Home / Romansa / SUN TO YOUR NIGHT / Chapter 15 : Highschool Memories

Share

Chapter 15 : Highschool Memories

Author: Melodearose
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Yellow Crowl?” Noah Bellion mengulang nama itu dengan nada tanya, memastikan apa yang didengarnya dari Draven barusan.

Lelaki gondrong itu mengangguk sembari mengalihkan wajahnya, dia embuskan asap rokok yang tertahan dalam mulutnya dengan perlahan. “Merepotkan,” ucapnya dengan raut yang tampak sangat terbebani.

Tentu saja itu adalah tugas yang tak mungkin bisa Draven atasi seorang diri. Dia sadar kalau dirinya belum berada di level yang sama dengan William sampai bisa ditugaskan untuk mengurus sebuah kelompok berisikan orang-orang sadis seperti Yellow Crowl.

Yellow Crowl adalah salah satu organisasi bawah tanah yang sudah lumayan lama berdiri. Kelompok itu berisi para pembunuh bayaran profesional, mereka terkenal di dunia bawah tanah karena kecakapan mereka dalam menjalankan aksi dan juga tentu saja ... keberingasan yang tak lagi menggambarkan sifat manusia.

Mengapa Noah menyebut mereka adalah kelompok yang merepotkan? Karena di kelompok itu, semua orang sudah dicuci otaknya sehingga dalam pikiran mereka hanya ada kata ‘membunuh’. Mereka bahkan tidak ragu membunuh orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan misi mereka, mereka bahkan bisa membunuh seseorang hanya karena orang itu terlihat tidak menyenangkan untuk dipandang.

Ah ... Noah akan mengoreksi. Ketimbang menyebutnya organisasi merepotkan, Noah akan lebih setuju kalau menyebutnya sebagai kelompok para orang gila.

Satu-satunya hal yang bisa mengendalikan keberingasan mereka adalah adanya pemimpin yang tak juga kuat, tapi pintar. Tapi sejak lima tahun yang lalu, kepemimpinan Yellow Crowl kosong karena pemimpin sebelumnya meninggal karena usia. Sejak itu, Yellow Crowl belum menemukan orang yang sempurna yang bisa mereka jadikan pemimpin.

“Kau tentunya masih ingat hitman kebanggaan Tuan William yang meninggal dua tahun lalu, kan?” Draven bertanya, menarik kembali ingatan masa lalu Noah tentang seseorang yang Draven maksud.

Joe Clarke, hitman nomor satu Little Boy selama beberapa dekade yang tewas ketika berhadapan dengan satu anggota Yellow Crowl dua tahun lalu. Noah bisa memaklumi kekalahannya jika mengingat usianya saat itu sudah tak lagi muda. Tapi mengingat belum ada satu pun hitman Little Boy lain yang bisa mengalahkannya dan mengingat prestasi yang dimilikinya bisa tak berarti di hadapan satu anggota Yellow Crowl, bukankah itu sudah cukup untuk memberi peringatan akan kemampuan Yellow Crowl yang mengerikan itu?

Aku beri sedikit fakta yang mungkin akan terdengar mengerikan. Yellow Crowl memilih pemimpin mereka melalui pertarungan hidup dan mati. Terdengar kuno sekali tapi itulah yang terjadi.

Seseorang yang ingin memimpin Yellow Crowl harus bertarung dengan calon lainnya sampai di antara mereka ada yang mati. Jika tersisa satu yang bertahan dan tidak mati, maka dialah yang berhak menjadi pemimpin Yellow Crowl dengan dianggap sebagai yang paling kuat dari yang terkuat.

Dalam lima tahun terkakhir, belum ada yang mengajukan diri menjadi pemimpin karena mereka mengakui kalau pemimpin sebelumnya adalah orang yang sangat kuat dan dihormati. Kesetiaan itulah yang membuat mereka berpikir kalau pemimpin sebelumnya tidak tergantikan. Tapi karena tidak ada yang memimpin, kelompok itu jadi tidak beraturan dan merepotkan orang-orang sekitar, termasuk mereka yang bekerja di dunia bawah yang sama.

“Aku tidak tahu kenapa Tuan William malah mengirim anak kesayangannya menuju gerbang neraka dengan membuatnya berurusan dengan kelompok orang gila,” lanjut Draven, bersandar pada tembok selagi dirinya menghabiskan puntung rokok yang semakin memendek. “Pada akhirnya, dia tetap membuat semua pihak di Little Boy ikut andil dalam mengatasi kerusuhan yang kau buat.”

Draven mengalihkan tatapannya dengan sinis sebelum akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Noah. Seperti biasa, lelaki yang lebih muda darinya itu akan terus bungkam tanpa mau membalas ucapannya. Itu membosankan, Draven tidak beda halnya dengan berbicara pada patung.

Tapi mengejutkannya, Noah bersuara ketika Draven berada di langkah ketiganya. “Kalau tidak mau melakukan, tidak usah melakukan,” ujarnya dengan suara yang tenang dan dingin. Draven memutar tubuhnya, menatap tajam sosok Noah yang masih betah memandang hal lain kecuali matanya.

Tak lama kemudian, mata mereka bertemu. Draven tertawa congkak melihat lagak yang Noah tunjukan di depannya. Draven tahu jika Noah adalah anak kesayangan William, tapi dia tetap saja merasa kesal karena mau bagaimanapun juga, dia adalah senior Noah.

“Oho ... lihat bagaimana kau menatap seniormu, Tuan Muda Bellion!” ejek Draven dan tatapan sayu nan dingin milik Noah tak berubah. “Setelah semua kekacauan yang kau buat, kau masih bisa menatapku seperti ini?”

