"Aku akan selalu ada untukmu Laura, kau adalah sahabatku," kata Mellisa dan langsung memeluk sahabatnya itu."Mel .... berjanjilah padaku kau tak akan menceritakan masalah ini kepada Raphael," kata Laura setelah melepaskan pelukannya."Ya, aku janji," jawab Mellisa lirih.Laura yakin kalau sampe Raphael tahu pasti dia akan memberitahukannya pada Christian dan Laura tidak mau itu terjadi. Laura takut Christian akan kecewa padanya. Memikirkan bahwa kemungkinan Christian akan meninggalkannya, membuatnya sesak. Egois memang, tapi itulah yang saat ini dia inginkan. Dia tidak ingin Christian menjahuinya tapi dia juga tidak bisa menjanjikan cinta untuk laki laki itu.==*==Seminggu telah berlalu, Laura menjalani kehamilannya biasa saja. Dia tidak ingin memikirkan rencana rencana yang akan datang, dia hanya akan menjalani kehidupannya seperti alir mengalir.Laura masih tinggal di apartemen Mellisa, sebenarnya dia berniat menyewa apartemen sendiri tapi Mellisa melarangnya dan bersikeras akan
Terdengar desahan dan erangan di sebuah ruang tamu yang nampak temaram. Dua anak manusia sedang bergerak liar dengan tubuh bermandikan peluh dan saling bertukar kenikmatan."Ahhh... Kau sangat nikmat sayang..." desah si lelaki yang terus memompakan miliknya ke dalam liang kenikmatan kekasihnya."Ohhh... Raph.. Aku sampai!" jerit Mellisa saat mencapai puncak kenikmatannya.Raphael semakin mempercepat dorongannya ke inti Mellisa sampai dia merasakan pusat gairanya semakin membengkak dan menyemprotkan cairannya ke dalam milik Mellisa."Kau luar biasa sayang... Bolehkah aku menginap di sini? Karna aku menginkanmu lagi," kata Raphael dengan senyum jailnya."Kau bercanda? Ada Laura di sini," kata Mellisa sambil memukul lengan Raphael dan segera duduk di sofa sambil merapikan gaun nya yang tadi terkumpul menjadi satu di perutnya.Mellisa membuka ponselnya dan mendapatkan satu pesan dari Laura.From : LauraMaaf Mel, aku pulang bersama Matheo, tadi dia datang ke apartement dan memohon agar ak
"Kau tampak lebih ceria sekarang Laura," kata Mellisa saat mereka makan siang di kantin Rumah sakit."Benarkah? Aku merasa biasa saja," jawab Laura sambil mengangkat bahunya acuh."Apakah kau bahagia sekarang?" tanya Mellisa."Entahlah, sejauh ini Matheo terlihat menjadi lebih baik," jawab Laura sambil mengaduk aduk makanannya.Tiba tiba ponsel Laura berbunyi dan terpampang nama Matheo disana."Hallo" jawab Laura."Apa kau sudah makan sayang?""Ya, ini sedang makan bersama Mellisa.""Oh baiklah, aku hanya tidak ingin kau telat makan, kau kan sedang hamil.""Iya aku mengerti.""Ah, satu lagi, nanti kau tidak usah menunggu ku pulang. Mungkin aku akan pulang larut malam, aku ada acara dengan teman teman ku di sebuah club malam. Aku tidak bisa mengajakmu karena aku takut kau lelah, tapi aku pastikan untuk pulang." "Baiklah, aku mengerti."Setelah itu Laura mematikan teleponnya."Sekarang tampaknya kalian lebih terlihat seperti suami istri," kata Mellisa dan hanya ditanggapi dengan senyum
