Portal LegendaPortal di dalam portal. Inilah portal legenda tempat bersemayam kekuatan kuno sejati Ashok. Sebuah lembaran rahasia yang tak terpetakan. Di mana ruang dimensi waktu seolah tertahan. Bergerak mengaliri siklus keajaiban yang eksentrik.Tepat di antara ruang tersembunyi tersebut, ada sebuah gerbang berlapis membentuk jejaring. Menyerupai mulut gua dengan ikatan kokoh yang bersinergi. Semakin merambah ke arah dalam, para ksatria akan mendapati rimbunan hutan yang berbeda dari hutan yang pernah ada. Sama sekali tak ada pepohonan besar dengan dedaunan yang rindang dan menghijau. Hutan apakah ini? Tak ada cicitan burung ataupun gemerisik liar kaki-kaki rusa dan kelinci. Juga tak ada hentakan kasar kepak elang besar yang berkuasa. Penuh keheningan!Namun, ketika kaki menapak lebih jauh, mulai terdengar gemericik berupa tetesan-tetesan air yang menggumpal deras. Jatuh berhamburan membentuk irama simfoni dalam kesejukan. Sementara, langit yang menjadi tempat bernaung dikelilin
Portal Legenda II Sementara itu…Di salah satu sudut portal yang lain. Tepatnya di bagian barat gerbang portal. Ada sebuah dasau yang sedikit berbeda. Letaknya sangat tersembunyi nan terasing. Tertutup tebal oleh kabut-kabut berwarna darah. Tak menyatu dengan keberadaan lainnya. Bahkan, aura yang melintas terasa kental dan menusuk. Menyisakan bayang-bayang kehampaan. Seperti keheningan yang beraroma mistik. Meskipun dasau tersebut adalah bagian dari portal, namun kepekatan udara yang mengalir di dalamnya mengandung esensi dan sensasi yang sulit dijabarkan. Menghentak berat dengan tekanan asing yang membuat sesak. Gravitasi mengikat berkali lipat hingga menghunjam langkah siapapun seperti menarik beban ratusan kilo! Anehnya lagi, lapisan udara maupun aura yang memancar dari dasau portal seperti tak menyatu dan terhalang dinding sekat transparan. Seolah satu tapi terpisah. Satu bagian tapi berbeda. Dari kejauhan, di balik kabut berwarna darah, dasau ini terlihat rimbun dengan kulat-
Bocah itu, Sunan Zunungga Nun jauh di sana. Di sebuah dimensi di luar penalaran manusia. Adalah sebuah dunia dengan kehidupan menyerupai kehidupan di bumi. Dimensi Ashok. Dimensi lika – liku dengan misterinya. Dan perjalanan portal itupun dimulai. Pepohonan merah darah membentang di sepanjang jalan perbukitan itu. Dedaunan ungu terciprat cahaya pagi. Awan putih bergelombang di antara padatnya warna langit hijau dan biru. Pemandangan segar bak lukisan yang menghangatkan. Di balik perbukitan itu, tersusun jalan setapak dari susunan batu-batu alam granit berwarna coklat kekuningan. Di sampingnya, air bening mengalir dibawa riak suara pecah air terjun Senggani. Sosok bocah angkat remaja berusia sekitar empat belasan sedang berbaring santai di atas salah satu batu di tepian Senggani. Kedua tangannya menjadi alasan bantal. Matanya terpejam sembari menggigit ranting rumput liar di mulutnya. Diri bocah ini tampak seperti sedang tertidur. Padahal otaknya bekerja keras. Memikirkan sebab
PersiapanTinggal satu purnama ke depan, turnamen Biak Peri akan berlangsung. Para Ashokans muda sibuk mempersiapkan diri mereka. Mulai dari latihan fisik hingga olah strategi. Setiap Ashokans muda bermimpi untuk mendapatkan Agra yang terhebat. Semenjak Sunan Zunungga mengutarakan niatnya untuk turut serta dalam turnamen. Garde Manta, paman Nanzu telah mulai membimbingnya jauh lebih keras dari sebelumnya. Sejak Nanzu kecil, meski ia terlahir lemah, Garde Manta telah membekali Nanzu dengan berbagai ilmu dan keterampilan yang dimilikinya. Hanya saja sejak ia mendengar putranya akan bergabung dengan Biak Peri, jiwa Astanya menggelora seiring sifat pelindungnya sebagai sosok ayah penjaga. “Ayo Nanzu, lakukan lagi, masih tinggal beberapa putaran. Kau bisa Nak.” Peluh mengucur dari sela pori Nanzu yang kecoklatan terbakar matahari siang. Garde Manta mewajibkan Nanzu melakukan serangkaian latihan dasar fisik. Salahsatunya dengan mengelilingi halaman arena rumah mereka sebanyak seratus puta