“Apa yang membuatku tak bisa menatapmu sesuka hatiku?” Noah balik bertanya, menohok Draven sampai lelaki berewok itu tak bisa langsung menjawabnya. Kesempatan yang bagus untuk Noah melanjutkan ucapannya. “Kau bukan pemimpin dan berhentilah bersikap seakan kau ini pemimpin. Berhenti melakukan apa yang sebenarnya hanya pantas dilakukan oleh Tuan William.”

Draven merotasi matanya dengan muak. Dia menjilat dinding mulutnya, membuat raut kesal juga tak percaya dengan apa yang didengarnya. Dia sudah ratusan kali mendengar ucapan menyebalkan dari Noah, tapi sepertinya yang barusan adalah yang paling menyebalkan sampai dia ingin sekali memukul wajah tampan lelaki itu sekarang juga.

“Kau ingin menantangku, anak congkak?” tanya Draven, tanpa sadar dirinya sendiri memberi tahu siapa yang congkak di sini.

Noah tentu saja malas untuk menanggapi, dia hanya berpesan, “Kalau tidak mau mengurusnya, jangan mengurus. Aku tidak butuh orang yang hanya akan mengoceh sepanjang perjalanan.” Kemudian akhirnya Noah yang memutuskan untuk meninggalkan Draven tanpa lelaki itu cegah. Sementara Draven hanya memandang dirinya yang perlahan menjauh dengan kesal.

***

Ini adalah hari yang sangat cerah, bak langit memberi Sun seluruh izinnya untuk bisa melakukan apa yang dia ingin lakukan hari ini dengan baik. Sun tersenyum ketika melihat langit biru dengan gumpalan awan yang berjalan pelan tertiup angin.

Seperti yang dikatakan Lucy, dia tidak memberi tahu Noah untuk apa yang akan dia lakukan hari ini. Noah sempat menghubunginya tadi malam, dan untung saja lelaki itu sedang dalam masa sibuk karena sebuah tugas yang tak Sun tahu detailnya. Jadi sudah dipastikan kalau Noah tidak akan berkunjung hari ini.

“Ah ... aku senang Tuhan ternyata memberkati niatku,” ujar Sun, memuji keberuntungannya di hari ini.

Sembari berjalan menuju taksi yang dipesannya, tidak ada satu orang pun yang bertanya ke mana Sun akan pergi. Mereka hanya tahu kalau Sun akan melakukan urusannya, dan untung saja tidak ada yang bertanya banyak dan membiarkan Sun pergi. Mereka yang mengajak Sun bicara sebelum kepergiannya mungkin hanya mengucapkan salam perpisahan atau doa agar Sun selalu selamat ke mana pun dirinya pergi.

Gadis itu memakai gaun abu-abu yang hanya mencapai betisnya kemudian menyempurnakannya dengan jaket levis, berusaha membuat penampilannya sesantai mungkin namun tetap membuatnya terlihat keren di antara orang-orang kota. Kakinya berbalut ankle boots yang tak seberapa tinggi, kemudian untuk berjaga-jaga—Lucy menyarankan padanya untuk memakai topi lebar berwarna putih yang senada dengan tas miliknya.

“Nona Lucy memiliki selera berpakaian yang keren,” gumam Sun sembari menelisik kembali pakaiannya dari atas sampai bawah. Ya ... meski tidak semua yang dipakainya ini adalah barang-barang miliknya, tapi setidaknya ini semua sangat membantu Sun di hari pertamanya menjalankan rencana.

Perjalanan Sun menuju lokasi yang diberikan Lucy tidaklah terlalu jauh, hanya sekitar 15 menit perjalanan dan dia sudah sampai ke tempat yang dituju. Benjamin Franklin High School, itu nama sekolahnya.

Sun tidak perlu menunggu lama untuk masuk setelah membayar taksinya. Karena hari ini adalah hari minggu, maka tempat itu tidaklah ramai. Sun memasuki area sekolah itu dan langsung disambut akan kemegahannya. Sekolahnya dulu tidak sebesar ini, untuk masuk ke sekolah besar ini pasti butuh uang yang banyak.

Ketika tengah berpikir seperti itu, Sun tiba-tiba terdiam dan berpikir. Jika Noah berada di Louisiana setelah dibuang oleh pamannya, itu berarti dia tidak memiliki apa-apa. Lalu, dengan uang siapa dia yang hanya anak panti asuhan—bisa memasuki sekolah besar seperti ini? Apa saat itu dia sudah diadopsi oleh William?

Begitulah sekiranya pertanyaan-pertanyaan yang mengitari kepala Sun. Tapi karena dia sadar kalau waktunya sedetik saja di sini sangatlah berharga, maka dia akan lupakan dulu sejenak pertanyaan-pertanyaan itu dan lanjut memasuki sekolah lebih dalam. Dia tidak berniat sama sekali untuk kembali lagi besok kalau saja informasi yang didapatnya sampai kurang karena terlalu banyak membuang waktu.

Ada satu bagian yang hampir terlewat. Sebenarnya Sun sudah menghubungi salah satu orang di sekolah itu untuk bisa menjadi informannya, dia juga mendapat bantuan dari Lucy untuk hal itu. Karena itu, setelah ini dia berharap bisa mengajak Lucy makan bersama sebagai tanda terima kasihnya.

Ketika melewati lapangan hijau yang sangat luas, perhatian Sun teralihkan. Kakinya berhenti melangkah, matanya berpusat pada para siswa yang sedang bermain american football dengan sangat antusiasnya. Mereka berteriak dalam keseruan, bergerak dalam kecepatan dan kerja sama tim yang kental. Semua itu mengingatkan Sun kembali pada masa-masa sekolah atasnya yang baru selesai satu tahun yang lalu. Dia bahkan sempat tidak percaya kalau dirinya bukan lagi seorang remaja.

