Setelah satu minggu kondisi kaki ibu Tara mulai pulih dan sudah bisa berdiri walau masih harus pelan-pelan untuk berjalan. Tara Juga sudah membuat beberapa rencana untuk memulai usahanya sampai di suatu pagi sang bibi datang tergopoh-gopoh ke rumahnya sambil menangis-nangis.
"Gudang yang dijaga pamanmu kebakaran."
Tara masih syok dan bibinya cuma terus menangis.
"Bagaimana dengan paman?" tanya Tara yang ikut bergetar memeluk bibinya.
"Pamanmu dibawa ke kantor polisi."____" Bagaimana jika pamanmu sampai dipenjara?" bibi Tara terus menangis dan bicaranya semakin rancu bercampur gagap karena sesenggukan. "Dia sudah tua dan sakit-sakitan, Bibi sangat takut jika pamanmu dipenjara."
Satu minggu berlalu tapi tetap saja Tara masih belum bisa menemukan jalan keluar, dia juga masih belum menemukan pekerjaan. Memang tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan di kampung jika tidak memiliki modal sendiri, kecuali untuk pekerjaan kasar yang upahnya juga tidak seberapa. Tara semakin dilema, antara dia harus pergi untuk mencari pekerjaan tapi dia tidak bisa juga meninggalkan ibunya yang sudah tua. Kondisinya serba sulit sementara ia juga tidak punya apa-apa lagi, uang tabungannya sudah habis dan mungkin hanya cukup untuk makan keluarganya sampai bulan depan.Semua rencananya memang sudah hancur berantakan. Selain uang tabungan yang rencananya ingin dia gunakan untuk modal usaha, motornya juga sudah ia jual untuk melunasi tiga ratus lima puluh juta yang benar-benar tidak sedikit baginya. Sekarang Tara jadi kerepotan sendiri jika hendak kemana-mana tanpa motor. Untuk menjadi kuli pun dia butuh kendaraan untuk pergi ke tempat kerja.
Sebenarnya Tara masih belum mau pergi tapi keesokan harinya sang paman kembali ikut bicara padanya."Biar kami yang menjaga Mina dan ibumu, atau kalau perlu bibimu biar tidur di sini karena paman akan ikut menjaga keramba mungkin seminggu sekali baru akan pulang."Walau sebenarnya Tara masih berat tapi dia benar-benar sedang tidak memiliki pilihan."Pergilah, Nak. Di sini kau tidak akan memiliki masa depan."Paman Tara benar, karena memang hanya selalu masalah yang ditemuinya di sini hingga Tara sendiri juga sudah merasa sangat jenuh."Aku hanya akan menemui Emy dan belum tahu apa aku bisa langsung mendapatkan pekerjaan. Tapi aku memang harus segera bekerja."
Untuk sementara, Tara kembali bekerja di klub sambil dia memikirkan baik-baik tawaran Eric. Walaupun Tara sudah mulai memiliki pandangan bisnis apa yang sejak dulu ingin dia tekuni, tapi Tara perlu bekerja dulu karena dia sedang tidak memiliki tabungan sama sekali dan tidak mungkin mengandalkan orang lain. Tara juga kembali ke pantai, menjadi pemandu surfing dan sesekali menjadi tour guide. walaupun orang sering berpandangan negatif tentang pria yang bekerja di pantai seperti dirinya, tapi bagi Tara asal ia bisa menjaga diri pekerjaan di manapun bisa dia jalani. Apa lagi ombak dan pantai adalah hidupnya dan mungkin memang di situlah kehidupan dan masa depannya kelak.Sejenak Tara mengabaikan papan selancarnya yang masih ikut mengapung, ia juga berbaring mengapung di permukaan air sambil menatap langit biru di atasnya yang sangat luas di mana seharusnya tidak pernah ada jalan buntu. Tara