Sebelum PerburuanKini, para remaja yang ingin mengikuti Biak Peri dikumpulkan menjadi satu di sebuah lapangan luas tak jauh dari benteng perbatasan. Ada sekitar lima puluh orang peserta termasuk Sunan Zunungga. Mereka berkumpul membentuk sepuluh barisan dengan pembagian lima orang peserta untuk setiap baris.Sunan Zunungga berdiri di barisan paling belakang. Di depannya berdiri Margo, teman masa kecilnya. Sejak matahari terbit, mereka dikumpulkan dan dibiarkan tanpa arahan. Mereka hanya diminta berdiri dan menunggu. Sudah berjam-jam lamanya hingga matahari telah menanjak tepat di ubun-ubun. Meski dimensi Ashok adalah dunia kesuburan, tetapi juga memiliki fenomena alam yang unik. Di mana ketika pagi, angin semilir akan terasa sangat menyejukkan seperti guyuran salju di belahan kutub. Namun, menjelang siang ketika matahari tepat di atas kepala, tak ubahnya seperti musim panas yang menyala liar dalam kawanan serigala. Dan menjelang sore, langit akan kembali teduh dan nyaman hingga perp
Labirin IlusiSunan Zunungga memenangkan pertandingan di babak pertama dan Tuba Lilin di babak kedua. Siapapun yang menjadi ketua regu akan ditentukan oleh babak selanjutnya. Tetapi, mereka masih belum sepakat untuk menentukan jenis tanding final tersebut. Akhirnya, setelah saling berembuk, pertandingan final adalah adu strategi berupa permainan kotak labirin.Di dimensi Ashok, kotak labirin adalah salah satu permainan yang cukup populer terutama di kalangan para Asta penjaga, para jenderal tinggi dan komandan dasau. Permainan untuk mengisi waktu senggang sekaligus mengasah kemampuan otak dalam menyusun strategi. Dalam permainan ini, terdapat kotak papan kecil seperti catur dengan pilihan batu berwarna hitam dan putih. Hanya bedanya, kotak labirin memiliki ruang ilusi yang hanya bisa dimasuki oleh para pemainnya. Papan kotak hitam putih tersebut, setelah terbuka, ia akan membesar dan menarik para pemain untuk memasuki labirin-labirin kecil dan memecahkan sekumpulan teka-teki di dala
Pembangkitan Titik EnergiBerita tentang Sunan Zunungga yang berhasil menyelesaikan permainan kotak labirin dalam waktu singkat ternyata menjadi buah bibir para Ashokans muda yang akan mengikuti Biak Peri. Ada yang merasa kagum, tapi tak sedikit pula yang mencibir. Termasuk Bading dan Badang Selatan.“Menyebalkan, hanya karena Nanzu berhasil keluar dari ruang ilusi kini ia sudah jadi pahlawan di tempat ini!” “Benar Keke… Apa mereka sudah lupa bagaimana lemahnya si Nanzu, kau masih ingat waktu dulu ia mengelilingi lapangan benteng, lima putaran saja dia sudah megap-megap.” “Kau benar, dia cuma beruntung saja tapi semua orang terlalu melebih-lebihkan kemampuannya. Hemmm, lihat itu bocah itu sudah datang.” Badang menunjuk Nanzu yang kini memasuki aula utama benteng bersama rekan sekamarnya. Kali ini, sikap dan perlakuan para peserta Biak Peri lainnya tampak berubah terhadap Sunan Zunungga. Mereka tak lagi melihat Sunan sebelah mata ataupun dengan tatapan merendahkan. Tak sedikit pula
Pembangkitan Titik Energi IITunggu, ada yang aneh dengan semua ini…Nanzu memang merasakan sebuah energi besar dari telapak tangan Tetua Utara. Energi itu menyengat seolah berlarian di setiap aliran darah dan jaringan tubuhnya. Tetapi, anehnya tubuh Nanzu seolah tak asing dengan sensasi ini. Tubuhnya bahkan tak memberikan reaksi penolakan sama sekali seperti yang dialami oleh Ashokans muda lainnya. Kenapa?Alih-alih memberikan reaksi hebat, yang dirasakan Nanzu justru sebaliknya. Energi yang masuk ke dalam tubuhnya terasa seperti menghangatkan dan memberi kekuatan unik. Semakin lama semakin besar, membuat sebuah cahaya bersinar keluar dari ujung-ujung porinya. Pada saat proses pembangkitan titik energi, Asta yang menselaraskan energi inti para Ashokans dengan kekuatan energi kuno kabut energi, hanya berlaku sebagai perantara dan medium pembuka. Tetapi untuk hal ini hanya dapat dilakukan oleh seorang Asta tingkat tinggi yang memilki kekuatan internal luar biasa. Di dimensi Ashok, ha