Tapi ketika melihat anak-anak itu, Sun kembali terpikirkan akan Noah. Apakah Noah dulu bermain seperti itu bersama teman-teman sebayanya? Apakah Noah dulu menjadi siswa yang populer di antara siswa lainnya? Atau ... apakah Noah tersenyum selebar itu ketika bersama teman-temannya.

Sun menyimpan kembali senyumnya. Entah mengapa yang ada di pikirannya hanya Noah yang tampak suram dan selalu menghindari pergaulan karena latar belakang dan masa lalunya.

Sun sempat diam beberapa saat karena itu. Kemudian suara teriakan siswa yang ada di lapangan mengejutkannya dan membuatnya kembali tersadar. Ia melanjutkan langkahnya menuju sebuah ruangan di mana seseorang sudah menunggunya.

“Nona Sun?” Seorang wanita berusia kisaran 40-an itu bertanya ketika Sun baru saja menutup pintu ruangannya.

“Iya. Saya Sun yang menghubungi Anda malam tadi,” ujar Sun sembari memberi salam, lalu berjabat tangan dengan wanita yang dilansir sebagai guru dari Noah di sekolah itu. “Senang bertemu dengan Anda, Nyonya Beatric Arrawn.”

“Senang bertemu dengan Anda, Nona Sun. Silakan duduk dan gunakan bahasa yang lebih santai saja, aku tidak memiliki kedudukan setinggi itu sampai kau harus berbicara dengan sangat formal.”

Sun tertawa kecil mendengar ucapan wanita bernama Beatrice itu. “Baiklah, Nyonya Beatrice. Aku akan bicara lebih santai.”

Teh disuguhkan, ruangan juga sudah dikunci rapat sampai selesainya semua urusan. Sun sempat terdiam beberapa saat karena ragu untuk memulai, tapi untungnya Beatrice sangat peka dan memutuskan untuk membuka topik obrolannya. “Jadi ... kau datang ke sini untuk mengenal Noah Bellion saat masih bersekolah di tempat ini?” tanyanya dan Sun mengangguk.

“Iya. Aku punya urusan yang membuatku harus mengenal Noah ketika dia bersekolah.”

“Apa yang ingin kau tahu, Nona? Ah—” Beatrice lebih dulu menyela, tak memberi Sun jeda untuk menjawab pertanyaannya sebab dirinya masih memiliki pertanyaan lain, “kau ini memiliki hubungan apa dengan anak muridku?”

Pertanyaan Beatrice membuat Sun terdiam, seketika gugup untuk menjawab. “Anggap saja kalau aku ini kekasihnya.” Akhirnya seperti itulah dia menjawab setelah diam dengan wajah kikuk untuk beberapa saat. Beatrice mengangguk paham.

“Aku senang sekali mendengar Noah ternyata memiliki seorang kekasih saat ini. Aku pikir dia akan terus menjadi anak yang seperti itu.”

“Anak yang ... ‘seperti itu’?” tanya Sun, menekankan kalimat yang sedikit ambigu, “apa maksudnya itu, Nyonya Beatrice?”

“Ah ... dulu ketika bersekolah di tempat ini, Noah adalah anak yang sangat pendiam. Dia tidak memiliki banyak teman atau memang sengaja tidak mau punya teman, yang jelas dia selalu terlihat sendiri dan tidak memiliki daya tarik pada hal apapun di sekolah ini.”

Sun tidak menyangka dia akan mendapat informasi tambahan secara cuma-cuma. Padahal niat awalnya datang bukan untuk mengetahui seperti apa Noah ketika masih bersekolah, melainkan mencari tahu jika saja ada informasi mengenai orang-orang dari masa lalu Noah yang berhubungan dengan keluarganya. Tapi karena apa yang dia dengar ini bukanlah informasi yang terlalu tak perlu dia dengar, maka Sun akan luangkan sedikit waktunya untuk mendengarnya.

“Apa Noah tidak mengikuti organisasi kesiswaan atau klub kegiatan?” Sun bertanya, seperti ia mulai tertarik dengan topik yang dibahas.

“Tidak, sama sekali. Meskipun mengikuti kegiatan klub adalah hal yang diwajibkan bagi seluruh siswa, tapi Noah sama sekali tidak memiliki ketertarikan dengan hal-hal semacam itu. Dia hanya duduk, belajar, dan pulang.” Ah ... Sun paham. Dia sudah salah kalau berharap Noah di sekolah akan berbeda dengan dirinya yang sekarang. Mereka masihlah Noah yang sama, tidak ada yang berubah sejak dulu.

“Karena itu, aku senang mengetahui ternyata Noah memiliki rasa ketertarikan terhadap wanita. Aku pikir dia tidak punya yang semacam itu, hahaha.” Beatrice tertawa. Meski candaannya tak terdengar lucu bagi Sun, tapi untuk menghargainya, gadis itu tetap teertawa sumbang. “Nona Sun, aku penasaran tentang kabarnya saat ini. Dia memang menutup diri dari siapapun termasuk gurunya, aku akan mewajarkannya kalau dia tidak pernah datang mengunjungi kami. Tapi, aku ingin tahu kabarnya, seperti ... bagaimana rupanya yang sekarang?”

Sun lagi-lagi dibuat bungkam dan tak mampu menjawab lantang. Alisnya landai membentuk raut kebingungan. Harus dengan kalimat apa dia menjawab pertanyaan itu? Dia harus menjawabnya dengan baik agar semua ini terlihat natural, kan?”

“Dia masih menjadi Noah yang tampan dan dingin, Nyonya Beatrice,” ungkap Sun, berharap semoga jawabannya dapat diterima. Beatrice terdiam, tampaknya sedang menimbang-nimbang apakah akan percaya pada jawaban Sun atau tidak.