Setelah dua bulan bekerja akhirnya Tara kembali bisa membeli motor, Jadi sekarang dia bisa lebih sering pulang. Di setiap kesempatannya pulang Tara akan memanfaatkannya untuk berkeliling ke pusat-pusat budi daya hasil laut bernilai ekonomi tinggi, seperti keramba ikan kerapu, lobster, bahkan budidaya kerang mutiara yang juga sudah mulai marak di daerahnya.Semua coba Tara pelajari juga mengenai pembinaan petani keramba. Tara mulai berpikir jika nelayan tidak harus selalu bergantung pada musim ikan jika mereka bisa lebih maksimal memanfaatkan potensi laut dengan bertani ikan dengan nilai ekonomi tinggi. Masalah terbesarnya mungkin masih permodalan, pembinaan, dan pemasaran. Tapi tara yakin mereka mau jika dirangkul bersama untuk dibina toh tujuannya sama-sama untuk menaikkan taraf hidup para nelayan dengan keahlian yang sebenarnya sudah mereka semua kuasai dasarnya. Apa lagi Eric juga men
Sudah tak terhitung berapa kali Tara mendengar nama wanita itu di sebut oleh adik perempuannya. Tapi sepertinya Tara juga baru sadar jika Jemy memang tidak pernah membual mengani kakak perempuannya.Tidak seperti Jemy yang terkesan glamor, Erica justru lebih sederhana dalam penampilan tapi cantik, terlalu cantik hingga Tara tidak berani lama-lama memandangnya.Mereka pergi ke kafe tak jauh dari pantai setelah Tara berganti pakaian. Erica masih tersenyum menatap Tara yang jadi agak canggung duduk di depannya dan diperhatikan dengan sangat terus terang seperti itu."Sepertinya aku tahu kenapa adikku sangat menyukaimu.""Jemy juga sangat baik," kata Tara dan Erica langsung mengangguk setuju."Dia akan menikah dan aku ingin mengajakmu untuk ikut bersamaku ke pernikahannya.""Oh, aku ikut senang mendengarnya."Walaupun berita bahagia, tapi entah kenapa rasanya terdengar aneh bagi Tara. Mungkin karena Erica masih tersenyum santai mengabarka
Sesampainya di Raja Ampat, Erica langsung mengajak Tara ke hotel yang juga merupakan milik keluarga Adam, rencananya mereka semua baru akan berangkat besok pagi jadi malam ini semua orang memang sudah berkumpul.Kebetulan waktu Erica dan Tara tiba para tamu sedang makan malam bersama di ballroom hotel yang sudah disulap menjadi ruang perjamuan mewah. Erica menarik Tara ikut masuk meskipun dia mengaku masih kenyang dan belum mau ikut makan karena mereka berdua tadi memang sempat makan snack di pesawat sebab Erica keburu lapar.Di antara keramaian keluarga, rekan kerja, dan sahabat, keluarga besar mereka, Tara yang baru datang bersama Erica sempat merasa canggung juga meskipun sebenarnya Tara tipe orang yang mudah bergaul. Mungkin karena lingkungan sosial mereka terlalu berbeda dengan keseharian Tara yang hanya anak pantai dan sebag
"Kenapa orang sepertimu harus bersembunyi?""Kadang aku juga jenuh, dan tak sesempurna yang sering diceritakan adik perempuanku padamu."Erica sudah bisa menebak jika Jemy pasti sudah sering membicarakan dirinya."Apa ini tentang pernikahannya?"Erica menggeleng. "Tidak, aku tetap ikut bahagia untuk mereka.""Bukankah Adam Haris adalah tunanganmu?" Akhirnya Tara menanyakan hal itu setelah cukup lama menjadi tanda tanya yang mengendap di kepalanya."Apa pun, jika untuk adikmu apa kau tidak rela?" Erica malah balik bertanya.Tara diam sebentar, berpikir untuk dirinya send
Entah bagaimana Tara bisa seenaknya melepas pakaian di depannya. Walaupun tidak sepenuhnya telanjang tapi tetap saja Erica tidak biasa, beda dengan Tara yang memang sudah terbiasa berbuat seperti itu di pantai. Tara baru sadar ketika dirinya keluar dari air dan Erica menolak untuk terlalu melihatnya yang masih basah dan benar-benar hanya memakai celana boxer terlalu pendek dan hampir tak berguna apalagi setelah basah seperti itu."Lain kali bisa tidak kau siapkan handuk dulu sebelum berenang!" Erica terdengar kesal ketika melempar pakaian Tara untuk segera dipakai."Sorry...." Tara cuma tersenyum sambil menangkap pakaian yang dilempar Erica dengan cekatan."Kau benar-benar barbar!"Sebenarnya Tara masih memakai celana pendek meskipun