Share

29. Terjebak Pilihan

Penulis: DSL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-21 09:02:33

Dikara menoleh ke arah Janeetha, menyematkan senyum tipis yang tak sepenuhnya tulus.

"Apa penting bagaimana cara aku tahu?" Pria itu tampak tenang, meskipun jelas ada sesuatu yang ia sembunyikan.

Janeetha menatapnya, mencoba mencari sesatu di balik tatapan tajam suaminya, tetapi seperti biasa, pikirannya sulit terbaca.

"Yang terpenting, aku di sini sekarang, menemanimu," lanjut Dikara. Ia terdengar lebih lembut dari biasanya.

Jika situasi mereka berbeda, Janeetha mungkin akan merasa terhibur. Namun, bayangan masa lalu mereka yang kelam selalu menghantuinya, membuatnya waspada terhadap setiap perubahan sikap Dikara. Ia tak ingin lagi terjebak dalam perangkap manipulasi suaminya.

Janeetha menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang mulai dipenuhi kecurigaan. Dikara berdiri di sampingnya, seolah-olah ia adalah suami yang paling peduli karena mereka sedang berada di luar.

Hal ini membuat Janeetha berpikir seberapa banyak topeng ya

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   30. Jejak yang Terpantau

    Janeetha terdiam, pikirannya langsung terpecah. Ia melirik ke arah pintu kamar tempat ayahnya terbaring. “Sekarang?”Seketika dirinya menjadi bimbang. Antara kewajibannya sebagai anak dan rencana kebebasannya.“Ya, sekarang. Ia hanya punya waktu hari ini. Aku takut dia akan kembali menghilang dan tak dapat dihubungi.”Mendapati Janeetha tak langsung memberi keputusan, di seberang sana Fabian menghela napas membuat Janeetha merasa situasi ini semakin berat.“Jani, kalau kau nggak temui dia sekarang, kesempatan ini bisa hilang. Kamu tahu ini penting. Aku tahu situasimu saat ini sulit, tapi kamu harus pilih. Orang ini tidak dapat menunggu lama.”Perasaan Janeetha semakin kalut dan ia hanya bisa terpaku di tempat duduknya. Ia takut jika berkata terlalu banyak, Fabian akan semakin khawatir dan ingin berada di sini bersamanya. Dan Janeetha tahu, semakin lama ia menunda, situasinya semakin rumit.“Jani? Kenapa? Apa Dikara membuat masalah lagi denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   31. Pertemuan yang Tak Sesuai Harapan

    Janeetha melangkah dengan hati-hati, memasuki sebuah bangunan tua yang tampak tak terawat.Fabian mengatakan ini adalah tempat yang aman, tempat Janeetha bisa bertemu dengan seseorang yang akan membantunya melarikan diri. Namun, semakin dekat ia menuju pintu masuk, rasa ragu menyelinap di hatinya.Kafe kecil yang Janeetha masuki tampak sepi, hanya ada beberapa orang yang duduk dengan gelas kopi mereka.Di sudut ruangan, seorang pria berusia paruh baya duduk sendirian, ekspresinya keras dan tidak bersahabat.Janeetha menarik napas dalam-dalam dan memberanikan diri menghampirinya. Sepertinya pria itu cocok dengan ciri-ciri yang Fabian kirimkan padanya."Apakah Anda orang yang direkomendasikan Fabian?" tanya Janeetha nyaris lirih. Ia menggenggam erat jemarinya sendiri.Pria itu mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan dingin. "Siapa namamu?" tanyanya singkat tanpa basa-basi.“Janeetha."Masih dengan tatapan dingin, pria itu memberi isyarat Janeetha duduk dengan dagunya yang langsung dip

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   32. Pulang. Sekarang.

    Setelah membayar taksi, Janeetha berlari secepat yang ia mampu menuju tempat ayahnya berada.Napasnya tersengal, detak jantungnya yang seakan ingin meledak. Ia berharap dirinya tidak lebih terlambat dari Dikara hingga membuat pria itu murka.Saat Janeetha telah melihat pintu ruang ICU, ia memperlambat langkahnya sembari mengatur napas. Kecemasan begitu mencengkeram kuat dirinya saat ia mendorong pintu ruang tunggu tersebut.Dan Janeetha semakin menegang karena yang ia lihat hanyalah Dikara yang sedang duduk di kursi penunggu. Sementara Rusli berdiri tak jauh darinya.Rusli menjadi orang pertama yang mengetahui kedatangan Janeetha. Tatapannya singkat tetapi penuh makna, meskipun pria itu tidak berkata apa-apa. Ada sesuatu dari cara pria itu memandangnya, tetapi ia terlalu tegang untuk memikirkan hal itu lebih lanjut.Fokusnya langsung tertuju pada Dikara. Pria itu masih tampak tenang, dengan tablet di tangannya. Wajahnya tidak menunjukkan emosi apapun dan itu hanya membuat Janeetha sem