Laura menatap cendela di samping tempat tidurnya dengan tatapan kosong. Dia bagaikan raga tanpa nyawa.Sudah hampir tiga jam sejak dia terbangun dari pingsannya, dia hanya duduk di ranjang Rumah sakit dan seolah menikmati rintik hujan yang mulai turun.Flashback onLaura mulai membuka mata, dia mengerjapkan beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk matanya. Laura mengernyit merasakan nyeri di kepala dan beberapa bagian tubuhnya."Kau sudah bangun, Sayang," kata Matheo yang menggenggam tangan Laura dan duduk di sebelah ranjang Laura."Pergi kau dari sini, aku tak butuh bajingann sepertimu," kata Laura lirih sambil menarik tangannya."Janin ku," kata Laura lirih lebih pada dirinya sendiri sambil menyentuh perutnya."Dia sudah pergi Sayang, maafkan aku," kata Matheo tertunduk.Tubuh Laura menegang, dia merasakan kesakitan yang tak terlihat, dia merasakan nyawanya bagai ditarik paksa dari tubuhnya."tiiidddaaaakkkkk... Perggiiiiiiii... Aaaaaaaaa....." teriak Laura histeris sepert
Ini adalah hari ke tiga Laura di rawat di rumah sakit. Kondisi badannya sudah membaik, begitupun dengan kondisi psikisnya. Hanya saja dia belum bisa berjalan karena sebelah kakinya terkilir pas kecelakaan itu.Laura sudah mulai bisa diajak berbicara dan kadang juga tersenyum, tapi dia juga masih sering melamun sendiri.Selama tigahari ini tak sekalipun Christian meninggalkannya sendiri, bahkan Christian selalu memesan makanan pada layanan pesan antar hanya karna tidak mau meninggalkan dirinya. Jujur Laura sangat tersentuh dengan perlakuan Christian. Bagaimana dengan Matheo? lelaki itu tidak pernah menemuinya lagi sejak terakhir kali Laura mengusirnya dengan histeris, lagipula siapa juga yang peduli."Apa yang kau butuhkan sekarang Laura?" tanya Mellisa.Hari ini Christian meminta Mellisa untuk menemani Laura karena priaitu ada urusan sebentar."Aku hanya ingin keluar dari sini Mel, kebosanan bisa membunuhku," jawab Laura yang tak melepaskan pandanganya dari cendela."Hari ini kita ak
Laura POVKita berkendara menuju rumah Christian, ternyata rumahnya ada di pinggiran kota dan melewati jalanan dengan pemandangan yang menyejukkan. Aku duduk di belakang dengan Christian di sampingku, aku menyandarkan kepala ku di bahunya entah aku lelah atau memang ingin bermanja dengannya. Aku masih benar benar tidak menyangka kalau dia adalah Alex ku yang dulu, aku tidak bisa menyembunyikan senyumku saat mengingat fakta itu."Apa yang membuatmu tersenyum seperti itu Laura?" tanya Christian yang merangkul pundakku.Aku mendongakkan kepala untuk menatap wajahnya yang juga sedang melihatku."Aku hanya tidak menyangka kalau kau adalah Alex kecilku," kata ku dengan membelai rahangnya."Aku tahu memang aku berubah menjadi sangat tampan dan juga seksi," jawabnya dengan senyum jail.Aku hanya mendecih sebal dengan rasa percaya dirinya yang terlampau tinggi walaupun sebenarnya apa yang dikatakan memang sangat benar. Dia adalah jelmaan dewa yunani yang sangat sempurna. Dia sangat tampan, ka
Laura mengerutkan kening dengan mata masih terpejam saat sinar matahari menerpa wajahnya."Good morning Laura." Terdengar suara Lucy yang membuat Laura membuka mata."Jam berapa sekarang ?" tanya Laura serak khas bangun tidur."Sekarang sudah jam delapan, nyonya," jawab Lucy sambil tersenyum."Ah... Kasur ini benar benar membuatku jadi seorang pemalas," kata Laura sambil duduk dan bersandar di kepala ranjang."Aku telah membawakanmu sarapan," kata Lucy yang meletakkan nampan di pangkuan Laura.Laura mulai meminum jus nya dan menikmati sarapannya."Tuan muda telah berangkat, dia bilang ada jadwal operasi pagi ini, dan dia bilang nanti ada dr. James yang akan memeriksamu," kata Lucy yang hanya di tanggapi dengan anggukan anggukan kecil oleh Laura.Laura telah menyelesaikan sarapan dan juga telah bersiap, sekarang dia menuju lantai bawah dengan Lucy yang mendorong kursi rodanya.Laura merasa dirinya bagai seorang putri kerajaan dengan pelayanan yang sempurna."Di mana George? Eh maksut k
