BAB : 97Kehamilan Salma serta kehadiran Fera.***Dalam indahnya pagi ini tampak satu keluarga tengah dihebohkan dengan suara gaduh seorang perempuan. Ya, Salma Dewantari, yang tengah hamil muda tengah mengalami morning sickness yang lumayan parah. Salma benar benar kelimpungan setelah mengeluarkan semua isi perutnya. Semenjak Salma dinyatakan hamil tiga minggu yang lalu, dunia seakan ikut tersenyum. Bagaimana tidak, pasangan yang pernah mengalami masalah sedemikian rupa, bahkan perceraian sudah di depan mata, bisa kembali mereguk indahnya rumah tangga mereka. Tentu saja rasa bahagia menyelimuti mereka.Namun pagi ini, Rama justru dipusingkan dengan istrinya yang benar-benar tak berdaya. Bahkan hanya untuk berdiri saja Salma merasa lemas. Rama yang selalu di sampingnya pun mendampingi serta menyemangati, sebelum tiba waktunya ke kantor."Mas, aku mual banget rasanya. Pengen muntah terus." keluh Salma yang sekarang merebahkan diri karena lemas. Padahal baru saja ia muntah, namun rasa
BAB : 98Setelah Pulang dari rumah sakit, serta kesialan yang menimpa Sumi.***"Udah ah, Ma! Daffa bisa ngobatin sendiri. Udah nggak sakit kali, ini Mah!" protes Daffa ketika keningnya diganti perban."Jangan kebanyakan protes kamu, Daff. Siapa suruh kamu ngurusin masalah yang bukan urusanmu. Mama sudah bilang kalau Pak Koswara itu banyak pengikutnya, mulai dari pejabat sampai aparat negara. Makanya jangan coba-coba berurusan dengannya deh!" tegur Zeanna seraya mengobati luka Daffa.Setelah menginap di rumah sakit selama dua hari, Daffa sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Tak ada masalah yang serius dengan kecelakaan yang menimpanya kemarin, hanya saja luka jahit masih terlihat basah, dan itu bisa diatasi di rumah sendiri.Saat ini Daffa sedang berada di kamarnya dengan sang Ibu dan ditemani oleh Sumi. Zeanna yang meminta Sumi untuk menemaninya karena butuh nyali besar buat Zeanna untuk membuka perban Daffa lalu mengobatinya. Lukanya masih menganga lebar, dan itu sukses membuat Z
BAB : 99Ketika seorang Sumi bertemu dengan Kinara.***“Lean … kamu, mirip sekali dengan Lean,”“Siapa itu Lean, Mas, dari kemarin Mas Daffa itu nyebut nama Lean terus. Memangnya kalau Mas Daffa bertemu sama Lean, mau diapain? Apa seseorang yang bernama Lean itu pacarnya Mas Daffa? Cantik?” tanya Sumi beruntun. Ia sendiri penasaran tentang penilaian Daffa terhadap sosok yang bernama Lean yang sering ia dengar sejak kemarin.Sumi menyudahi memasang perbannya, ia membereskan sisa obat serta yang lainnya untuk disimpan kembali di meja kamar Daffa."Bukan pacar juga kali!" ketus Daffa pada Sumi."Eh iya, Sumi hampir lupa kalau Mas Daffa ini seorang jomblowan sejati. Hihihi…!" Sumi terkekeh pelan di depan Daffa, dan untuk pertama kalinya Daffa ikut menertawakan ulah Sumi.“Entahlah. Aku tak tau siapa itu Lean, aku tak begitu mengenal siapa itu Lean, namun semenjak mencuat kasus itu rasanya hasrat untuk melindungi itu muncul. Apalagi yang melaporkan Lean adalah seorang arogan yang aku send
BAB : 100Perang mulut antara Kinara dan Sumi.“Lo kenapa nubruk gue begitu Sum? Aneh lo lama lama!” keluh Daffa setelah kembali duduk. Sedangkan Sumi sendiri memilih berdiri di depannya. “Tadi itu, hmm… anu, itu…,” Sumi menggaruk kepalanya pelan. Hanya untuk menjelaskan bahwa ia terpeleset saja seperti mati kutu. Susah sekali untuk menjelaskan.“Dasar lo otak mesum, pengennya nubruk orang sembarangan!” Sumi mendelik. “Dih, pede banget sih! Tadi itu Sumi kepeleset. Mas sih, iseng trus!” bantah Sumi dengan matanya yang masih mendelik di depan Daffa.“Mbak, Mbak kan di sini pembantu, jangan lancang begitu sama majikan. Mending Mbaknya beres beres sana gih, bukan malah menggoda majikan sendiri!” Kinara yang gemas sejak tadi pun tak bisa menahan lagi rasa kesal. Ia lantas duduk di sebelah Daffa. Sumi tersenyum miring, ‘Ternyata kau cemburu Kinara. Apa kali ini kamu ingin mencari yang lebih muda?’ Batin Sumi bergejolak.“Biarkan Sumi di sini Kinara, kan tadi Mama sendiri yang menyuruhny