Tapi pada akhirnya, Sun berhasil. “Iya ... wajah tampan dan aura dinginnya itu adalah dambaan para gadis di sini. Sayangnya, dia tidak memiliki ketertarikan untuk meladeni gadis-gadis yang mengejarnya.”

“Haha ... iya.” Sun mengalihkan wajahnya dan tatapan yang mungkin akan membuat Beatrice curiga jika melihatnya. Wanita tua itu lalu meminum teh yang disajikan sebelum melanjutkan pertanyaannya.

“Lalu ... apa pekerjaannya saat ini?” Sun berhenti bergerak ketika ujung cangkir itu menyentuh bibirnya. Dia membatu beberapa saat sebelum kemudian meletakkan kembali cangkir tehnya. Ah, dia lelah dihadapkan dengan situasi di mana dia tidak bisa menjawab jujur dan harus merancang kebohongan. Itu membuatnya tidak tenang.

Sun berpikir, mengarang sebuah kebohongan memang merepotkan. Tapi tidak mungkin juga bagi Sun untuk berkata jujur kepada Beatrice kalau Noah Bellion yang dulu duduk manis di kelasnya sebagai murid yang tenang dan enak dipandang, ternyata tumbuh menjadi seorang mafia kejam yang terkenal sedaratan New Orleans. Sun tidak mau ambil risiko kalau saja wanita tua di hadapannya ini ternyata memiliki penyakit jantung.

Ya ... mau bagaimana lagi? Sun memang harus berbohong lagi kali ini. “Dia menjadi pebisnis, Nyonya. Dia menjalankan bisnis keluarganya bersama ayahnya.”

“Ah ... pebisnis! Aku tidak heran karena Noah adalah murid yang sangat pintar.” Beatrice menanggapi, dia terlihat bangga lewat tawanya. Sun pun ikut tertawa dan bernapas lega setelah kebohongannya bisa diterima. Tapi itu tak berlangsung lama sampai Beatrice kembali memberinya sebuah pertanyaan, “Tapi, bukankah Noah itu anak yatim piatu?”

“Uhuk!” Pertanyaan yang membuat Sun seketika tersedak tehnya.

“Nona Sun! Kau baik-baik saja? Astaga ...,” ucap Beatrice dengan nada cemas sembari berusaha menepuk pelan punggung Sun beberapa kali. “Maafkan aku, Nona, aku tidak tahu ucapanku akan membuatmu terkejut.”

“Tidak ma-salah, Nyo-nya. A-ku ha-nya terse-dak,” ujar Sun terbata-bata. Inilah alasan Sun tidak suka berbohong terlalu banyak. Selain karena itu merepotkan, hukuman yang datang juga bisa saja tiba-tiba dan langsung diberikan. Seperti saat ini.

Butuh beberapa saat sampai Sun bisa meredakan sesaknya setelah tersedak. Setelah itu, tidak ada percakapan antar keduanya sampai Sun menyambungnya.  “Maksud ucapanku tadi, Noah melanjutkan bisnis dari ayah angkatnya.” Sun sedikit melirik Beatrice, berharap semoga yang dia ucap kali ini tak menimbulkan kecurigaan apapun.

“Ah ... jadi rumor yang mengatakan dia akan diadopsi itu benar, ya?”

Seharusnya Sun mempertimbangkan bahwa Noah bisa saja belum diadopsi oleh William saat itu, sehingga dirinya tidak akan terlalu percaya diri dan berkata kalau Noah menjalankan bisnis keluarganya. Untunglah dirinya memiliki alasan untuk menambal kecurigaan itu, dan sepertinya Beatrice percaya apa yang dia katakan.

“Iya ... dia sudah diadopsi dan hidup dengan keluarga barunya.”

“Apakah nama orang yang baik itu adalah Tobias Wright?” tanya Beatrice dan Sun terdiam bingung. Dia baru pertama kali mendengar nama itu dan tidak tahu siapa dia sebenarnya. Untuk kali ini, sepertinya Sun tidak perlu untuk berbohong.

“Tobias Wright?”

“Iya. Apa nama ayah Noah saat ini adalah Tobias Wright?”

“Bu-bukan dia, Nyonya. Tapi siapa Tobias Wright itu?” tanya Sun yang benar-benar tak tahu siapa itu Tobias dan apa hubungannya dengan Noah. Sun jadi berpikir kalau orang bernama Tobias itu bisa menjadi kunci dari pertanyaannya dan menjadi akhir dari tujuannya. Sun berharap jika orang bernama Tobias itu adalah sosok yang berhubungan dengan masa lalu Noah ketika ia masih menjadi anak dari pebisnis besar.

 “Tobias Wright adalah orang yang membayar biaya sekolah Noah di tempat ini selama tiga tahun penuh, dia juga yang mendaftarkan Noah di tempat ini atas namanya, bukan nama pihak panti asuhan tempat Noah menetap.”

Itu dia! Itu adalah hal yang Sun inginkan.

Jika saja saat itu Noah memang belum diadopsi oleh William, itu berarti Noah masih berhubungan dengan orang-orang dari keluarganya di New York. Bisa saja Tobias Wright itu adalah salah satu pelayannya atau orang kepercayaan ayah Noah untuk mengurus Noah di Louisiana. Atau bahkan bisa saja Tobias Wright adalah anak buah kepercayaan Noah dari dulu hingga sekarang.

Dengan begini Sun bisa lebih mudah mencari tahu masalah apa yang ayahnya miliki dengan Noah, kan?

Tapi masalahnya ... baik Sun maupun Beatrice, tidak tahu siapa itu Tobias Wright. “Aku pikir karena dialah yang membayar biaya sekolah, mungkin dia yang akan menjadi ayah angkat Noah.”

“Jadi ... kau tidak tahu siapa itu Tobias Wright, Nyonya Beatrice?”