Malam ini Laura meminta Christian untuk menemaninya tidur di kamarnya. Niatnya hanya sekedar tidur kalau kalian ingin tahu.Christian berharap waktu berjalan lambat, dia sangat menikmati sikap manja Laura malam ini karena sangat jarang wanita itu mau menunjukkan sisi manjanya yang seperti ini. Biasanya gengsilah yang mendominasi.Laura merebahkan kepalanya di dada Christian yang telanjang dan memainkan jari nya membentuk pola pola abstrak di sana.Christian hanya bisa menggeram rendah menahan gairahnya yang sudah ingin meledak. Demi Tuhan, bahkan kaki Laura masih belum sembuh total dan dia sudah ingin menerkam wanita itu saat ini juga."Kau kenapa Christ?" tanya Laura saat menyadari tubuh Christian mulai menegang."Hentikan jarimu itu sayang, atau aku akan memakanmu sekarang juga," kata Christian dengan gigi bergemerutuk.Laura hanya terkikik geli saat menyadari Christian sudah terangsanng hanya karna sentuhannya.Laura mulai menghentikan jarinya karna tidak ingin menyiksa lelaki itu.
Malam ini Laura meminta Christian untuk menemaninya tidur di kamarnya. Niatnya hanya sekedar tidur kalau kalian ingin tahu.Christian berharap waktu berjalan lambat, dia sangat menikmati sikap manja Laura malam ini karena sangat jarang wanita itu mau menunjukkan sisi manjanya yang seperti ini. Biasanya gengsilah yang mendominasi.Laura merebahkan kepalanya di dada Christian yang telanjang dan memainkan jari nya membentuk pola pola abstrak di sana.Christian hanya bisa menggeram rendah menahan gairahnya yang sudah ingin meledak. Demi Tuhan, bahkan kaki Laura masih belum sembuh total dan dia sudah ingin menerkam wanita itu saat ini juga."Kau kenapa Christ?" tanya Laura saat menyadari tubuh Christian mulai menegang."Hentikan jarimu itu sayang, atau aku akan memakanmu sekarang juga," kata Christian dengan gigi bergemerutuk.Laura hanya terkikik geli saat menyadari Christian sudah terangsanng hanya karna sentuhannya.Laura mulai menghentikan jarinya karna tidak ingin menyiksa lelaki itu.
Laura mengerutkan kening dengan mata masih terpejam saat sinar matahari menerpa wajahnya."Good morning Laura." Terdengar suara Lucy yang membuat Laura membuka mata."Jam berapa sekarang ?" tanya Laura serak khas bangun tidur."Sekarang sudah jam delapan, nyonya," jawab Lucy sambil tersenyum."Ah... Kasur ini benar benar membuatku jadi seorang pemalas," kata Laura sambil duduk dan bersandar di kepala ranjang."Aku telah membawakanmu sarapan," kata Lucy yang meletakkan nampan di pangkuan Laura.Laura mulai meminum jus nya dan menikmati sarapannya."Tuan muda telah berangkat, dia bilang ada jadwal operasi pagi ini, dan dia bilang nanti ada dr. James yang akan memeriksamu," kata Lucy yang hanya di tanggapi dengan anggukan anggukan kecil oleh Laura.Laura telah menyelesaikan sarapan dan juga telah bersiap, sekarang dia menuju lantai bawah dengan Lucy yang mendorong kursi rodanya.Laura merasa dirinya bagai seorang putri kerajaan dengan pelayanan yang sempurna."Di mana George? Eh maksut k
