“Mama akan kembali besok pagi?” Sun bertanya, memastikan kembali apa yang didengarnya dari mulut sang ibu.
Wanita di hadapannya mengangguk, membenarkan. “Aku tidak bisa meninggalkan peternakan lebih lama lagi, jadi aku memutuskan untuk kembali besok pagi.” Tetapi sejurus kemudian, matanya menatap Sun dengan serius. “Jadi, bagaimana keputusan akhirmu?”
Sun terdiam, menatap ibunya tanpa berkata-kata. Tahu jika keputusannya untuk menolak akan membuat ibunya kecewa, Sun tidak mampu bersuara. Bahkan dia hanya bisa memberi tatapan rendah.
Tanpa berkata, Karina sudah cukup tahu apa yang ada dalam kepala gadis itu. Sedikit mengecewakan, Sun memutuskan untuk menolak ajakannya untuk pulang dan memilih bertahan bersama Noah.
Sedikit skeptis dengan pernyataan sang anak yang berkata bahwa dirinya jatuh cinta pada seseorang yang bahkan membawanya secara paksa. Tetapi apa boleh buat? Karina juga ingin percaya Noah bisa menjaga putriny
Sun sedikit mendongak, melihat wajah Noah yang menatapnya dengan dingin. Sun terkejut, tentu saja, tapi memang Noah tidak?Ketimbang terkejut, Noah lebih bertanya mengapa Sun berdiri di depan pintu begitu lama.“Ah, Noah ... kau sudah kembali,” ucap Sun dengan sedikit gugup, tidak tahu apa yang akan dikatakannya dengan jelas untuk saat ini.Tetapi Noah seakan tidak peduli dengan basa-basinya dan berkata, “Kenapa kau berdiri di sini?” ujarnya bertanya. Noah tidak mengerti apa yang membuat Sun sampai harus berpikir keras hanya untuk menjawab pertanyaannya yang mudah, sedangkan Noah tidak ingin membuang waktu hanya untuk menunggu gadis itu menjawab pertanyaannya. “Apa kau tahu bahaya bisa saja mendatangimu kalau kau berdiri di depan pintu seperti tadi?”Noah tidak memberikan Sun kesempatan untuk menjawab dan dia langsung menggenggam gadis itu, membawanya masuk ke apartemen. Tak lupa Noah mengunci pintunya, menegaskan jika
Karina dibawa ke suatu tempat, rapih dan tampak mewah. Dia tidak tahu di mana itu berada, tetapi ia yakini mungkin itu adalah tempat di mana orang yang mengundangnya tinggal. Eliot Redwood. “Selamat datang, Nyonya McRay.”
Malam semakin larut tetapi ia masih terjaga dengan mata yang lebar terbuka.Kesunyian malam yang menguasai kepala membuat suara yang berada di luar ruangnya tak mampu menembus telinga.Sun menatap kosong ke arah langit malam yang tidak menampakkan satu pun bintang. Di dalam pemandangan yang tampak tak memiliki satu saja hal menarik itu, Sun menetapkan arah pandangnya.Jika ditanya alasan yang membuatnya belum mengukung diri dengan nyaman dalam selimut dan pergi ke alam mimpi, maka Sun punya satu alasan pasti.Tentu saja, Noah adalah alasannya.Malam yang hening seperti ini menjadi waktu yang pas untuk berpikir panjang, salah satunya tentang hubungan indahnya yang terasa sedikit merenggang.Sun masih enggan bicara, ia diselimuti rasa takut akan bayangan Noah akan berkata jujur tentang kekecewaannya pada Sun perihal kepergiannya malam itu. Karenanya, Sun tidak mau menyinggungnya. Toh, Noah juga sepertinya tidak tert
“Wah ... ada yang sedang mencoba membawa lari wanitaku ...?”Sun terpaku di tempat. Melihat kedatangan Noah setelah mendengar kebenaran dari mulut sang ibu membuatnya amat terkejut, sedikit, perasaan itu juga menyakiti hatinya.Sementara Karina langsung bergerak cepat, dia berdiri membentengi Sun seakan-akan Noah adalah bahaya yang siap menyerang anaknya kapan saja.
Sun kira dirinya akan dibuat susah tidur karena merindukan Noah, tetapi yang sebenarnya terjadi adalah dia sama sekali tidak tidur semalaman.Pagi ini Sun merapihkan kembali pakaian yang akan dibawa pulang. Sampai detik ini dia masih tidak percaya kalau Noah sama sekali tidak menghubunginya.Dia sudah selesai berkemas, tetapi ketika dirinya hanya duduk terdiam, kembali pikirannya melayang menuju hal-hal yang sebenarnya tidak mau ia pikirkan lebih lama.
Selepas itu, waktu terus berlalu dan Sun benar-benar pergi untuk menemui Noah.Malam ini entah mengapa angin bertiup amat dingin, Sun yang tidak tahan segera merapatkan kardigannya dan berlari memasuki apartemen.Soal Noah yang belum juga menghubunginya sampai detik ini, Sun akan mengabaikan itu dulu. Yang jelas untuk saat ini sangat penting baginya membangung kembali keberanian untuk bisa menatap wajah Noah dan mengatakan apa yang ingin ia katakan, juga mendengarkan apa saja yang ingin ia dengar dari mulut lelakinya.Sun menarik napa kuat-kuat kemudian mengembuskannya singkat, ia membuka sandi pintu apartemen dan sedikit terkejut, rupanya sandinya belum diubah.Tidak menunggu lama, Sun segera memasukinya. Apartemen tampak begitu gelap, sepertinya Noah sengaja mematikan semua lampu dan hanya membiarkan ruangannya diterangi sinar dari luar yang menembus dinding kacanya.Sun melangkah pelan tapi pasti, dia memutuskan untuk tidak menyalakan satu pun l
Noah membisu, kini matanya lurus menatap Sun dengan gurat terkejutnya. Ekspresi yang memenuhi ekspetasi Sun yang mengira Noah akan tetap tenang dan dingin seperti biasanya.“Kau pastinya sangat membenci ayahku yang sudah menghancurkan hidupmu, Noah ...,” ujar Sun kala Noah tak kunjung membuka mulutnya. “Tapi haruskah aku yang menebus semua dosanya ...? Haruskah aku yang menjadi sasaranmu untuk membalaskan dendam itu?”“Sun ... aku tidak membalaskan den
Sun kembali ke tempat ibunya berada dengan keadaan yang lusuh. Mungkin itu karena dia terlalu banyak menangis tadi, tapi meski begitu tidak ada yang berubah selain dirinya yang saat ini jadi benar-benar ingin pergi.Perasaannya masih sama, kacau tidak beraturan. Kendati banyak ujaran kemarahan yang dilontarkannya pada Noah, itu sama sekali tidak membuatnya dengan mudah menghilangkan perasaan kasihnya terhadap lelaki itu, sampai detik ini—detik ketika ia benar-benar akan pergi dan mungkin tidak akan pernah kembali.“Sun ....” Karina langsung menyambut kedatangan Sun dengan pelukan hangat. Perasaannya yang sudah cemas menjadi lebih buruk kala orang yang ditunggunya kembali dengan keadaan yang kacau seperti ini.Sun tidak lagi menangis, mungkin sudah lelah. Tetapi tatapan matanya yang kosong itu seperti tubuhnya hanyalah sebuah wadah tanpa isi.“Apa kita akan langsung pergi?” tanya Sun, tampak seperti tidak bertanya dengan nada