Beranda / Pernikahan / SUGAR DADDY TERAKHIRKU / Extra 31 - Kau Akan Melewatkannya Lagi?

Share

Extra 31 - Kau Akan Melewatkannya Lagi?

Penulis: aisakurachan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Kau boleh mengambilnya. Itu urusanmu.” Dean menarik tangan Ash agar menjauh dari Ian. Ia tidak akan ikut campur kalau memang urusannya sudah masuk ke ranah yang sebenarnya pribadi.

“Dia memang harus bertanggung jawab untuk anaknya.” Dean masih bisa tersenyum meski tidak sesempurna biasanya, karena mengandung kejengkelan yang amat sangat untuk Ian.

“Tapi—” Ash masih tidak terima. Ia benar-benar mengkhawatirkan nasib Ian kalau ditinggalkan di sana.

“Pergi saja.” Ian menggeleng dan menyuruh Ash pergi bersama ayahnya agar tidak ada keributan besar lagi.

“Katakan saja yang sebenarnya!” Ash harus menahan diri untuk tidak menampar kepala Ian.

Ash tentu paham kenapa Ian menghentikan penjelasannya tadi. Hanya Ash tidak mengerti kenapa Ian masih merasa perlu untuk merahasiakan tentang kehamilan palsu itu setelah suasananya menjadi seperti itu.

“Tidak. Kau pergi saja, sudah cukup. Terima kasih sudah datang. Sungguh.” Ian tidak bercanda, dan ia memang benar-benar berterima kasih atas kedata
aisakurachan

Ga nyulik kok. Ngambil di depan muka bapaknya aja wkwkkw

| 12
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (14)
goodnovel comment avatar
Anggraina Puspitasari
waahhh ganti Val yg ngejar ke Inggris ntar wakakak
goodnovel comment avatar
Marlyn E. R Moning
anak bos mafia dibawa terbang sama ian wkwkwkwk
goodnovel comment avatar
Ningsih Ngara
ngakak parah , ian Ian bisa2nya buat Dean yg awalnya mau nyelamatin jdi nyulik ... tapi bukan nyulik kok ya tapi dg rela naik...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 32 - Kau Berkorban Untukku

    “Silakan.” Ian membuka pintu apartemennya, dan memberi ruang bagi Serena untuk masuk.Serena mengernyit, karena pemandangannya tidak amat indah. Ia harus melihat paling tidak tiga lembar celana tergeletak di atas sofa sebelum Ian menyambar semuanya dengan cepat.Bukan hanya celana tentu. Ada beberapa kaos yang juga harus diambilnya dari lantai, lalu kardus pizza yang seharusnya sudah menjadi penghuni tempat sampah.Apartemen itu tidak sangat buruk, hanya memang jauh kalau dibandingkan rumah Serena. Luas seluruh apartemen itu sedikit lebih kecil dari ruang tamu rumah ayahnya, dan isinya mungkin bernilai lebih murah dari satu buah lukisan yang tergantung di ruang tamu itu.“Unik.” Serena mengusap permukaan sofa sekali lagi, sebelum duduk. Tidak amat kotor sebenarnya, tapi ia meragukan kehigienisannya. Ia tidak berharap apapun, tapi punya sedikit pengalaman dari Claud tentang kamar atau tempat hunian pria.Kerapian apartemen Ian mirip dengan kamar Claud sebelum pelayan turun tangan membe

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 33 - Kau Ke Sini Untuk Apa?