Laura POVKita berkendara menuju rumah Christian, ternyata rumahnya ada di pinggiran kota dan melewati jalanan dengan pemandangan yang menyejukkan. Aku duduk di belakang dengan Christian di sampingku, aku menyandarkan kepala ku di bahunya entah aku lelah atau memang ingin bermanja dengannya. Aku masih benar benar tidak menyangka kalau dia adalah Alex ku yang dulu, aku tidak bisa menyembunyikan senyumku saat mengingat fakta itu."Apa yang membuatmu tersenyum seperti itu Laura?" tanya Christian yang merangkul pundakku.Aku mendongakkan kepala untuk menatap wajahnya yang juga sedang melihatku."Aku hanya tidak menyangka kalau kau adalah Alex kecilku," kata ku dengan membelai rahangnya."Aku tahu memang aku berubah menjadi sangat tampan dan juga seksi," jawabnya dengan senyum jail.Aku hanya mendecih sebal dengan rasa percaya dirinya yang terlampau tinggi walaupun sebenarnya apa yang dikatakan memang sangat benar. Dia adalah jelmaan dewa yunani yang sangat sempurna. Dia sangat tampan, ka
Ini adalah hari ke tiga Laura di rawat di rumah sakit. Kondisi badannya sudah membaik, begitupun dengan kondisi psikisnya. Hanya saja dia belum bisa berjalan karena sebelah kakinya terkilir pas kecelakaan itu.Laura sudah mulai bisa diajak berbicara dan kadang juga tersenyum, tapi dia juga masih sering melamun sendiri.Selama tigahari ini tak sekalipun Christian meninggalkannya sendiri, bahkan Christian selalu memesan makanan pada layanan pesan antar hanya karna tidak mau meninggalkan dirinya. Jujur Laura sangat tersentuh dengan perlakuan Christian. Bagaimana dengan Matheo? lelaki itu tidak pernah menemuinya lagi sejak terakhir kali Laura mengusirnya dengan histeris, lagipula siapa juga yang peduli."Apa yang kau butuhkan sekarang Laura?" tanya Mellisa.Hari ini Christian meminta Mellisa untuk menemani Laura karena priaitu ada urusan sebentar."Aku hanya ingin keluar dari sini Mel, kebosanan bisa membunuhku," jawab Laura yang tak melepaskan pandanganya dari cendela."Hari ini kita ak
Laura menatap cendela di samping tempat tidurnya dengan tatapan kosong. Dia bagaikan raga tanpa nyawa.Sudah hampir tiga jam sejak dia terbangun dari pingsannya, dia hanya duduk di ranjang Rumah sakit dan seolah menikmati rintik hujan yang mulai turun.Flashback onLaura mulai membuka mata, dia mengerjapkan beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk matanya. Laura mengernyit merasakan nyeri di kepala dan beberapa bagian tubuhnya."Kau sudah bangun, Sayang," kata Matheo yang menggenggam tangan Laura dan duduk di sebelah ranjang Laura."Pergi kau dari sini, aku tak butuh bajingann sepertimu," kata Laura lirih sambil menarik tangannya."Janin ku," kata Laura lirih lebih pada dirinya sendiri sambil menyentuh perutnya."Dia sudah pergi Sayang, maafkan aku," kata Matheo tertunduk.Tubuh Laura menegang, dia merasakan kesakitan yang tak terlihat, dia merasakan nyawanya bagai ditarik paksa dari tubuhnya."tiiidddaaaakkkkk... Perggiiiiiiii... Aaaaaaaaa....." teriak Laura histeris sepert
"Kau tampak lebih ceria sekarang Laura," kata Mellisa saat mereka makan siang di kantin Rumah sakit."Benarkah? Aku merasa biasa saja," jawab Laura sambil mengangkat bahunya acuh."Apakah kau bahagia sekarang?" tanya Mellisa."Entahlah, sejauh ini Matheo terlihat menjadi lebih baik," jawab Laura sambil mengaduk aduk makanannya.Tiba tiba ponsel Laura berbunyi dan terpampang nama Matheo disana."Hallo" jawab Laura."Apa kau sudah makan sayang?""Ya, ini sedang makan bersama Mellisa.""Oh baiklah, aku hanya tidak ingin kau telat makan, kau kan sedang hamil.""Iya aku mengerti.""Ah, satu lagi, nanti kau tidak usah menunggu ku pulang. Mungkin aku akan pulang larut malam, aku ada acara dengan teman teman ku di sebuah club malam. Aku tidak bisa mengajakmu karena aku takut kau lelah, tapi aku pastikan untuk pulang." "Baiklah, aku mengerti."Setelah itu Laura mematikan teleponnya."Sekarang tampaknya kalian lebih terlihat seperti suami istri," kata Mellisa dan hanya ditanggapi dengan senyum
