untuk penjagaan pada waktu itu - dari kejahatan Beno, semua kamar tidur dan ruangan yang dianggap privasi memang tidak dipasangi ala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    118. Diantara Mereka

    Sementara mereka mencari tahu siapa yang mencoba mencuri hadiah warisan dari kakek Hendra untuk mereka, berbagai praduga terus berputar di kepala Ardiansyah. Dia tidak bisa menghentikan dirinya untuk berpikir ketika ia menyadari bahwa hal ini bisa jadi tidak berakhir dengan baik."Aku tidak tahu siapa yang mencoba merusak hadiah dari kakek. Tapi aku pikir ada orang terdekat yang telah memperhatikan kakek selama ini," ucap Ardiansyah, berpikir bahwa selama ini kakek Hendra tidak pernah berinteraksi secara intens dengan orang-orang, setelah memutuskan untuk tidak berkecimpung di dunia bisnis karena sakit-sakitan."Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang, Ard?" tanya Lidya dengan wajah yang penuh kebingungan."Apakah kita harus melapor ke polisi?" tanyanya lagi.Ardiansyah terdiam dan berpikir sejenak, mencari keputusan yang tepat untuk masalah ini - sebab tidak boleh gegabah dalam keadaan seperti ini."Sepertinya tidak perlu, Lidya. Aku tidak ingin hal ini diselesaikan dengan kekerasan

DMCA.com Protection Status