Karina dibawa ke suatu tempat, rapih dan tampak mewah. Dia tidak tahu di mana itu berada, tetapi ia yakini mungkin itu adalah tempat di mana orang yang mengundangnya tinggal.
Eliot Redwood.
“Selamat datang, Nyonya McRay.”
Malam semakin larut tetapi ia masih terjaga dengan mata yang lebar terbuka.Kesunyian malam yang menguasai kepala membuat suara yang berada di luar ruangnya tak mampu menembus telinga.Sun menatap kosong ke arah langit malam yang tidak menampakkan satu pun bintang. Di dalam pemandangan yang tampak tak memiliki satu saja hal menarik itu, Sun menetapkan arah pandangnya.Jika ditanya alasan yang membuatnya belum mengukung diri dengan nyaman dalam selimut dan pergi ke alam mimpi, maka Sun punya satu alasan pasti.Tentu saja, Noah adalah alasannya.Malam yang hening seperti ini menjadi waktu yang pas untuk berpikir panjang, salah satunya tentang hubungan indahnya yang terasa sedikit merenggang.Sun masih enggan bicara, ia diselimuti rasa takut akan bayangan Noah akan berkata jujur tentang kekecewaannya pada Sun perihal kepergiannya malam itu. Karenanya, Sun tidak mau menyinggungnya. Toh, Noah juga sepertinya tidak tert
“Wah ... ada yang sedang mencoba membawa lari wanitaku ...?”Sun terpaku di tempat. Melihat kedatangan Noah setelah mendengar kebenaran dari mulut sang ibu membuatnya amat terkejut, sedikit, perasaan itu juga menyakiti hatinya.Sementara Karina langsung bergerak cepat, dia berdiri membentengi Sun seakan-akan Noah adalah bahaya yang siap menyerang anaknya kapan saja.
Sun kira dirinya akan dibuat susah tidur karena merindukan Noah, tetapi yang sebenarnya terjadi adalah dia sama sekali tidak tidur semalaman.Pagi ini Sun merapihkan kembali pakaian yang akan dibawa pulang. Sampai detik ini dia masih tidak percaya kalau Noah sama sekali tidak menghubunginya.Dia sudah selesai berkemas, tetapi ketika dirinya hanya duduk terdiam, kembali pikirannya melayang menuju hal-hal yang sebenarnya tidak mau ia pikirkan lebih lama.
Selepas itu, waktu terus berlalu dan Sun benar-benar pergi untuk menemui Noah.Malam ini entah mengapa angin bertiup amat dingin, Sun yang tidak tahan segera merapatkan kardigannya dan berlari memasuki apartemen.Soal Noah yang belum juga menghubunginya sampai detik ini, Sun akan mengabaikan itu dulu. Yang jelas untuk saat ini sangat penting baginya membangung kembali keberanian untuk bisa menatap wajah Noah dan mengatakan apa yang ingin ia katakan, juga mendengarkan apa saja yang ingin ia dengar dari mulut lelakinya.Sun menarik napa kuat-kuat kemudian mengembuskannya singkat, ia membuka sandi pintu apartemen dan sedikit terkejut, rupanya sandinya belum diubah.Tidak menunggu lama, Sun segera memasukinya. Apartemen tampak begitu gelap, sepertinya Noah sengaja mematikan semua lampu dan hanya membiarkan ruangannya diterangi sinar dari luar yang menembus dinding kacanya.Sun melangkah pelan tapi pasti, dia memutuskan untuk tidak menyalakan satu pun l
Noah membisu, kini matanya lurus menatap Sun dengan gurat terkejutnya. Ekspresi yang memenuhi ekspetasi Sun yang mengira Noah akan tetap tenang dan dingin seperti biasanya.“Kau pastinya sangat membenci ayahku yang sudah menghancurkan hidupmu, Noah ...,” ujar Sun kala Noah tak kunjung membuka mulutnya. “Tapi haruskah aku yang menebus semua dosanya ...? Haruskah aku yang menjadi sasaranmu untuk membalaskan dendam itu?”“Sun ... aku tidak membalaskan den
Sun kembali ke tempat ibunya berada dengan keadaan yang lusuh. Mungkin itu karena dia terlalu banyak menangis tadi, tapi meski begitu tidak ada yang berubah selain dirinya yang saat ini jadi benar-benar ingin pergi.Perasaannya masih sama, kacau tidak beraturan. Kendati banyak ujaran kemarahan yang dilontarkannya pada Noah, itu sama sekali tidak membuatnya dengan mudah menghilangkan perasaan kasihnya terhadap lelaki itu, sampai detik ini—detik ketika ia benar-benar akan pergi dan mungkin tidak akan pernah kembali.“Sun ....” Karina langsung menyambut kedatangan Sun dengan pelukan hangat. Perasaannya yang sudah cemas menjadi lebih buruk kala orang yang ditunggunya kembali dengan keadaan yang kacau seperti ini.Sun tidak lagi menangis, mungkin sudah lelah. Tetapi tatapan matanya yang kosong itu seperti tubuhnya hanyalah sebuah wadah tanpa isi.“Apa kita akan langsung pergi?” tanya Sun, tampak seperti tidak bertanya dengan nada
Suara sirine polisi dan pemadam kebakaran datang ke lokasi kecelakaan. Petugas pemadam langsung bergegas untuk memadamkan api yang semakin tinggi berkobar, semenata Noah hanya duduk pasrah dan menontonnya dengan tatapan kehilangan.Noah tertunduk lesu, menatap kedua tangannya yang dilumuri darah. Tangan yang kotor itu tidak akan bisa memberikan Sun kebahagiaan, dan itu terbukti sekarang. Noah gagal menyelamatkan Karina, dan membuat gadis yang dicintainya kehilangan sang ibu untuk selamanya.
Masih Eliot ingat dengan jelas malam itu, malam yang belum ada seminggu yang lalu. Joana datang ke kamarnya setelah mengantar Karina kembali.Ia datang dengan suka rela, bersiap untuk menenangkan perasaan Eliot yang masih kacau setelah diterpa duka.“Eliot, apa kau baik-baik saja?” tanya Joana. Tangannya bergerak lihai seperti benang lembut yang terulur di bahu Eliot.