Terdengar desahan dan erangan di sebuah ruang tamu yang nampak temaram. Dua anak manusia sedang bergerak liar dengan tubuh bermandikan peluh dan saling bertukar kenikmatan."Ahhh... Kau sangat nikmat sayang..." desah si lelaki yang terus memompakan miliknya ke dalam liang kenikmatan kekasihnya."Ohhh... Raph.. Aku sampai!" jerit Mellisa saat mencapai puncak kenikmatannya.Raphael semakin mempercepat dorongannya ke inti Mellisa sampai dia merasakan pusat gairanya semakin membengkak dan menyemprotkan cairannya ke dalam milik Mellisa."Kau luar biasa sayang... Bolehkah aku menginap di sini? Karna aku menginkanmu lagi," kata Raphael dengan senyum jailnya."Kau bercanda? Ada Laura di sini," kata Mellisa sambil memukul lengan Raphael dan segera duduk di sofa sambil merapikan gaun nya yang tadi terkumpul menjadi satu di perutnya.Mellisa membuka ponselnya dan mendapatkan satu pesan dari Laura.From : LauraMaaf Mel, aku pulang bersama Matheo, tadi dia datang ke apartement dan memohon agar ak
"Aku akan selalu ada untukmu Laura, kau adalah sahabatku," kata Mellisa dan langsung memeluk sahabatnya itu."Mel .... berjanjilah padaku kau tak akan menceritakan masalah ini kepada Raphael," kata Laura setelah melepaskan pelukannya."Ya, aku janji," jawab Mellisa lirih.Laura yakin kalau sampe Raphael tahu pasti dia akan memberitahukannya pada Christian dan Laura tidak mau itu terjadi. Laura takut Christian akan kecewa padanya. Memikirkan bahwa kemungkinan Christian akan meninggalkannya, membuatnya sesak. Egois memang, tapi itulah yang saat ini dia inginkan. Dia tidak ingin Christian menjahuinya tapi dia juga tidak bisa menjanjikan cinta untuk laki laki itu.==*==Seminggu telah berlalu, Laura menjalani kehamilannya biasa saja. Dia tidak ingin memikirkan rencana rencana yang akan datang, dia hanya akan menjalani kehidupannya seperti alir mengalir.Laura masih tinggal di apartemen Mellisa, sebenarnya dia berniat menyewa apartemen sendiri tapi Mellisa melarangnya dan bersikeras akan
Laura sudah menceritakan segalanya kepada Mellisa kecuali percintaannya dengan Christian, jangan ditanya seberapa marahnya Mellisa. Bahkan wanita itu bersikeras akan melaporkan Matheo ke polisi atas tuduhan kekerasan tapi Laura melarangnya, yang dia inginkan saat ini hanyalah perceraian.Laura sedang duduk di sofa menikmati keramaian kota London, dia menatap segala aktifitas dari balik jendela besar apartemen sambil menikmati potongan pizza di tangannya. Sudah dua hari ini dia tidak keluar kemanapun dan dia juga ijin tidak masuk kerja dengan alasan sakit. Sebenarnya dia memang bisa dikatakan sakit, kesakitan yang tak terlihat dan itu lebih menyiksanya. Dia juga tidak berniat mengambil barang barangnya di rumah, dia masih tidak ingin ketemu dengan Matheo bahkan dia juga mematikan ponselnya.Terdengar bunyi pintu depan terbuka, seketika membuyarkan lamunannya.'kenapa Mellisa pulang jam segini? Ini kan masih siang' batin Laura dengan kening berkerut bingung.Kebingungannya terjawab saa