Share

Bab 31

Aku menuntun Ayah duduk di sofa sederhana di ruang tamu kami. Tak ada yang berubah dari kondisi rumah kami kecuali kehangatannya yang tak lagi kurasakan. Ibu berjalan terus ke belakang membawa tas dan kantong plastik itu.

"Ayah mau minum?" tanyaku.

Ayah menggeleng.

"Atau Ayah mau makan? Biar aku masakkan sebentar."

"Tadi udah dikasih sarapan di klinik, Nak," jawab Ayah. "Kamu pasti yang belum sarapan karena buru-buru ke sini."

Pernyataan Ayah menyadarkan aku bahwa aku memang belum makan apa-apa dari sejak aku bangun. Jangankan makan, minum segelas air putih pun belum ada.

"Aku nggak apa-apa, Yah. Aku hanya khawatir sama Ayah," jawabku.

"Kamu jangan sepele dengan kondisi kamu. Kamu sekarang lagi mengandung, kamu harus memikirkan anakmu juga," kata Ayah.

Aku menunduk malu. Andai kehamilanku ini kudapat dari hubungan yang wajar dan normal, aku pasti bangga menunjukkannya kepada orang tuaku. Ini apa? Besarnya perutku malah seolah-olah menambah luka di hati orang tuaku. Masih kuingat tatap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status