“Sayang sekali, aku tidak tahu,” jawab Beatrice dengan wajah lesu.

Beatrice membiarkan Sun yang sibuk memikirkan urusannya. Gadis itu sedang memikirkan cara untuk bisa menemui orang bernama Tobias Wright itu. Untuk saat ini, Sun hanya bisa berharap pada orang itu untuk menjawab semua rasa ingin tahunya dan membantu Sun mencapai tujuannya.

Tapi melihat wajah Beatrice, tampaknya wanita itu benar-benar tidak tahu siapa Tobias Wright. Kalau begitu, urusannya cukup sampai di sini, kan?

“Baiklah kalau begitu, aku akan pamit, Nyonya Beatrice.” Sun mengangkat bokongnya, bersiap untuk pergi dari sana. Tidak masalah jika dia tidak bisa mendapat informasi tentang Tobias Wright hari ini, yang penting dia sudah menggenggam tali utama dari tujuannya berkunjung ke tempat ini.

Beatrice ikut berdiri mendengar ucapan tamunya yang akan pergi. “Maaf aku tidak bisa membantu banyak, Nona Sun,” ujarnya, masih menyesal padahal dia sudah sangat membantu Sun, pikir gadis itu.

“Tidak masalah, Nyonya. Aku sudah sangat terbantu dengan informasi yang kau berikan padaku hari ini.”

“Aku harap aku punya satu orang lagi yang bisa ku percaya untuk membantumu.”

“Aku akan sangat terbantu, Nyonya. Tapi yang kau lakukan sudah sangat cukup, terima kasih banyak.” Sun tersenyum hangat, berharap Beatrice akan berhenti merasa bersalah meski informasi yang diberikannya tak cukup untuk memuaskan rasa penasaran Sun. “Kalau begitu, aku pamit, Nyonya. Terima kasih untuk waktu yang kau berikan hari ini.”

“Sama-sama. Hati-hati di jalan, Nona Sun. Dan aku harap hubunganmu dengan Noah terus lancar sampai menuju bahagia,” ujar Beatrice mengiringi langkah Sun. Gadis dengan surai pirang yang dikepang dua ke bawah itu tersenyum manis, meski dia tidak berharap kalimat terakhir tadi akan terucap.

Sun berjalan menuju pintu. Dia benar-benar akan keluar, sampai suara Beatrice menginterupsinya. “Nona Sun!” panggil wanita itu dengan lantang dan tiba-tiba, Sun terkejut sedikit sebelum mengalihkan wajahnya. “Aku ingat siapa yang bisa kau jadikan informan barumu setelah aku, barangkali dia tahu sesuatu tentang lelaki bernama Tobias Wright.”

Kedua netra Sun membulat dengan antusias tinggi.  Dia segera berbalik dan kembali duduk menghadap Beatrice. “Aku akan sangat terbantu, Nyonya. Boleh aku tahu siapa dia?” ucap Sun dengan raut muka gembira.

“Dia adalah satu-satunya teman wanita Noah di sekolah ini.”

“Ah ... temannya ...,” gumam Sun, menganggap itu hal lumrah sebelum dia sadari satu kata terlewat yang langsung membuatnya mendelik.

Teman wanita?

Sun sempat terdiam dengan mata membesar sebelum dia ingat, tidak ada waktu untuk mengurus itu!

“Iya, dia gadis yang berada di satu panti asuhan yang sama dengan Noah. Dan katanya dulu Noah tidak mau bersekolah di sini karena gadis itu tidak ada di sini. Karena itu, lelaki bernama Tobias Wright itu menyekolahkan dirinya juga di tempat ini.”

“Ah begitu ...,” ucap Sun sembari mengangguk-angguk. “Lalu, siapa nama gadis itu, Nyonya?”

“Namanya Joana Clarke.”

-Bersambung-

Related chapters

  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 16 : Beast Out

    Dua hari setelah perintah dikeluarkan, hari di mana Noah akan melakukan apa yang diinginkan William akhirnya tiba. Setelah mengumpulkan informasi dan menyusun rencana, Noah akhirnya bertandang ke markas untuk sebuah hubungan aliansi. Atau lebih tepatnya, untuk mendapatkan kepemimpinan atas kelompok Yellow Crowl. Menurut informasi yang didapat Adam, markas utama Yellow Crowl berada di daerah Cameron, bagian dari Area Statistik Metropolitan Danau Charles.Noah datang seorang diri, dia tidak datang dengan satu pun anggota Little Boy, apalagi bersama Draven. Dia pikir lelaki berewok itu pasti amat tertohok dengan ucapan Noah dua hari lalu,

    Last Updated : 2024-10-29
  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 17 : Something Hidden Between Us

    “Noah?” Sun sangat terkejut. Rupanya dia tidak salah lihat, orang yang di hadapannya ini benar-benar Noah Bellion. Orang yang sejak tadi sempoyongan dan terus dia perhatikan dari jauh. Keputusan Sun untuk mendekat ternyata sangat tepat, karena orang yang hampir limbung barusan itu adalah orang yang sangat dia kenal. “Sun ...,” ujar Noah yang juga terkejut karena tidak menyangka dirinya akan bertemu Sun di tempat ini, dan dengan keadaannya yang seperti ini. Ketimbang rasa terkejutnya, Noah rasa Sun yang paling kaget di sini karena ini a

    Last Updated : 2024-10-29
  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 18 : Someone You Knew [Flashback]