    “Terima kasih. Silakan datang kembali kalau Anda menyukainya.”Mae menyerahkan uang kembalian pada pembeli sambil tersenyum ramah. Ia pembeli terakhir yang mengantri, jadi Mae bisa bernapas setelah itu.Tokonya tidak amat ramai, tapi justru karena masih jarang ada yang membeli, jantung Mae selalu berdebar keras setiap kali melayani. Khawatir melakukan kesalahan.Perkembangan tokonya masih lambat, tapi Mae maklum karena ia tidak amat konsisten mengelola. Ia masih banyak mengambil waktu libur. Apalagi kemarin ia libur cukup lama karena menemani Amy dan Ash pergi ke Paris—kurang lebih satu minggu. Toko yang sering tutup tentu tidak akan berkembang pesat.“Aku suka mocca yang ini.” Dari meja yang ada di bagian lain toko, Poppy mengangkat kuenya.Bomboloni dengan ini krim mocca yang akan menjadi menu baru di toko Mae.Setelah belajar lebih berani menghadapi mocca, Mae memutuskan untuk menambah rasa mocca untuk kuenya.“Great, aku akan mulai membuatnya besok—oh, tidak bisa. Mungkin minggu

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 34 - Kau Sudah Sinting

    “Sepuluh ribu pound… Sepuluh ribu pound…” Ian bergumam mengulang kata itu entah berapa kali, setiap kali tubuhnya naik.“Jangan menggumamkan angka! Kau membuatku kehilangan hitungan!” Ash yang hanya berjarak tidak sampai dua meter darinya mendesis galak.Jenis hukuman yang sedang mereka lakukan adalah push up, dengan Ian terus menggumamkan angka seperti itu, tentu saja hitungan Ash menjadi kacau.“Aku seharusnya tidak perlu melakukan ini,” keluh Ash, ia sedikit menyesal karena memperlambat proses perpindahan divisinya.Ia belum secara resmi melapor ke divisi yang baru, karena ingin mengambil waktu liburan kemarin, tapi karena belum melapor itu juga, Parker masih punya kekuasaan pada dirinya.Mungkin kalau ia tidak mengulur waktu—lebih cepat dua atau tiga hari saja, Ash tidak perlu menjalani hukuman yang sudah berlangsung kurang lebih tujuh jam—dengan waktu jeda hanya 20 menit tadi.“Dia menghabiskan sepuluh ribu pound untuk membeli tas! Apa kau percaya ini?!”Ian mendesis dengan wajah

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 35 - Kau Seperti Aku Dulu

    “Mereka pulang?”Serena memandang Poppy dan Gina yang keluar bersamaan setelah tergesa berpamitan. Mereka menyetop taksi yang akan membawa ke stasiun.“Ya, tapi bukan karena dirimu. Tenang saja.” Mae tersenyum dan meletakkan teh untuk Serena di meja yang tadi dipakai juga oleh Poppy dan Gina.Poppy tadi sempat meminta maaf atas penyebutan julukan Ian, karena jelas membuat Serena mengernyit. Setelah itu mereka berdua melarikan diri dengan alasan yang tepat, karena memang Poppy harus kembali ke Andover sebelum anaknya pulang dari sekolah.“Kau mantan kekasih Ian?” tanya Serena, dan tentu Mae tersedak mendengar keterusterangan yang tidak terduga itu.“Bukan, astaga!” Dengan panik, Mae mengusap bibirnya memakai apron custom bertuliskan nama toko, yang memang masih menempel di tubuhnya.“Ian yang menuliskan tempat ini. Kau mengenalnya bukan?” Serena tidak merasa kalau tebakannya ngawur. Wanita yang ada di depannya cukup cantik.“Aku mengenalnya karena dia teman Ash. Aku istri Ash.” Mae me

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 36 - Kau Punya Juga?

    “Ini menyenangkan.” Mae mendesah, menikmati pijatan pada punggungnya, lalu membuka mata karena mendengar desahan yang kurang lebih sama dari meja pijat di sebelah.Serena dengan punggung dan rambut tertutup handuk menikmati kegiatan yang sama dengan Mae juga. Mereka sedang menikmati perawatan spa.“Kau menyukainya?” tanya Mae.“Ya. Ini menyenangkan.” Serena membuka matanya yang indah itu, tersenyum pada Mae.“Kau tidak pernah melakukan perawatan seperti ini sebelumnya?” Mae agak heran, karena ia tahu Serena bisa membayar biayanya. Tas yang saat ini dibawa Serena berasal dari merk yang dulu biasa diberikan Barnet untuknya sebagai hadiah. Ia tahu tas itu berharga mahal. Serena tidak miskin.“Tidak pernah, terpikirkan pun tidak. Aku tumbuh di lingkungan yang lebih banyak pria. Satu-satunya wanita yang ada di dekatku adalah ibu dan nenekku. Tapi ibuku sering sakit dan nenekku—ya dia nenek, sudah tua. Aku rasa tidak akan memikirkan aku memerlukan acara seperti ini.”Serena bercerita panjan

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 37 - Kau Akan Melakukan Apa Setelah Ini?

