"Mas ...."
"Sarah ...."
Sekalinya bicara malah barengan dan membuat mereka semakin tersipu malu. Mendadak Sarah mengingat masa lalunya saat pertama kali bertemu dengan Heru beberapa tahun yang lalu.
Bayangan Sarah melayang di masa itu, di mana dia mengenal sosok Heru yang sangat baik. Sungguh masa yang tak pernah bisa ia lupakan, disaat dirinya sendiri tanpa orang tua lengkap, Tuhan seakan mengirimkan Heru untuk menemani hidupnya.
"Mau kah kamu menikah denganku?" tanya Heru kala itu.
"Mas, apakah kamu yakin?" tanya Sarah.
"Tentu saja, aku yakin untuk menikahimu."
"Tapi mas, aku ini yatim piatu tinggal sendiri. Bahkan orang tuamu tak menyukaiku. Aku gak mau mas menikah tanpa restu orang tua."
"Sayang, ini hanya soal waktu saja. Aku yakin kamu bisa membuat mama jatuh cinta sama kamu seperti aku yang jatuh cinta sama kamu."
Sarah tertunduk, harapan Heru terlalu besar. Ia ingat betul ketik
"Sarah, masih kah kamu mencintaiku?" tanya Heru.Bibir Sarah seakan mendadak kelu, ia tak sanggup bicara apapun. Hatinya bergejolak, tapi takut. Sarah meraba hatinya, getaran itu masih sama tapi apa mungkin akan merubah semuanya? Sarah menimbang rasa agar semua bisa diputuskan dengan baik. Heru menunggu jawaban Sarah dengan gusar."Kenapa mas bertanya hal itu?" tanya Sarah menatap kedua netra Heru.Heru menghela napas, pandangannya ia tundukan karena hatinya masih bergetar ketika melihat kedua netra Sarah. Ia terlalu ceroboh ketika serta merta menjatuhkan talak pada Sarah hanya karena merasa ingin menguasai Nirmala lagi.Pikirannya jauh mengingat betapa pengorbanan Sarah padanya sungguh tak bisa dihitung dan artinya tak perlu seharusnya Heru bertanya hal itu karena semua yang dilakukan Sarah itu semata-mata karena cinta.Sarah mau diajak menikah siri, menjadi istri simpanannya, dihina dan direndahkan oleh mamanya bahka
"Saya dengar kemarin Heru datang ke rumah kamu untuk mengajak rujuk setelah talak yang diucapkannya, tapi kamu menolaknya. Apa alasan kamu melakukan itu?"Sarah yang sejak tadi menunduk mendadak mengangkat kepalanya dan mengarahkan pandangan ke arah Mama Ratih yang sedang menatapnya hingga tatapan mereka pun bertemu. Bibir Sarah seakan mendadak kelu, tak bisa berucap apapun. Jadi ini soal ajakan rujuk Heru."Apa karena saya kamu menolaknya?" tanya Mama Ratih."Apa yang mendasari mama menjadi baik pada saya dan kecewa dengan penolakan rujuk dari saya?" tanya Sarah bergetar.Mama Ratih terdiam, tentu ia menyadari sikapnya yang berubah pada Sarah saat ini, ia tahu apa yang sudah sering ia lakukan adalah memojokannya, menghina dan merendahkannya. Kesalahan yang sudah Mama Ratih buat bahkan hingga menyuruh orang membakar rumah Sarah tentu sebuah hal yang tak bisa membuat Sarah percaya begitu saja.Mama Ratih menarik napas panjang
Adakalanya memang dalam hidup rasa sabar itu perlu ditimbun hingga tak terhingga, karena kehidupan ini tak pernah terlepas dari setiap ujian dan tantangan maka menghadapinya perlu rasa sabar yang luas.Tak ada kehidupan yang terlepas dari ujian, karena hal inilah yang akan mengangkat derajat manusia di mata Tuhannya, sejauh mana ia bisa menghadapi setiap ujian dalam hidupnya.Nirmala menikah dengan Heru, semula tampak biasa saja hingga akhirnya Nirmala menemukan hal yang sangat membuat hidupnya hancur. Bagaimana tidak, ia sama sekali tak pernah membayangkan lelaki yang menikahinya berkhianat sejauh itu dengan perempuan yang ternyata mantan istrinya.Hancur tak berbentuk kondisi hati Nirmala, meski kekuatan mertua alias orang tua Nirmala yang merasa memiliki hutang budu pada Nirmala berada dalam genggamannya, tapi hati Heru tetap saja sudah berpaling dan menduakan hati yang Nirmala berikan utuh untuknya.Nirmala mencoba bertahan tapi tida
Meninggalkan sejenak kebingungan yang dihadapi Sarah akan ajakan rujuk Heru yang mendadak hanya beberapa hari setelah talak diucapkan dan kata maaf yang mengalir dari mulut Mama Ratih.Ada kisah lain yang membuat Nirmala kembali mengingat akan peristiwa yang lalu, di mana sang kakak Nilam membantu menjauhkan Heru dan Sarah ketika Sarah membutuhkan banyak darah dan Kak Nilam mendonorkan darahnya."Kakak hanya berusaha untuk membantu kamu mempertahankan rumah tanggamu," ucap kak Nilam.Nirmala menghela napas, ia seakan ragu saat itu dengan usaha sang kakak. Entahlah, hatinya sungguh sudah tak bisa berpikir soal perasaan Heru. Melihat Heru mati-matian menyelematkan Sarah maka Nirmala tahu cintanya sangat brsar untuk Sarah."Kakak gak tahu jika ternyata semua itu pada akhirnya tetap membuat Heru masih menyimpan nama Sarah," lanjut Kak Nilam."Aku tahu kakak sangat peduli padaku, tapi aku mohon jangan libatkan diri kakak dalam ma
