Selin kedinginan gara-gara Sadena, bibirnya gemetaran sampai sekarang. Selin bersumpah, ini rekor pertamanya mandi pukul setengah enam pagi. Satu jam lebih cepat dari biasanya. Kalaupun terpaksa, Selin pasti meminta air hangat dulu pada Raya.
"Brrr shttt. Di-dingin bangett," cicit Selin terbata-bata. Khas orang kedinginan. Ia menunjuk wajah Sadena. "A-was yah. De-na. Shtt. Gu-e ba-les entar."
Meskipun telah memakai tiga lapis baju, mulai dari tanktop, seragam olahraga yang berbahan tebal, hingga lapisan yang paling luar, sweaternya. Selin masih merasa kedinginan.
Sadena mendengus geli. "Seger kali. Gue ngelakuin ini juga demi kebaikan lo. Supaya lo terbiasa mandi pagi. Dan asal lo tau, mandi waktu pagi itu bagus untuk kesehatan," jawab Sadena. "Makanya mulai dari sekarang lo harus nerapin itu."
"Yang ada gue malah beku tauuu," gerutu Selin sambil memeluk lengannya. Ia duduk menekuk lutut sama seperti S
Perasaan itu harus disadari lebih cepat sebelum semuanya terlambat.🌺🌺🌺 Suara peluit terdengar sebanyak tiga kali. Itu artinya semua murid diminta berkumpul. Selin baru saja beringsut turun dari gazebo namun, Marsha menghampiri dan langsung menahan lengannya. Selin menoleh dan menatap cewek itu. "Kenapa, Sha?" "Lo udah ngelakuin apa yang gue minta?" tanya Marsha. Sebenarnya ragu. Takut Selin merasa terkekang karenanya. Tetapi, cewek itu justru tersenyum tipis dan mengangguk. "Udah, dan jawaban Dena tetap sama. Dia nggak mau ngasih tau gue alasannya." Marsha menghela napas. Sekali lagi ia merasa gagal. Menyadari raut Marsha berubah kecewa, Selin menyentuh pundak cewek itu. "Lo tenang aja. Gue bakal berusaha membujuk Dena. Nggak usah khawatir, oke?" Marsha mengangguki. Ia meras
Setiap manusia memiliki hak untuk dicintai dan mencintai. Jadi, jangan paksa aku untuk mengakhiri perasaan ini. 🌺🌺🌺  "Ankaa!" panggil Selin pada seorang cowok yang berjalan melewati tendanya. Ankaa menoleh. Dia menghampiri Selin. "Kenapa, Sel?" Selin berdiri. Ia menelisik penampilan Ankaa dari atas ke bawah. "Habis sholat ya?" tanyanya. Dilihat dari Ankaa yang saat ini mengenakan peci. Cowok itu mengangguk. "Emang kenapa?" Selin menggeleng samar. Kemudian matanya menyisir sekitar. "Dena mana?" "Belum selesai sholatnya. Dena mah kalo sholat bacaannya beuhh. Panjanggg," jawab Ankaa. Selin terkikik kecil. Namun dalam hati sangat bersyukur, ternyata selain pintar, Sadena juga tipe cowok yang taat beragama
Selin menangis sesegukan di dalam tenda. Air matanya mengucur deras membasahi pipinya. Cewek itu tidak membiarkan siapa pun untuk masuk dan melihat keadaannya. Tak terkecuali Vega dan Marsha yang sedari tadi meminta Selin membuka kuncian resleting tenda agar mereka berdua bisa masuk. "Enggak! Biarin gue sendiri! Tinggalin gue sekarang!" perintah Selin pada Vega dan Marsha. Air kembali menggenang di pelupuk matanya. Terdengar derap langkah kaki yang menjauh. Selin menyimpulkan jika kedua temannya menyerah dan memilih pergi. Selin pun mengusap air mata lalu duduk menekuk lututnya. Ia melipat tangan di atas lututnya tersebut kemudian menenggelamkan wajahnya di sana. Seharusnya lo sadar diri, lo bukan tipe gue. Semua perhatian yang gue berikan ke elo nggak lain karena gue manusia. Gue punya simpati. Salah gue ngasih itu ke elo? Salah gue bersikap seperti manusia biasa? Dan lo nggak usah kecakepan deh. Muka dibawah rata-