    “Dia pasti bahagia,” kara Serena.“Hm?” Mae kembali mengangkat timun yang sudah kembali ke mata.“Adikmu itu. Aku yakin dia bahagia karena kau begitu mencintainya.” Serena berpaling dan tersenyum. Itu adalah usahanya menghibur Mae.“Ya, ia menyebut begitu.” Mae tersenyum juga. Ia mendengar Daisy mengatakan itu paling tidak lima kali sekarang, tersebar di beberapa video peninggalannya.Secara bertahap dan pelan, Mae menonton video peninggalan Daisy, belum semua karena Mae memang tidak ingin menghabiskannya sekaligus, bahkan terkadang mengulang bagian yang memang menjadi favoritnya—seperti saat Daisy bertengkar dengan Ash atau saat ia menunjukkan koleksi buku di kamarnya, sambil menjelaskan isinya dengan detail. “Aku akan berkunjung lebih sering—mengunjungi ibuku maksudnya.” Serena tiba-tiba duduk lagi, dan terapisnya sudah menyerah untuk mencegah, menerima saja kalau kliennya yang ini kurang bisa diam dan ekspresif saat bicara.“Aku akan menjadi lebih berani menghadapinya, sepertimu.”

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 38 - Kau Itu Apa?

    “Kita sampai. Itu yang di sana.” Mae menunjuk dan menghentikan mobilnya sedikit jauh dari restoran yang menjadi tempat janji bertemu dengan Ash dan Ian. Tempat parkir yang ada di depan restoran itu sudah penuh. “Kecil.”Serena bergumam pelan saat mereka berjalan menuju restoran itu, tapi Mae mendengarnya. Restoran yang mereka datangi tidak kecil kalau menurut Mae. Cukup lumayan, memang tidak yang sangat terkenal—karena hampir mustahil bisa memesan tempat dengan mendadak, tapi tidak buruk. Mae beberapa kali makan disana saat pulang dari toko bersama Ash, karena memang searah dengan rumah mereka di Reading.“Serena, kau tinggal dimana? Bukan di London aku rasa.” tanya Mae, mulai ingin tahu latar belakangnya lebih jauh. Sejak tadi mereka banyak bicara, tapi Mae hanya punya gambaran kalau Serena kaya—belum tahu seberapa kaya, sampai merasa restoran itu kecil.“Bukan, aku tinggal di Nieve, Italia.” Serena mengangguk.“Hoo… aku pernah mendengarnya. Itu desa yang indah bukan?” Mae lupa men

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 39 - Kau Akan Membantuku Bukan?

    “Aku harus bertanya dulu? Apa yang aku tawarkan tapi?”Ian bergumam amat pelan. Suaranya semakin lirih, seiring rasa percaya dirinya yang tergerus. Ia merasa tidak punya apa pun yang akan ditawarkan untuk Serena.“Aku rasa ia tidak akan peduli kau miskin atau tidak. Dia punya terlalu banyak uang untuk peduli tentang hal seperti itu.” Ash membelokkan kemudi. Sebentar lagi mereka akan sampai di restoran.“Justru itu. Aku tidak tahu harus menarik perhatiannya dengan apa. Yang paling mudah menarik perhatian perempuan biasanya uang.”Ian biasanya tidak pernah merasa perlu memamerkan berapa uang yang dimilikinya kepada wanita manapun, karena ia tidak peduli apakah wanita yang bersamanya tertarik atau tidak pada kehidupannya. Biasanya asalkan mereka tidur bersama maka sudah cukup. Ian justru akan lebih cepat meninggalkan wanita yang mulai tertarik pada kehidupannya dan bertanya-tanya tentang apa pekerjaannya. Pekerjaannya sebagai tentara mudah dikatakan, tapi pekerjaannya sebagai anggota p

