"Izinkan aku menebus semua kesalahanku dan memulainya kembali, memperbaiki semuanya aku janji akan menjadi ayah dan suami yang baik, aku mohon.""Aku mohon Nirmala, kembalilah padaku minta cerailah pada suamimu itu. Dia lelaki baik kan, dia pasti mengerti dengan semuanya."Heru berbisik, sebelum akhirnya belalu dari hadapannya🌷🌷🌷Heru yang sudah menjalankan hukuman tujuh tahun, dia sudah bisa menghirup udara bebas lagi dan kedatangannya menemui Nirmala adalah hal yang tak pernah ia pikirkan terlebih dengan datang ke rumah sakit di mana Nirmala melahirkan anak dari pernikahannya dengan Anto."Mama mau nengok Nirmala dia melahirkan," ucap mama Ratih."Aku ikut ma," tutur Heru."Kamu yakin?""Ya, Heru belum meminta maaf sama dia.""Janji sam
Heru sudah bebas dan tadi malam sewaktu kamu praktek dia datang bersama mama Ratih."Seketika Anto terdiam, ada sesuatu yang tak beres yang dapat ia rasakan."Oh ... Gimana kabarnya?" tanya Anto.Nampaknya Anto berusaha bersikap bijak, kegelisahan yang ia rasakan dipendamnya sebisa mungkin Anto tak berpikir negatif karena akan mempengaruhi hal lain dalam hidupnya.Lagi pula Anto percaya pada Nirmala, dia perempuan baik yang bisa menjaga kehormatannya."Dia sudah lebih baik, dia memintaku untuk memberinya kesempatan."Nirmala menjeda kalimatnya melihat tatapan Anto begitu lekat padanya. Nirmala memberikan senyum terbaiknya untuk suaminya itu, lelaki yang menikahinya ketika ia sedang merasa terpuruk dan menemaninya membesarkan Kania hingga ia tumbuh jadi anak yang pintar."Kamu
"Dia menemuiku ketika barus aja bebas dan memintaku bercerai dengan Mas Anto."Terbelalak mata Sarah mendengar ucapan Nirmala, hatinya mendadak mendidih, bukan karena cemburu yang bersarang namun lebih pada kecewa atas sikap Heru, Sarah mungkin sudah tak mengharapkan Heru lagi tapi jika mendapati perlakuan seperti ini tentu sakit rasanya.Sarah membisu, ia tak menyangka tujuh tahun membersamai Heru di penjara tapi saat keluar Heru sama sekali tak mengingatnya. Apakah ini karma yang harus Sarah terima atas sikapnya dulu pada Nirmala?"Kamu tenang saja, aku gak akan mau balik lagi sama Heru apalagi harus melepas Mas Anto yang sholeh."Nirmala tertawa kecil, Sarah pun ikut tertawa."Ya iyalah mba, untuk apa melepas berlian hanya demi seonggok perak yang usang," cekikik Sarah.Keduanya nampak asy
"Pergi dari rumah ini dan jangan pernah menampakan wajahmu lagi hadapanku. Pergiii ... ."Nirmala mengangkat telunjuknya ke arah pintu."Pergiii ... ," teriak Nirmala.Heru tak bisa berbuat apapun, dia segera ke luar dari rumah Nirmala. Seumur hidupnya mengenal Nirmala baru kali ini Heru melihat Nirmala begitu marah, ketika dulu ia mengkhianati Nirmala kemarahannya masih standar tidak separah ini, sekarang teriakan Nirmala menyuruhnya pergi hingga sampai menusuk jantungnya, terasa bergetar dan membuat Heru bersalah telah menjatuhkan talak pada Sarah.Nirmala telah melihat begitu besar pengorbanan yang sudah dilakukan Sarah untuk Heru, namun dia tak habis pikir kenapa Heru justru malah terus mengharapkan dirinya bukan kah dulu demi Sarah ia rela menduakan Nirmala?Nirmala segera masuk ke dalam kamar dan meraih ponselnya hendak menghubungi