    Sun hari itu benar-benar bungkam tentang apa yang sebenarnya dia lakukan di sekitar taman kota sampai pada akhirnya dia bertemu dengan Noah sore itu. Dia hanya mengatakan kalau dirinya sedang jalan-jalan santai sembari menikmati waktu sendirinya. Itu alasan yang klasik, kendati demikian, Noah tidak akan menaruh rasa curiga yang berlebihan kepadanya karena itu adalah hal yang wajar dilakukan setiap orang di taman kota. Sun menyembunyikan kebenarannya, kalau sesungguhnya saat itu dia bertemu dengan Joana Clarke .... Sekitar jam sembilan pagi, Sun keluar dari mansion tanpa seorang pun yang tahu kecuali Lucy. Wanita itu datang ke kamar Sun sehari sebelumnya, menanyakan hasil pertemuannya dengan Beatrice dan kemudian Sun menceritakan semuanya termasuk dengan rencananya untuk menemui wanita bernama Joana. Lucy tidak ikut campur, dia biarkan Sun pergi menemui Joana pagi itu. Sun datang seorang diri ke taman kota. Menurut informasi yang dia dapatkan d

    Last Updated : 2024-10-29
  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 19 : If Only

    Sun selesai membersihkan dirinya. Dia merasa sangat gerah setelah menghabiskan seharian di luar dan belum mandi sejak kedatangannya ke apartemen Noah. Sun tidak mau mengganggu waktu istirahat Noah, dia melakukan semuanya dengan sangat hati-hati agar tak menimbulkan suara. Dari makannya sampai mandi.Sun tidak berganti pakaian. Dia memakai baju yang dipakainya tadi karena sekali lagi, Sun tidak mau mengganggu Noah dengan merengek dicarikan baju ganti.Rambut gadis itu masih basah, dia membawa handuk kecil ke mana-mana untuk menyerap airnya. Sun kembali ke kamar Noah untuk mengambil kardigannya, dia membutuhkan itu karena setelah mandi, dia merasa sedikit kedinginan.Tapi ketika netranya memandang Noah, dia berhenti. Sun membatalkan niatnya untuk langsung keluar setelah mengambil kardigannya yang dia letakkan di kursi yang ada di kamar itu, dan malah mendekati ranjang di mana Noah berbaring.Karena ukuran kasur yang tidak terlalu tinggi itu, kepala Sun bahk

    Last Updated : 2024-10-29
  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 20 : You, The Sweetness

    Noah membuka matanya di hari yang cerah. Kaca besar yang menjadi sekat kamarnya dan balkon luar memantulkan cahaya matahari dengan sangat baik. Noah terbangun karena sinar surya yang menggelitik matanya, itu amat terang kendati dia masih menutup matanya. Lelaki itu bangun, menarik napas kuat-kuat seakan paru-parunya sudah lama tidak terisi udara bersih. Dia merasa tubuhnya berkali-kali lebih ringan dari semalam, sepertinya dia membaik setelah ditangani dengan tepat dan dirawat dengan baik.Ketika menolehkan kepalanya ke sisi kasur yang lain, atensi Noah sepenuhnya terbangun. Dia mendapati tempat yang semalam diisi oleh kehadiran manis seorang gadis yang terlelap di sampingnya, kini kosong dan dingin.Noah langsung beranjak dari kasurnya, berjalan ke sana dan kemari. Mencari presensi sang gadis yang tak kunjung ia temui meski sudah memeriksa kamar mandi, ruang tengah sampai dapur.Ketika ia kembali ke ruang tengah, pintu apartemennya terbuka. Menampakkan sosok Su

    Last Updated : 2024-10-29
  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 21 : Guess Who Loves You

    Ada satu hal yang tidak bisa seorang Joana Clarke lewatkan setiap harinya. Hal itu adalah hal yang paling ia sukai, hal yang selalu bisa membuatnya berdebar kendati hanya memikirkannya saja. “Eliot ...!” Iya, hal itu adalah menemui Eliot, seseorang yang sangat berharga dan satu-satunya orang yang menganggapnya berharga. Joana mempercepat langkah kakinya, menghambur memeluk Eliot dengan gembira. Eliot membalasnya tak kalah erat, sembari hidung mancungnya menyerap baik-baik aroma memabukkan dari Joana. Sesaat setelah wanita itu melepas pelukannya, mereka bercumbu dengan mesra sebagai tanda cinta keduanya. “Kau tampak senang, Joana. Apa tujuanmu tercapai?” tanya Eliot setelah tautan bibir itu terlepas. Joana mengangguk penuh antusias. Membenarkan apa yang Eliot tanyakan. “Kau bahkan datang sepagi ini, sangat ingin menceritakannya padaku?” “Tidak,” jawab Joana, lalu meletakkan kepalanya ke dada bidang Eliot. Memeluk lelaki itu dengan lebih erat. “

    Last Updated : 2024-10-29
  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 22 : Undercover Face

    Noah tidak berada di New Orleans saat ini. Seperti apa yang lelaki itu katakan sebelumnya, dia benar-benar bertolak menuju tempat kelahirannya dua hari lalu. Kala itu Sun langsung di antar pulang sesaat setelah Noah selesai bersiap. Setelah mengantar Sun pun, dia langsung pergi ke bandara. Dan seperti ucapannya, dia membawa Lovana. “Dia patuh juga, padahal aku hanya bercanda saat berkata akan jadi ibunya,” gumam Sun sambil menyisir rambutnya. Dia tertawa, menganggap lucu hal yang sebelumnya tak dia pikirkan akan dilakukan oleh seorang Noah Bellion. Dia mematuhi ucapan Sun untuk membawa seorang dokter bersamanya.