"Hah ... Apa ...?"Terdengar bunyi terkejut dari dalam diri Mas Ikhsan, Nilam menutup ponselnya seketika. Ia tak peduli bagaimana reaksi Mas Ikhsan setelah ini."Kenapa mas, kok kaget gitu?" tanya Nilam."Ya tentu saja kaget, kamu gak bilang-bilang mau datang. Mas keburu pergi nih, tapi kalau kamu mau nunggu tunggu saja di ruangan Mas ya.""Masih lama?""Nggak tahu, ini masih meeting sih.""Ya sudah, aku pulang saja. Makanannya aku simpan di meja kamu ya mas.""Oke, maaf ya sayang."Nilam tak membalasnya hanya menganggukan kepala yang tak terlihat oleh Ikhsan, akhirnya Nilam pun pergi, tapi instingnya masih dipengaruhi pikiran negatif. Ia segera membuka aplikasi pelacak dan melihat keberadaan suaminya yang ternyata ada di sebuah restoran, bergegas ia menuju tempat itu.Menyusuri area parkir tak ada mobil Ikhsan di sana, Nilam ragu untuk masuk mungkin pelacaknya sudah salah, dia kembali
"Jangan menyangkal dan pura-pura mas, aku tahu semuanya. Semuanya."Nilam menegaskan kalimat akhir dengan penuh penekanan seolah ingin memberitahu pada Ikhsan kalau dirinya benar-benar lelah dengan semua keadaan ini. Ikhsan sudah melukai hatinya, menghancurkan kepercayaannya hingga nyaris takbada lagi rada itu untuknya."Jangan ngawur. Apa yang kamu pikirkan selama ini," ucapnya.Nilam menatap wajah suaminya yang memang terlihat heran dan tak mengerti dengan maksud ucapan Nilam."Siapa perempuan itu?" tanya Nilam.Bukan menjawab, Ikhsan malah tertawa terbahak hingga membuat Nilam aneh dan semakin tak mengerti dengan sikap suaminya itu."Dia, cuma teman lama. Aku bertemu dia saat selesai meeting, lalu kami ngobrol ya hingga larut dalam kisah lama yang sudah pernah terjalin tapi kandas, semua tak seperti yang kamu kira sayang," ucapnya.Nilam menatap dalam kedua bola mata suaminya itu, ia memastikan tak ada
Perlahan Sarah melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, dari luar sudah terdengar riuh orang ngobrol tapi tak terdengar suara Heru, Sarah semakin penasaran, ia kembali ke halaman rumah lalu mengamati setiap kendaraan benar saja dari tiga mobil dan dua motor yang terparkir bukan milik Heru.Dia segera lewat pintu belakang, Sarah berpikir itu donatur yang sengaja datang menemui panti untuk memberikan langsung dananya atau untuk melihat langsung panti ini. Ya, memang suka ada donatur yang sengaja berkunjung secara langsung untuk memberikan bantuan pada panti itu."Siapa bu?" tanya Sarah begitu sampai di dalam."Biasa, dari perusahan Jaya Corp. Mereka lagi mau bikin event di panti ini, acaranya minggu depan. Itu pemimpin perusahaan sama event organizernya, coba kamu temui mereka. Ada Lina juga di sana sudah gabung, soalnya dari tadi ibu nunggu kamu.""Oh, baiklah bu."Tanpa banyak berkomentar, Sarah segera menemui mereka. Kehadiran Sarah cukup men
"Tak lama kamu pindah ayahku meninggal karena serangan jantung, aku dan ibu bertahan di kampung itu hingga kami sudah tak punya apapun. Seluruh peninggalan ayah sudah habis terjual, lalu ibu membawaku ke kota ini, dia menitipkanku ke tetangga dan ibu bekerja. Aku gak tahu kerja ibu apa, yang jelas aku lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dan si rumah tetanggaku karena ibu selalu pulang lama pergi pagi. Lalu ...."Sarah menjeda kalimatnya, dadanya seakan terasa sangat sesak bila mengingat semua perjalanan hidupnya yang tak pernah menemukan kebahagian, hanya sekejap ketika bertemu dengan Heru tapi itu pun tak lama.Jaka mencoba menenangkan Sarah dengan mendekatinya dan mengusap punggung Sarah, tapi Sarah menjauh dan menolak. Jaka terkejut, tapi ia pun kemudian maklum kini mereka sudah bukan anak kecil lagi, bahkan dari pakaiannya Sarah pasti sangat menjaga diri dari lelaki yang bukan mahramnya."Ibu pun meninggal sesaat setelah aku menikah, berun