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   33. Keadaan Mencekam

    Ketika mobil melaju meninggalkan rumah sakit, Janeetha duduk di kursi penumpang, matanya menatap kosong ke luar jendela.Bayangan wajah ayahnya yang terbaring lemah di ICU masih terpatri kuat dalam ingatannya.Namun, bukan hanya itu yang menghantui pikirannya—tapi juga apa yang akan menantinya di rumah.Dikara duduk di sampingnya, mengemudi dengan tenang. Keheningan di antara mereka begitu tegang, seolah-olah setiap tarikan napas mereka dapat memicu ledakan baru.Janeetha dapat merasakan aura mengancam yang terpancar dari suaminya, meski pria itu tidak berkata sepatah kata pun sejak meninggalkan rumah sakit.Seluruh tubuh Janeetha mulai gemetar, tetapi ia berusaha keras menahan. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan suaminya—tidak lagi.Bagaimanapun, di balik ketakutannya, ada dorongan kuat untuk bertahan, untuk mencari celah yang bisa ia gunakan melarikan diri dari pria yang mengendalikan hidupnya.Tiba-tiba, Dikara berbicar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   34.

    Janeetha menelan ludah, tubuhnya kaku di bawah sentuhan Dikara yang dingin tetapi penuh kendali. Napasnya terasa berat. Ia tahu pertanyaan suaminya bukan sekadar pertanyaan biasa, melainkan sebuah peringatan.“S-siap untuk apa?” suara Janeetha terdengar bergetar, meski ia berusaha keras untuk tetap tenang.Dikara kembali tersenyum tipis, tatapannya menyelidik melalui pantulan di cermin. Kedua tangan yang menggenggam bahu Janeetha mulai bergerak pelan, turun ke lengannya, memaksa tubuhnya untuk bereaksi dengan ketegangan yang semakin memuncak."Kau tahu apa yang kumaksud, Janeetha," Dikara berbisik lagi, membuat Janeetha semakin terjepit di antara rasa takut dan kepasrahan.Janeetha tidak menjawab. Ia hanya menatap lurus ke depan, menatap pantulan dirinya yang tampak semakin kecil dan tak berdaya. Seolah dirinya yang di dalam cermin itu bukanlah dirinya yang sebenarnya—melainkan bayangan dari seorang wanita yang hilang kendali.Dikara tertawa kecil, tawa yang terasa seolah mencemooh ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   35. Kepuasan

    "Kau tahu apa yang akan terjadi jika kau melawan lagi, bukan?" Ia melontarkan pertanyaan yang tak memerlukan jawaban.Janeetha tahu, Dikara selalu punya cara untuk memastikan ia tak bisa lari. Tak ada yang luput dari kendali pria itu—baik tubuh maupun pikirannya sudah lama menjadi milik Dikara.Sayangnya, kali ini Janeetha menolak menyerah sepenuhnya.“Aku tahu,” jawab Janeetha pelan, suaranya nyaris tak terdengar, tapi cukup untuk membuat Dikara merasa puas.Dikara tersenyum kecil, kemenangan terpancar di wajahnya. "Bagus."Sebelum pria itu bangkit dari tempat tidur, ia sempat mencium bibir Janeetha sekali lagi, lalu berjalan menuju jendela kamar.Janeetha yang masih berusaha menguasai dirinya, mengamati punggung suaminya yang terlihat seperti monster dalam bayangan malam.Dengan gerakan perlahan Dikara membuka tirai, seolah memperlihatkan bahwa dunia di luar itu miliknya—dan Janeetha, hanyalah boneka yang tak punya tempat selain di sampingnya.“Kau boleh istirahat malam ini,” lanjut

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   36.