    Last Updated : 2024-10-29
  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 23 : Everything I Wanted

    Setibanya di New York, Noah tak menyempatkan diri untuk pergi istirahat ke hotel atau apartemen. Dia menyerahkan urusan itu pada Lovana, sementara dirinya saat ini bersiap dengan mobilnya menuju suatu tempat. Ada hal penting yang ingin Noah lakukan di New York, tidak ada yang bisa melakukan itu kecuali dirinya. Tapi selain itu, dia juga ingin memberi salam pada yang sudah lama tak dijumpa. Noah mungkin rindu, atau mungkin hanya ingin memastikan bahwa kejayaan yang telah direnggut paksa itu tidak runtuh. Gedung hotel bintang lima dengan

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • SUN TO YOUR NIGHT   Epilog

    Sun kehilangan alas kaki entah di langkah ke berapa dalam perjalanannya untuk sampai ke tempat ini.Ia berhenti untuk sejenak mengambil napas, sembari mengedarkan pandangan dan berharap dia bisa bertemu dengan Noah.Jika laki-laki bermata abu-abu dengan rambut coklatnya itu benar-benar Noah, maka seharusnya dia tidak perlu melakukan permainan kejar-kejaran seperti ini, kan? Kenapa dia tidak langsung menemui Sun saja?Kenapa dia harus membuat Sun sampai berlari sejauh ini ke pusat desa hanya untuk menemukannya di antara banyaknya manusia?"Noah ...."Sun mengedarkan pandangannya seperti orang linglung, dia berusaha mengidentifikasi setiap wajah dan menyamakannya dengan bayangan sosok yang ada dalam ingatannya.Rambut coklat dan tubuh tinggi kurusnya, dia berjalan tegak dan dia terlihat paling bersinar dari siapa saja yang ada. Seharusnya mudah menemukan Noah di tempat ini, tapi kenapa Sun tidak bisa melakukannya? Apa karena Noah memang tidak ada?Apa Shawn salah lihat? Apakah Sun hanya

  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 90 : Jamais Vu

    Sun tidak tahu sudah berapa lama dia terduduk di bawah pohon rindang itu; dia merenung dan mengingat kembali tentang apa saja yang terjadi yang sempat ia lupakan karena insiden malam itu.Tapi yang ada, dia malah merasa menyesal dan kesal pada dirinya sendiri yang sempat hampir melupakan siapa itu Noah Bellion. Nyatanya, lelaki itu adalah orang yang membuat Sun tidak bisa hidup sedetik saja tanpa dirinya."Dasar bodoh ... bagaimana bisa kau melakukan ini pada Noah?" ujar Sun, memarahi dirinya sendiri dalam penyesalan. Ia menghapus air matanya, tapi itu tetap tidak membuat Noah muncul di hadapannya.Sun kembali bersandar dan menangis. "Kau di mana Noah ...? Kau tidak mau kembali?" ujarnya, "kenapa tidak mau kembali? Aku tidak akan marah karena kau telah berbohong. Nyonya Ash bilang kalau Eliot sudah mati, tapi kenapa kau masih tidak kembali ...?"Sun menundukkan kepala, menutup wajahnya yang pasti terlihat sangat jelek karena menangis tersedu-sedu.Saat ini dia sangat takut untuk berpr

  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 89 : Field Of Memories

    [2 BULAN KEMUDIAN]"Nona Fleurry! Nona ...!"Seorang gadis dengan rambut pirang keemasan menoleh segera ketika seseorang memanggil namanya. Rambut panjang bergelombang milik wanita itu tersapu oleh angin ladang yang bertiup sepoi-sepoi, menjadikannya bak kain tergantung yang menari dengan cantiknya."Selamat pagi Paman, ada apa?" tanya gadis itu, tersenyum ramah dengan cantiknya."Kabar baik untukmu, Nona; lima domba kita berhasil melahirkan hari ini!""Oh, benarkah? Ada berapa anak domba yang lahir?""Ada 17 anak domba, Nona! Dan mereka semua sehat!"Senyum Sun Fleurry McRay tak bisa ia tahan ketika mendengar kabar bahagia di hari yang cerah ini. Ibu domba yang ada di peternakannya berhasil melahirkan bayi domba yang sehat; mereka pasti akan jadi anak domba yang lucu dan gemuk-sehingga membuat Sun tidak sabar untuk melihatnya."Apa kau akan melihatnya sekarang, Nona?" tawaran itu jelas tidak Sun tolak; gadis itu mengangguk lalu bergegas pergi dari tengah ladang bunga matahari yang su

  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 88 : I Want To Go Home

    Seorang perawat wanita memasuki kamar rawat Sun Fleurry McRay untuk melakukan pengecekan rutin; dia memeriksa setiap aspek perawatan Sun untuk memantau perkembangan sekaligus melakukan apa yang perlu ditindak lanjut.Tak lupa ia mencatatnya di kertas yang ia bawa, tapi tiba-tiba ...JDERRR!"Ah!" Suara petir yang menggelegar membuatnya terkejut dan tak sengaja menjatuhkan pena miliknya. "Astaga, membuatku kaget saja," ujarnya, lalu memungut pena.Ia melihat ke luar dinding kaca di kamar itu; memperlihatkan langit malam yang gelap tertutup awan mendung. Sudah begitu, terdengar petir beberapa kali dan menandakan sebentar lagi akan turun hujan besar."Apa akan ada badai?" tanyanya, menatap pemandangan langit dengan raut cemas. Tapi dia tidak punya waktu untuk itu, sehingga segera ia tutup tirai ruangan itu dan melanjutkan pekerjaannya. Ia selesai mencatat perkembangan, tapi perhatiannya sejenak jatuh pada Sun yang masih terpejam dengan alat rumah sakit mengitarinya-berusaha mempertahanka