Bab terbaru

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 65 - Kau Ada di Tempat Sempurna

    “Di sini saja, lebih teduh.” Rowena menunjuk kursi di sebelahnya. Dean juga mengangguk setuju.Seluruh plot kursi taman itu sebenarnya ada di bawah pohon paling besar yang ada di taman rumah, tapi karena posisi matahari, ada bagian yang masih tersiram cahaya.Mae sebenarnya tidak keberatan mendapat siraman matahari setelah beberapa hari berada di rumah sakit, tapi ia masih ingat bagaimana nasib orang yang kali terakhir berdebat dengan Rowena—diusir, karenanya sekarang Mae memilih menurut dan duduk dengan manis di sampingnya.“Kau sudah tidak sakit?” tanya Amy yang sudah duduk dan kini menyerahkan satu cookies dari meja. Bukan buatan Mae tapi. Ia belum boleh mendekati dapur—atau melakukan apapun.“Tentu saja. Dokter tidak mungkin mengizinkan aku pulang kalau belum.” Mae melirik Ash yang juga sudah duduk di sampingnya. Orang yang tidak mungkin mengizinkan Mae pulang sebelum dokter memastikan tidak ada yang salah dari tubuhnya.Untung saja Mae kemarin berhasil membuat dokter itu merahasia

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 64 - Kau yang Salah

    “Mae? Ada apa?”Jeritan itu tentu saja menarik perhatian Rowena, dan juga beberapa orang tamu yang bersamanya. “Mae, hentikan!” Rowena menyambar kran wastafel dan mematikannya. Ia lalu menyambar tisu dapur dan mengulurkannya untuk wanita yang kini tersedak dan terbatuk itu.“Lady Jane? Apa Anda baik-baik saja?” tanya Rowena, sambil membantu mengusap air dari wajahnya.Mae yang masih berdiri di situ sedikit menjauh. Mengeluh saat mendengar Rowena memanggilnya lady. Itu berarti Jane ini berasal dari kalangan bangsawan yang sama dengan Rowena. Ia menyombong karena tahu kedudukannya kurang lebih sama dengan Rowena.“Tidak! Wanita ini menyerangku!” Jane menuding ke arah Mae, segera begitu batuknya terhenti.“Mae? Apa—”“Pelayan ini kurang ajar. Kau harus memberinya pelajaran etika!” Jane mengadu tanpa memberi kesempatan Rowena untuk bertanya pada Mae.“Siapa? Pelayan yang mana?” Rowena bingung memandang sekitar, mengira ada orang lain yang terlibat.“Ini!” Jane menuding Mae dengan lebih je

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 63 - Kau Tidak Sopan

    “Aku saja yang membawa.” Mae mengambil alih piring besar berisi potongan kue yang sudah diatur rapi olehnya dari tangan pelayan. Ini karena memang jumlah orang yang membawa kurang. Mae membantu agar pekerjaan mereka cepat selesaiAcara makan sudah dimulai sejak dua jam lalu, dan kini saatnya dessert yang dihidangkan. Semua tamu ribut bicara dan menertawakan entah apa. Mereka sudah tidak lagi duduk, tapi berdiri berkelompok masing-masing. Beberapa mengerumuni Rowena sebagai tuan rumah untuk berterima kasih.“Mae.” Rowena menghentikan langkah Mae dengan meraih lengannya saat ia lewat untuk kembali ke dapur.“Kau tidak perlu bekerja lagi.” Kalimat Rowena itu terdengar seperti kalimat pemecatan, tapi Mae sudah menghapal kalau tujuan Rowena bukan itu. “Kau tidak terlihat baik-baik saja.”Kalimat Rowena yang menyusul berikut menjelaskan niatnya dengan lebih baik. Rowena sedang mengkhawatirkan keadaan Mae.“Ya, setelah ini aku akan beristirahat.” Mae tersenyum menenangkan, lalu meneruskan l

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 62 - Kau Disini?