    Pagi itu, Janeetha terbangun dengan tubuh yang masih terasa lelah, seolah-olah jejak malam sebelumnya belum sepenuhnya menghilang dari dirinya. Ia duduk sejenak di tepi ranjang, menghela napas sebelum memaksakan diri untuk bangkit dan membersihkan diri.Setelah mencuci muka, Janeetha melangkah keluar kamar, disambut oleh aroma makanan yang menggelitik indera penciumannya dengan cara yang hampir mengganggu.Menelusuri sumber aroma itu, Janeetha melangkah pelan menuju dapur. Di sana, ia mendapati Dikara, berdiri di depan kompor dengan ekspresi serius yang tak biasa. Tangannya cekatan, seolah ia sudah terbiasa memasak.Pemandangan ini membuat Janeetha tertegun; lelaki ini jarang sekali berada di dapur, apalagi dengan begitu tenang dan fokus.Tanpa menoleh, Dikara menyadari kehadirannya. Ia perlahan menatap Janeetha, matanya tajam tetapi ada sekilas kehangatan yang terasa ambigu.“Selamat pagi,” sapanya singkat. Tanpa basa-basi, ia meletakkan piring penuh makanan di meja makan. “Dudukla

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   37.

    Janeetha menatapnya, kali ini dengan keberanian yang mulai tumbuh. “Ini bukan tentang itu, Mas. Ini tentang hakku untuk hidup tanpa ketakutan, tanpa tekanan yang tak pernah aku pilih!”Wajah Dikara mengeras, tetapi Janeetha bisa melihat sesuatu yang lain di matanya, semacam kerentanan yang begitu langka ia temui dari pria ini.Namun, Janeetha tahu dirinya tidak boleh terbuai. Segalanya bisa berubah dalam sekejap dengan Dikara atau mungkin saja itu semua ada kedok yang sengaja pria itu pakai. Setiap detik yang mereka lalui bersama selalu mengandung kemungkinan konflik yang lebih besar. Dikara menghela napas panjang, kemudian berbalik, meninggalkan Janeetha sendirian di ruang makan. Janeetha kembali bertanya-tanya atas sikap Dikara yang mulai mengurangi kekerasan fisik padanya.Sebelum Dikara benar-benar keluar dari ruangan, ia berkata tanpa menoleh, “Jangan berpikir ini sudah selesai, Janeetha. Kau bisa berkata apa saja dan berbuat apa saja, tapi pada akhirnya, kau akan tetap di sini.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27

Bab terbaru

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   135. Memancing Dikara

    Fabian berlari semakin cepat, napasnya memburu, dan tubuhnya mulai terasa berat oleh hujan yang membasahi pakaiannya. Hutan di sekelilingnya terasa gelap dan suram, seolah-olah bersekongkol untuk menyulitkan pelariannya. Namun, ia tidak peduli.Langkah-langkahnya sengaja dibuat mencolok. Kakinya menjejak tanah berlumpur dengan keras, meninggalkan jejak yang jelas di belakangnya. Sesekali, ia meraih cabang pohon dan mematahkannya dengan sengaja, menciptakan tanda-tanda yang tak mungkin terlewatkan oleh pengejarnya.Dalam pikirannya, rencana ini sederhana.Dikara pasti akan memilih mengejarnya daripada Arman. Fabian tahu betul bagaimana peringai pria itu. Dikara bukan hanya sosok yang obsesif, tapi juga penuh harga diri.Bagi Dikara, Fabian adalah ancaman langsung. Bukan sekadar seseorang yang membantu pelarian Janeetha, tetapi juga orang yang dianggap mencuri sesuatu yang menurutnya adalah miliknya.Fabian kembali melihat sekilas ke belakang, memast

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   134. Mencoba Mengalihkan

    Fabian memandang jalur setapak yang mereka tinggalkan dengan hati-hati. Daun-daun basah yang berserakan di tanah kini menunjukkan jejak kaki yang sengaja mereka ciptakan. Ia melirik Arman yang sedang membenahi tali ranselnya, tampak serius sekaligus gugup.“Sudah cukup?” tanya Fabian pelan, suaranya nyaris tertelan oleh gemerisik angin di antara pepohonan.Arman mengangguk cepat. “Jejaknya terlihat jelas. Kalau mereka mengikuti ini, mereka akan menuju arah yang salah.”Fabian menghela napas, matanya kembali menyisir area di sekitar mereka. Hutan itu terasa mencekam, bukan hanya karena ketenangannya tetapi juga ancaman yang mengejar di belakang mereka.“Janeetha dan Maria harus punya waktu untuk mencapai desa,” gumam Fabian, seperti hendak meyakinkan dirinya sendiri. “Semoga trik ini berhasil.”Arman menepuk bahu Fabian. “Kita hanya perlu menarik perhatian mereka cukup lama. Kalau kita tetap di jalur ini, mereka pasti akan mengira kita bersama Janeetha.”Fabian mengangguk, meskipun ras