  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 87 : Till Die Do Us Apart

    Eliot terdiam, memperhatikan Noah yang berusaha berdiri tegak di atas sana. Tatapannya tajam, Eliot bisa merasakan itu; tapi tiba-tiba Noah tersenyum tipis dan berkata, "Atau jika kau ingin sekali bertemu dengan Joanne? Aku akan dengan senang hati mengantar?"Eliot tertawa; meski ia kesal luar biasa. Noah masih menantangnya dengan angkuh padahal lelaki itu terlihat akan mati sebentar lagi.Sebagian wajahnya ditutupi darahnya sendiri, kemeja putihnya lusuh dan ada banyak noda darah; pakaiannya compang-camping memperlihatkan sebanyak apa luka yang dia dapatkan. Dan yang lebih seru adalah ... tangannya yang erat memegang pistol rusak itu, sepertinya patah.Noah melihat ke arah pandang Eliot, dan ya-dia juga sadar apa yang terjadi pada tangan kanannya saat ini. Ia melempar pistolnya yang sudah rusak karena tertimpa reruntuhan, lalu kembali menatap Eliot dan berkata, "Ayo selesaikan ini ...."Eliot menahan tawa, sembari membuka telapak tangannya menghadap Noah; ia bermaksud menolak. "Kau y

  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 86 : Let's Die Together

    "Akh!"Noah tersungkur, tapi rentetan peluru tak berhenti sehingga ia terpaksa merangkak dengan rasa sakitnya menuju ke tempat yang bisa melindunginya.Ia menarik kekinya yang seakan mati rasa untuk sejenak, dan menyadari peluru Eliot berhasil menyayat pergelangan kakinya lumayan dalam."Sial!" ujarnya, mengernyitkan kening tajam sembari merobek sebagian celananya untuk menghentikan pendarahan. Perjalanan masih jauh, dia tidak boleh lemas karena kehabisan darah untuk luka kecil seperti ini.Sementara dirinya sudah lusuh dan berdarah, Eliot masih berdiri di tempatnya seolah tak tersentuh. Jika saja Eliot hanya membawa satu pistol, pasti Noah bisa mengimbangi permainannya. Tapi bahkan dia memiliki pistol lain setelah dua pistolnya kehabisan amunisi.Noah berusaha mengatur napas sembari mendengarkan Eliot."Kau tahu, setelan yang aku pakai malam ini adalah hadiah dari kekasihku. Dia memberiku benda ini sebagai hadiah. Aku tidak suka, aku sempat membuangnya. Tapi kemudian aku ingat; kalau

  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 85 : To The Last Page

    Noah berjalan menyusuri tangga beton dalam bangunan tua yang mangkrak pembangunannya. Dengan langkah lesu dan raut biru, ia tidak menengadahkan wajah dan terus memperhatikan langkahnya sampai ia tiba ti tempat tujuan.Hari ini sesuai dengan perkataannya; dia akan datang menemui Eliot di mana pun lelaki itu berada. Ini tidak seperti pertemuan yang direncanakan untuk melepas rindu satu sama lain, mereka datang untuk tujuan masing-masing; membunuh satu sama lain.Tentu saja perasaan Noah tidak akan baik-baik saja. Dia meminta izin pada ibu kandung Eliot untuk membunuh anaknya, bukankah ini tragis? Ibu mana yang tidak akan terluka saat buah hatinya berada di ambang bahaya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa?"Oh, kau sudah datang, Noah ...?"Tatapan mata Noah terarah lurus ke depan; menuju tempat Eliot yang berdiri memunggunginya sembari merokok santai bersandar pada pilar tak bertembok. Dari lantai empat, angin semakin kencang bertiup; malam juga tidak terlihat cerah. Hal itu membuat

  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 84 : Am I Still A Good Boy?

    Sebuah pemakaman keluarga yang sepi, seorang lelaki datang sembari menenteng buket bunga dengan langkah yang lamban.Ketika ia tiba di depan sebuah nisan bertuliskan nama William Odolf, lantas ia meletakkan buket bunga itu dan membuka kaleng bir untuknya.Noah Bellion duduk di depan nisan, ia meminum bir kalengan yang dibawa sembari menatap dingin nisan William di hadapannya. Meski ia tampak dingin dan tak memiliki simpati, tapi jika dilihat saksama, terdapat guratan sendu di mata dinginnya yang tertunduk lesu.Noah terdengar beberapa kali menghela napas, rasanya masih belum bisa dipercaya jika William sudah tiada. Semua terjadi begitu cepat dan kacau luar biasa; bahkan Noah tak memiliki waktu untuk berbelasungkawa atas kematian ayah angkatnya ketika kekacauan lain datang dan hampir merenggut sang kekasih darinya.“Kacau sekali,” ujarnya, bermonolog, “mungkin aku tidak akan pernah hidup dengan tenang; aku sudah terlahir untuk hidup di dunia yang kacau.”Noah memikirkan kembali masa la

  • SUN TO YOUR NIGHT   Chapter 83 : Good Night, My Darling

    Sudah lebih dari seminggu lamanya Sun terbaring di ranjang rumah sakit, dan selama itu pula Noah tidak pernah absen sehari saja untuk mengunjunginya.Setelah kecelakaan itu, Sun mengalami luka yang sangat parah. Benturan di kepalanya mengakibatkan trauma yang belum bisa dideteksi oleh medis, dan beberapa tulangnya mengalami patah. Mereka bilang; Sun bisa melewati masa kritis saja merupakan suatu hal yang mengejutkan. Sebab dengan luka separah itu, jika dia mati maka bukanlah hal yang mustahil.Mereka bisa mengatakannya, maka Noah hanya akan bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan yang selama ini tak ia percaya. Noah setelah sekian lama, akhirnya kembali berdoa pada Tuhan yang lama tak dia gaungkan namanya, bahkan untung-untungan dia masih ingat nama Tuhannya. Tapi doa Noah kali ini dikabulkan; Sun berhasil melewati masa kritis. Namun, itu bukan berarti dirinya sudah bertemu jalan yang mulus.Mengingat dia memiliki trauma pada syaraf kepalanya dan medis belum bisa mendeteksi sebelum ef

DMCA.com Protection Status