BAB : 101Ingin Mengakhiri Sandiwara.***Kali Ini Daffa sedikit serius menatap ke arah Kinara. Pertanyaannya tadi sangatlah berguna untuk penelitiannya, berharap Kinara memberitahu hal ini. Namun belum sempat Kinara menjawabnya, sang Mama datang menghampiri mereka.“Hei anak Mama dan Kinara, masih asyik ngobrol ternyata. Mana Sumi, kok nggak ada?” tanya sang Mama yang baru datang.“Sumi pergi Tante, ia pergi sendiri tadi,” Jawab Kinara.“Oh, padahal tadi Tante sengaja menyuruhnya ke sini agar tak berdua dua’an di dalam kamar. Nggak boleh dong, kan kalian belum muhrim,” Papar Mamanya.Kinara sedikit gelagapan mendengar penuturan Zeanna. Wajahnya memerah, seperti menahan rasa malu. Bagaimana mungkin, ia seorang perempuan mendapat perkataan seperti itu pada sang calon mertua? Bahkan Daffa saja belum pernah mengucapkan apapun padanya, walaupun hanya sekedar berucap suka.Daffa terkekeh pelan. Ia merasa sikap sang Mama mulai berbeda setelah mengetahui sisi lain dari Kinara. Walaupun tak d
BAB : 102Bertemunya Daffa dan Lean, dengan segala kesedihannya. ***Dalam keheningan yang menyelimuti, Daffa tengah merenung seorang diri di dekat jendela kamarnya. Hatinya hambar hingga saat ini, entah kapan kekosongan hatinya akan terisi. Nyatanya setelah kepergian sang mantan beberapa tahun lalu, Daffa Biantara namanya, masih tetap menyendiri padahal banyak perempuan yang menghampiri. Padahal bintang berhias indah di langit menemani kesendirian Daffa di kamarnya, namun tak mampu mengobati rasa sepi di dalam hatinya.Entah pada siapa cintanya akan berlabuh, hatinya pun masih terombang ambing mencari muara. Jodoh adalah misteri Illahi yang Daffa sendiri tak akan bisa mengetahuinya. Bukan Daffa menghindar, namun kecocokan hati menjadi kunci utama, hingga kini Daffa pun belum menemuinya.Bahkan seorang model ternama yang bernama Kinara Andalena saja tak mampu menggoyahkan kebekuan hati Daffa. Namun akhir-akhir ini justru pikirannya dipenuhi oleh seseorang yang bernama Lean. Mungkin k
BAB : 103Lean, Sumi, dan kemungkinan yang terjadi setelahnya.***Lean menunduk. Tak lama, matanya mengembun karena mengingat keadaannya yang terombang ambing saat ini.“Hei, kenapa jadi sedih seperti ini?” Daffa mengangkat dagu Lean. Dan benar saja, pipi Lean telah basah dengan air mata. Daffa yang melihatnya merasa teriris, hatinya pilu, seakan merasakan penderitaan yang Lean alami. Padahal Lean belum menceritakan apapun pada Daffa. Namun air matanya sudah menceritakan bagaimana kondisinya saat ini.“Jangan menangis!” Daffa mengusap pelan pipi Lean, berharap air mata itu kering dan tak pernah datang lagi. “Air matamu terlalu berharga untuk kau tumpahkan seperti ini. Aku akan membantumu semampuku. Kita berjuang bersama sama. Ya?” “Makasih, Mas. Makasih banyak,” “It is Okay. Makasih udah muncul di hadapanku.” Daffa tersenyum, manis sekali. Dan itu sukses membuat hati Lean sedikit tenang. “Jadi, apa rencana kamu selanjutnya, Lean?” tanya Daffa setelah Lean merasa tenang.“Nggak tau
BAB : 104Curahan hati Lean, serta mencairnya hati yang mulai membeku.***“Jadi, sebelum Mamamu menghilang, kamu sempat berdebat dengannya?” tanya Daffa yang kini sedang bersama dengan Lean. Mereka kini berdiskusi di dalam kamar Daffa karena saat ini kamarnya Daffa adalah tempat yang paling aman bagi mereka. Untuk keluar pun tak memungkinkan, karena selain pengintai di mana-mana, nama Daffa pun ikut dipertaruhkan karena kasus terbaru Lean. KIni ia pun lebih berhati-hati dalam bertindak ke depannya.“Koswara adalah Papa tiriku, laki-laki yang sangat Mama cintai ketika aku masih berumur sekitar 7 tahunan. Itu pun mereka sudah pacaran lama setelah Papa kandungku meninggal karena sakit, dan tak lama Papa Koswara hadir berniat menggantikan posisi Papa, dengan membawa seorang anak perempuan yang umurnya tidak terlalu jauh dariku.” Lean menghela nafas sejenak, seolah mengeluarkan rasa sesak yang mendera. Tarikan nafasnya pun terdengar berat, menandakan bahwa hatinya tidak dalam keadaan ba