Malam tiba. "Laperr..." gumam Selin sambil mengelus perutnya. Dia letih dan akhirnya berhenti menangis. Dia tidak tahu sedang berada di pelosok mana. Semuanya terlihat sama. Cuma pepohonan saja yang memenuhi pemandangannya.  "Mama... Selin takut. Di sini gelap. Badan Selin juga pegel-pegel," ucapnya. Kini cewek itu bersandar di salah satu pohon. Ia benar-benar lelah. Haus, lapar, dan ketakutan. Wajahnya memucat. "Apa mungkin ini akhir dari kehidupan gue ya? Kira-kira mereka nyari gue nggak sih? Ya Allah. Tolongin Selin. Selin nggak mau mati di sini." Selin mengusap air matanya yang kembali turun. "Ankaa pasti nyariin gue. Kalo Dena? Ck, dia pasti seneng liat gue begi
"Azeekk, canon merk terbaru!!" seru Ankaa sambil meninju udara. Usai Selin memberitahu bahwa ia dan Sadena resmi berpacaran. "PJ-nya jangan lupa ya, Na." Kehebohan Ankaa itu sukses memancing puluhan pasang mata yang berada di bis ini berbisik-bisik dengan tampang kecewa. Sedangkan Selin tersipu malu karenanya. "Berisik monyet!" imbuh Sadena yang membawa tas jinjing milik Selin. Ya, hari ini camping mereka selesai dan diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing. Ankaa menepuk pundak sahabatnya itu. "Yaelah, santai bro kayak di pantai. Hahaha. Akhirnya, doa gue terkabul Ya Allah. Selin sama Sadena jadian! Alhamdulillah." "Apa? Jadian?! Siapa yang jadian?!" pekik Sadava yang baru saja menaiki bis ini bersama Marsha. Kedua manusia itu kebingungan dan berjalan mendekati Ankaa. "Dena, Dav. Jadian sama Selin," jawab Ankaa dengan semangat 45 membuat Sadena yang baru saja dud
Selin kekenyangan habis makan dua porsi martabak. Hasilnya, perut cewek itu terasa kembung dan Selin pun bersendawa berulang kali. "Aduh, jadi pengen boker," lirih cewek itu sambil menghentikan langkah. Membuat Sadena menengok ketika mendapati Selin tidak berada di sampingnya. Rupanya tertinggal jauh di belakang. Sadena pun menghampiri. "Kenapa?" Selin menatap wajah Sadena sebentar, dia nyengir lucu. "Kekenyangan." "Terus?" "Jadi pengen boker," jawab Selin tanpa malu. Detik selanjutnya Sadena memutar bola mata jengah. "Kirain kenapa lo. Yaudah, mau gue temenin?" tawar cowok itu. Selin membulatkan mata. Dia jadi malu. Masa pacar sendiri diminta nemenin boker sih. "Hah?! Nggak usah deh. Kan udah bel." "Jadi lo tahan? Entar ke boker di celana. Bikin malu," sanggah Sadena. Selin menggeleng cepat. Ia menggaruk
"Denaaa." Teriakan itu terdengar ketika Sadena baru saja menapakan kakinya di area parkiran. Dengan jarak sekitar 6 langkah, Sadena mengulum senyum melihat Selin berlari kecil dan mendekatinya. "Kok lama?" Selin mendongak dan menatap wajah Sadena. Bibirnya manyun. Ia sebal karena nyaris sepuluh menit menunggu. Sadena mencubit gemas sebelah pipi cewek berjaket pink itu. "Sorry. Gue harus ke ruang eskul voli dulu buat mendata pendaftaran," jawab Sadena. "Lo ikut voli juga, kan?" Selin mengangguk cepat. "Kenapa kamu yang mendata?" "Karena gue ketuanya.""Jadi situ ketua voli?" ulang Selin kurang yakin."Nggak jelas uc
"Semua manusia di dunia ini pendosa, Bun. Nggak ada yang suci. Termasuk aku."--Sadava.  🌺🌺🌺 "Ayo ambil," ucap Sadena. Mengulurkan sebuah balon berwarna pink pada Selin. Tadi cowok itu izin sebentar dan ternyata hanya membeli benda ini?  "Buat aku?" "Iyalah. Masa gue kasih ke cewek sono. Ikhlas lo?" Yang dimaksud Sadena adalah cewek bertubuh gempal yang berusaha menyebrang jalan. Selin menggeleng pelan dan terkikik ke