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   133. Nyaris

    Suara deru mesin mendekat dengan cepat, membuat jantung Janeetha berdegup semakin kencang. Di sudut gudang yang gelap, ia memeluk lututnya erat-erat, berusaha mengendalikan napas agar tidak terlalu keras terdengar. Maria, di sisi lain, berdiri diam seperti patung di dekat jendela kecil, mengintip ke luar.“Mereka berhenti,” bisik Maria dengan nada tegang, nyaris tidak terdengar.Janeetha mendongak. “Berhenti di mana?”Maria tidak menjawab, hanya memberi isyarat agar Janeetha tetap diam.Di luar, suara langkah kaki bergema di antara pepohonan. Beberapa suara samar terdengar, percakapan cepat yang sulit dipahami.“Periksa sekitar sini,” suara seorang pria terdengar lebih jelas, keras dan tegas.Janeetha menahan napas. Ia tahu suara itu. Salah satu anak buah Dikara yang sering datang ke rumah mereka dulu.“Maria…” bisik Janeetha, hampir tidak mampu mengucapkannya.Maria menoleh cepat, menaruh jari telunjuk di bibirnya sebagai isyarat untuk tetap diam. Namun, tatapan tegas itu juga tidak

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   132. Pelarian Tak Berujung

    Mobil yang dikendarai Maria melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan sempit yang semakin dipenuhi pepohonan rindang. Janeetha mencengkeram kursi dengan erat, jantungnya berpacu seirama dengan ketakutan yang menghantuinya.Dari kaca spion, SUV hitam itu tampak semakin mendekat. Mereka tidak main-main.“Maria, mereka hampir mengejar kita!” suara Janeetha bergetar, memecah keheningan mencekam di dalam mobil.“Diam dan pegang erat!” Maria memutar setir dengan keras, memasuki jalanan berbatu yang lebih terpencil. Getaran akibat jalanan yang tidak rata membuat tubuh mereka terguncang.Janeetha memandangi ke belakang lagi. SUV itu tampak melambat sedikit, tetapi masih berada di jalur yang sama.“Berapa jauh lagi kita harus pergi?” tanya Janeetha, panik.Maria tidak menjawab, hanya fokus pada jalanan di depannya.Namun, suara dering ponsel Maria tiba-tiba memecah ketegangan. Janeetha memandang sekilas ke arah layar yang menyala di dashboard.Arman.Maria langsung mengangkat panggilan itu tan

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   131. Mereka Datang

    Mobil yang dikendarai Maria melaju tanpa henti selama berjam-jam, melintasi jalanan sepi dan desa-desa kecil yang nyaris kosong. Janeetha memandangi jendela dengan tatapan kosong. Langit mulai terang, tetapi hawa dingin masih terasa menusuk hingga ke tulang.Maria menurunkan kaca jendela sedikit, membiarkan udara pagi masuk ke dalam mobil. “Kita hampir sampai di perbatasan kota kecil. Mungkin kita bisa berhenti sebentar,” ucapnya, memecah keheningan.Janeetha hanya mengangguk pelan. Ia menyandarkan kepalanya ke kursi, mencoba meredakan rasa gelisah yang menghantui sejak tadi malam. Fabian dan Arman masih belum bisa dihubungi, dan itu semakin membuatnya khawatir.Beberapa menit kemudian, mobil memasuki area pom bensin kecil di pinggir kota. Tempat itu terlihat sepi, hanya ada satu kendaraan lain yang sedang mengisi bahan bakar.“Kita berhenti di sini,” ujar Maria sambil memarkirkan mobil di dekat mesin pengisian. “Aku akan mengisi bensin. Kau mau sesuatu?”Janeetha menggeleng. “Aku han

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   130. Mengejar Janeetha (2)