    “Karena itu kalian bisa melapor pada—Oh? Sir.” Louis mengangguk saat melihat Ash mendekat.Tapi ia paham kenapa dan langsung bergeser, memperlihatkan sosok yang berdiri di sampingnya, lalu melanjutkan briefing. Tidak berkomentar saat Ash menarik kerah jas Ian, yang tentu saja sedang tersenyum lebar.“What the fuck are you doing here?” geram Ash, setelah mereka sampai di taman yang sepi, tidak termasuk area yang dipakai untuk menjamu tamu.“Tolonglah jangan banyak mengumpat. Untung saja tidak ada toples di sini—Oh, apa aku perlu menghitung berapa umpatan yang kau ucapkan? Jadi bisa membayar nanti?” Ian menepuk bahu Ash perlahan, menangkan sekaligus menikmati reaksinya. Ian memang sengaja tidak mengatakan apapun agar bisa menikmati reaksi itu.“Apa yang kau lakukan di sini?!” Ash mendesis sambil menatap Ian dari atas sampai ke bawah. Jas itu sangat baru, juga pin yang tersemat di dadanya—menandakan ia anggota RaSp.“Apa kau menyamar? Ada pekerjaan yang membuatmu harus menyamar di sini?

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 61 - Kau Juga Melihatnya?

    “Itu cara berpamitan yang unik.”Mae menggelengkan kepala dan tertawa. Sejenak meninggalkan spuit yang dipakainya untuk menghias cupcake untuk menatap Ash.Ia baru saja menceritakan keributan yang terjadi malam kemarin saat ayah Serena datang menjemput. Ash baru bisa menceritakannya sekarang, karena kesibukan Mae memang hampir tanpa henti. Tamu yang dimaksud Rowena tidak hanya berlangsung sehari, tapi datang bergilir selama dua hari ini. Ia menjamu para istri dari orang-orang berpengaruh yang kemarin mendukung dan berkontribusi pada kemenangan Dean. Sedikit membalas budi.Karenanya Mae juga memperlakukan pekerjaan itu dengan lebih serius. Ia tidak boleh mengacau.“Unik, tapi yang pasti aku bersyukur dia sudah kembali. Aku lelah dengan drama gila mereka.” Ash menghela napas sambil mengulurkan tangan—berusaha mencolek krim berwarna hijau yang disiapkan Mae.Tentu saja Mae mencekal lengan itu. Mae tidak mungkin mengizinkan ada yang menyentuh adonannya dengan tangan yang tidak jelas keber

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 60 - Kau Akan Selalu Menjadi Tuan Putri

    “Serena?”Ian menggoyangkan bahu Serena, cukup keras, dan masih tidak bergerak. Ian berencana memakai ponsel untuk menyuarakan alarm, tapi sepertinya percuma.Suara bentakan yang dikeluarkan Val tadi kerasnya melebihi alarm dan tidak mengganggu Serena. “Tuan Putri!”Ian akhirnya berseru agak keras dan mengguncang kedua bahu Serena. Baru setelahnya mendapat respon.“Lima menit lagi, Mom.” Gumaman yang kurang lebih menjelaskan kalau ia masih bermimpi.“I'm not your Mom, so please wake up. She's waiting for you.” (Aku bukan ibumu, jadi bangunlah. Dia menunggumu)Ian berbisik di telinganya, hampir tidak bisa menahan tawa saat melihat bagaimana mata Serena membuka lebar dengan tiba-tiba. Ia langsung berbalik mencari siapa yang berbicara padanya, dan menemukan Ian berbaring di sampingnya sambil menopang kepala menahan tawa.“Bangun tidur pun kau tampak mempesona, Tuan Putri. Hamba puas melihatnya,” kata Ian.“Just cut the crap! Apa maksudmu Ibuku menunggu?” Informasi itu masih diingat ole