Mama Heru sudah menunggu kedatangan anaknya, mendengar deru mobil bergegas menghampiri dan Heru tampak kesal."Ada apa sih ma?" tanya Heru."Kamu harus menarik talak kamu untuk Sarah."Heru tampak terkejut mendengar hal itu, bagaimana mungkin ia menarik talaknya. Ia baru saja mengucap talak itu lalu dengan tiba-tiba mama nya meminta ia menariknya kembali."Ma, mana mungkin bisa kayak gitu. Heru mau berpisah dengan Sarah, keputusan Heru sudah bulat.""Heru, mama baru saja bertemu Nirmala. Sadar Heru, dia gak mungkin kembali sama kamu dengan apa yang sudah kamu lakukan. Dia sudah bahagia, jangan ganggu dia. Lagi pula Nirnala benar, mungkin kamu memang jodohnya Sarah. Lihatlah pengorbanan Sarah sama kamu selama kamu di penjara, tak pernah ia absen menjenguk dan membawakanmu makanan, iya kan?""Ma, kenapa mama tiba-tiba seperti ini. Bukan kah mama senang jika dia menderita?"Tiba-tiba mama Heru terdiam mendengar uc
"Oke, tapi ini ada beberapa kali panggilan dari Heru. Yakin kamu gak akan ambil?"Sarah terdiam, terkejut mendengar ucapan Nirmala soal panggilan dari Heru. Pikirannya kembali berkecamuk dalam tanda tanya yang bercokol dalam pikiran. Ada apa lagi laki-laki itu?"Besok pagi saja mbak, ini sudah jelang magribh. Aku harus bimbing anak-anak.""Ya sudah, apa perlu mbak angkat kalau Heru telepon?" tanya Nirmala."Nggak perlu mbak, biarin aja. Ngapain juga dia menghubungi? Dia kan sudah menjatuhkan talak mbak, jadi sudah bukan siapa-siapa aku lagi.""Tapi talak satu masih bisa segera ditarik lho," ucap Nirmala.Nirmala terus membujuk Sarah, tapi Sarah kuat pendiriannya hingga Nirmala pun menyerah. Nirmala menyimpan ponsel Sarah."Asyik bener teleponannya."Suara Anto membuyarkan lamunan Nirmala, Nirmala tersenyum lalu menghampiri suaminya yang baru saja pulang."Maaf mas, ini ponsel Sarah ter
"Terima kasih ya mba, aku sudah kaget ponselku di mana ternyata tertinggal di rumah mba," ucap Sarah."Iya sama-sama. Lain kali hati-hati, maaf juga aku baru bisa antarkan biasa nunggu waktu yang pas ini sekalian beli keperluan baby.""Padahal gak usah repot-repot mbak, aku ambil ke rumah cuma ini nunggu ibu dulu lagi pengajian.""Tadinya mau begitu, tapi pengen sekalian ketemu. Aku harus memastikan kamu baik-baik saja kan?" tanya Nirmala."Alhamdulillah, mbak. Ya sedikit syok itu wajar ya mbak karena mungkin setidaknya ada harapan untuk bisa bertahan dengan Mas Heru tapi ternyata Mas Heru yang sudah tak mau lagi.""Kata siapa?"Seketika sebuah suara mengejutkan Nirmala dan Sarah, keduanya menoleh ke arah sumber suara."Mas Heru ... ." lirih keduanya.Nirmala dan Sarah saling memandang, kedatang Heru membuat mereka saling menautkan kedua alisnya."Kayaknya aku harus segera pergi nih, ditunggu Mas
"Mas ....""Sarah ...."Sekalinya bicara malah barengan dan membuat mereka semakin tersipu malu. Mendadak Sarah mengingat masa lalunya saat pertama kali bertemu dengan Heru beberapa tahun yang lalu.Bayangan Sarah melayang di masa itu, di mana dia mengenal sosok Heru yang sangat baik. Sungguh masa yang tak pernah bisa ia lupakan, disaat dirinya sendiri tanpa orang tua lengkap, Tuhan seakan mengirimkan Heru untuk menemani hidupnya."Mau kah kamu menikah denganku?" tanya Heru kala itu."Mas, apakah kamu yakin?" tanya Sarah."Tentu saja, aku yakin untuk menikahimu.""Tapi mas, aku ini yatim piatu tinggal sendiri. Bahkan orang tuamu tak menyukaiku. Aku gak mau mas menikah tanpa restu orang tua.""Sayang, ini hanya soal waktu saja. Aku yakin kamu bisa membuat mama jatuh cinta sama kamu seperti aku yang jatuh cinta sama kamu."Sarah tertunduk, harapan Heru terlalu besar. Ia ingat betul ketik