    Pagi itu, sinar matahari samar-samar menyelinap di balik jendela besar kamar Dikara. Langit masih kelabu, seolah mencerminkan amarah yang membara di dalam dirinya.Setelah selesai menghabiskan sarapan, Dikara menyeka bibirnya dengan lap sebentar sebelum akhirnya pria itu bersiap untuk melakukan pencarian. Rayhan berdiri tegak di sudut ruangan, menanti instruksi berikutnya dengan sedikit cemas. Ia bisa merasakan ketegangan yang menggantung di udara sejak Dikara menerima laporan terakhir tentang keberadaan Janeetha."Apa rencanamu?" tanya Dikara setelah berdiri di dekat Rayhan.Anak buahnya itu berjalan menuju ruang tamu. Di sana, atas meja sudah terbentang sebuah peta.Saat Dikara mendekat, ia dapat melihat banyak titik meras pasa lembaran tersebut. "Jelaskan padaku," ucap Dikara sambil duduk di sofa. "Titik merah otu adalah lokasi yang sudah diperiksa oleh tim kami, Tuan." Rayhan sedikit membungkuk saat menjelaskan.Dikara seketika melihat ke arah Rayhan dengan tatapan merendahka

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   129. Berlari di Kegelapan

    Dini hari itu terasa lebih dingin dari biasanya. Goyangan pelan di bahu semakin lama semakin terasa, membuat Janeetha terjaga dari tidurnya.“Janeetha,” suara Maria berbisik tetapi terdengar mendesak. “Bangun. Kita harus pergi sekarang.”Janeetha mengerjap berusaha menyesuaikan diri dengan gelapnya kamar, sementara Maria membantunya untuk duduk.“Apa? Berangkat?” tanyanya dengan suara serak.Maria mengangguk. Meski kamar itu temaram, tetapi tetapi dapat memperlihatkan ekspresi serius di wajah wanita itu. “Arman baru saja mengabari. Anak buah Dikara semakin banyak di sekitar sini. Mereka bergerak lebih cepat dari yang kita duga.”Sekejap, kantuk Janeetha hilang sepenuhnya. Rasa cemas muncul begitu saja. “Mereka sudah menemukan kita?”“Belum, belum.” Maria menggeleng berusaha menenangkan. “Karena itu kita harus bergerak lebih cepat dari rencana.”“Fabian dan Arman? Bukankah kita akan menunggu mereka untuk berangkat bersama?” Janeetha mengikuti Maria yang sudah berdiri dari tempat tidur

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   128. Mari Dimulai

    "Kau pikir aku peduli dengan perhatian?!” Suara Dikara seketika naik satu oktaf membuat Rayhan semakin menciut. Ekspresi wajahnya semakin dingin dengan seringai samar terlukis di bibirnya. “Jika perlu, hancurkan seluruh Ardenton! Aku tak peduli!"Rayhan langsung mengetikkan pesan di ponselnya. "Saya akan sampaikan sekarang juga, Tuan."Dikara menyandarkan kepalanya, memejamkan mata sejenak. Tapi ketenangan itu hanya bertahan beberapa detik sebelum matanya kembali terbuka, menatap tajam ke arah luar jendela.Janeetha... kau pikir kau bisa lari sejauh ini dariku?Tiba-tiba ponsel Rayhan bergetar. Ia membaca pesan yang masuk dengan cermat sebelum melirik Dikara. "Tuan... mereka melaporkan seseorang yang mencurigakan di penginapan kecil dekat distrik timur. Wanita dengan ciri-ciri yang mirip Nyonya Janeetha."Dikara menoleh, ekspresinya berubah dingin. "Ciri-ciri yang mirip bukan jawaban yang ingin kudengar."Rayhan menelan

  • Saat Istri Cantik Pergi, Tuan Dikara Memohon Kembali!   127. Tentang Arman

    Pesawat pribadi meluncur mulus di atas hamparan awan malam, mengoyak keheningan yang menyelimuti langit.Kabin pesawat begitu sunyi, hanya terdengar suara mesin yang bergetar pelan. Namun, di dalamnya, ketegangan terasa seperti listrik yang menjalar di udara.Dikara duduk di kursi kulit dekat jendela, matanya tajam menatap kelamnya langit luar.Di tangannya, sebuah gelas berisi anggur merah tergenggam, namun tidak sekali pun ia menyesapnya. Jemarinya mengetuk sisi gelas dengan irama lambat, tak teratur—sebuah pertanda jelas bahwa pikirannya tidak berada di tempat ini.Di seberangnya, seorang pria muda duduk dengan punggung tegak, wajahnya kaku dalam ketidaknyamanan. Pria itu baru saja direkrut oleh Dikara—salah satu orang yang disebut "berbakat" oleh Fadil. Namun, malam ini, ia hanya terasa seperti bayangan pucat di hadapan Dikara."Namamu?" Dikara membuka suara, matanya tidak beralih dari jendela.Pria itu tersentak, sebelum bur

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status