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 59 - Kau Tidak Bisa Membunuhku

    “Miss, ada tamu untuk Anda.” Louis dengan sopan mengetuk pintu kamar Serena.“Lebih keras lagi. Dia tidak akan terbangun kalau kau mengetuk selembut itu.” Val menyarankan karena tahu kebiasaan Serena. Biasanya hanya gempa yang bisa membangunkannyaLouis mengangguk dan mengetuk lebih keras lagi. “Miss?” Pintu itu terbuka, tapi yang muncul adalah Ian. “Kau mau apa?” Ian separuh membentak dengan wajah jengkel.Tapi hanya bertahan satu detik, karena wajah itu terhantam oleh kepalan tangan Val setelahnya. Ian tidak mungkin menghindar dan nyaris terpelanting.Dengan gerakan yang terlatih, Ian langsung menegakkan tubuh dan melayangkan tendangan balasan pada siapapun yang menyerangnya. Tapi kakinya berhasil ditepis dan saat itu Ian akhirnya melihat mata amat biru yang sekarang menjadi mimpi buruknya.“Oh, shit!” makinya, sambil menurunkan tangan—membatalkan serangan, tapi tetap waspada dan bergerak menghindar saat Val menggembor marah dan melayangkan pukulan lain.“Dasar setan!” Val berseru d

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 58 - Kau Datang Sekarang?

    “Aku bilang jangan berpikir ke arah sana!” sergah Serena, sambil mengibaskan rambut dan tengkuknya kembali tertutup.“Oh…” Ian tentu saja kecewa, tapi tidak bisa lama. Saat Serena mengangkat sepuluh jarinya, ia langsung paham masalahnya apa. “Kau tidak bisa membukanya.” Serena berbalik sambil mengangguk. Masih ada sisa pink di wajahnya tapi tidak lagi amat merah. “Aku tidak bisa memaksa membuka ini. Aku perlu sembuh cepat. Harus latihan.” Serena menunjukkan perbannya lagi. Ia bisa memaksakan untuk membuka perban itu, tapi khawatir akan memperburuk lukanya. Serena membutuhkan tangan itu untuk berlatih sebentar lagi.“Seharusnya kau mengatakannya sejak tadi. Aku akan membantu. Ini mudah.” Ian memutar tangannya. Isyarat agar Serena kembali berbalik memunggunginya.“Aku akan meminta bantuan Mae kalau dia tidak sibuk!” cetus Serena. Masih ingin menegaskan kalau Ian adalah pilihan terakhir.“Itu tidak akan seru. Seharusnya kau langsung datang padaku. Masalahnya akan cepat selesai.” Ian te

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 57 - Kau Jangan Berpikir yang Aneh

    “Kenapa susah sekali!” Serena mengeluh karena jarinya tidak bisa menyentuh zipper yang sebenarnya mudah.Kalau bisa melepaskan kuncian, Serena bisa mendorong turun, tapi gerakan sederhana itu sangat membutuhkan jari. Serena menghela napas. Menyerah, ia memerlukan bantuan.Serena bisa saja melewatkan mandi, tapi tetap ingin mengganti baju. Ia sudah memakainya seharian berkeliling.Serena keluar dari kamar—mencari Mae, tapi belum sampai di kamarnya, Serena sudah melihat Mae berlari kecil ke arah dapur. Serena mengintip, dan terlihat Mae—dibantu beberapa orang pelayan yang memang bekerja di rumah itu sedang sibuk menyiapkan kue.Mae tadi hanya keluar sebentar, kini melanjutkan pekerjaannya menggiling adonan croissant berwarna merah yang harus dilipat berulang kali. Bukan saat yang tepat untuk meminta bantuan, karena Serena perlu membawa Mae ke kamar. Tidak mungkin ia membuka bajunya di dapur.“Ian ada di sana—belum pulang. Menerima panggilan.”Ash yang berusaha membantu Mae—dengan menga

DMCA.com Protection Status