Share

56. Pria pertama

Author: KINOSANN
last update Last Updated: 2022-06-14 21:13:04

Devan segera mengurus berkas pernikahan tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Berlin maupun kedua orang tuanya.

Pria keras kepala itu selalu saja bersikap seenaknya, tanpa mendengarkan pendapat orang lain.

"Devan, kau tidak serius dengan perkataanmu tadi, kan?" tanya Berlin takut-takut.

"Kenapa? Kau tidak ingin menikah denganku?" ketus Devan.

"Bukan begitu ... aku— em, bukankah seharusnya kau mengenalkanku dulu pada keluargamu?" tanya Berlin.

"Kau sudah lihat ibuku tadi, kan? Nanti akan kuperlihatkan foto ayahku!" cetus Devan.

"Bukan itu maksudku ...."

"Lalu?"

"Pernikahan bukan hal yang mudah, Devan. Aku masih muda dan ... masih banyak hal yang ingin kulakukan. Aku tidak ingin menikah muda dan memiliki anak dalam waktu dekat," ungkap Berlin lirih.

"Intinya ... kau tidak mau menikah denganku? Begitu?" sungut Devan.

"Bukan begitu—"

"Aku mengerti. Aku tidak akan memaksa," potong Devan cepat.

Pria itu beranjak menuju pintu dan meninggalkan Berlin di dalam kamar. "Kenapa sulit seka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   57. Kehilangan kesucian

    Berlin meringkuk di sebuah kamar hotel gelap dengan tubuh yang sudah bertelanjang bulat.Gadis itu menangis sesenggukan di sudut kamar dengan tubuh gemetar ketakutan.Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Pintu kamar hotel pun terbuka dan seorang pria muncul dari balik pintu.Karena pencahayaan yang minim, gadis itu tak dapat melihat dengan jelas siapa sosok pria yang masuk ke dalam kamar yang ditempatinya.Saat itu usia Berlin masih delapan belas tahun. Di usia yang masih begitu belia, gadis itu sudah memberanikan diri terjun ke dunia malam dan akan menyerahkan tubuhnya pada seorang pria yang masuk ke dalam kamarnya malam itu.Gadis itu makin ketakutan saat seorang pria muncul dan mulai membuka pakaian."Apa yang kau lakukan di sana?" tanya pria itu dengan galaknya.Berlin masih meringkuk di pojokan kamar sembari meremas selimut yang menutupi tubuhnya."Kemari atau aku akan menyeretmu!" sentak sang pria.Wajar jika gadis itu ketakutan, karena ini pertama kalinya Berlin bertela

    Last Updated : 2022-06-16
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   58. Mencari identitas

    "Nona, bisa aku berbicara sebentar?" tanya Vernon pada Berlin yang tengah membuat minuman di dapur. Pagi-pagi sekali, pria itu berkunjung ke rumah sang bos dan sengaja mencari Berlin."Kenapa?" tanya Berlin sembari menoleh ke arah Vernon yang sudah berdiri tepat di belakangnya."Kak Vernon ingin susu? Aku sedang membuat susu—""Tidak perlu menawari pria pemalas itu!" sentak Devan menyela perkataan Berlin.Devan segera merampas susu hangat di tangan Berlin dan tak rela sang kekasih membuatkan minuman untuk pria lain, sekalipun itu hanyalah Vernon."Pelit sekali," gerutu Vernon lirih."Kau ingin membicarakan apa? Memangnya kau ada kepentingan apa dengan Berlin?" sinis Devan."Maaf, Bos. Aku hanya ingin berbicara empat mata dengan Nona Berlin. Boleh, kan?" tanya Vernon."Tidak boleh! Bicara saja denganku!" sentak Devan."Ini berkaitan dengan Nona Berlin. Jadi, aku harus menyampaikannya pada Nona Berlin," tegas Vernon."Oh, kau sudah berani menjawabku?!" sungut Devan."Aku tidak memiliki

    Last Updated : 2022-06-18
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   59. Anak angkat

    "Aku mempunyai informasi untukmu," ujar Vernon pada Sheena melalui telepon."Informasi apa? Awas saja kalau kau hanya membawa informasi tidak berguna!" sungut Sheena."Kau harus membantuku terlebih dahulu,""Membantu apa? Kau saja tidak mengatakan apapun mengenai foto yang ditemukan oleh ibuku!" "Kau pasti penasaran siapa pemilik foto itu," cetus Vernon."Bukan orang yang kukenal, kan?" tanya Sheena mulai gusar."Mungkin kau belum pernah bertemu dengannya. Tapi ... mungkin juga kau pernah bertemu dengannya,""Apa maksudmu?" tanya Sheena bingung."Bantu aku dulu, setelah itu baru aku akan memberitahumu!" titah Vernon."Apa yang kau mau?""Carikan sisir dan sikat gigi yang digunakan oleh ibumu. Pastikan itu sikat gigi ibumu dan di sisir itu ada beberapa helai rambut ibumu!" pinta Vernon."Apa yang akan kau gunakan dengan sikat gigi ibuku?" tanya Sheena makin bingung."Lakukan saja perintahku! Kirimkan barangnya pada staffku. Aku akan mengirimkan alamatnya padamu," ujar Vernon."Jangan

    Last Updated : 2022-06-20
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   60. Perdebatan pertama

    "Vernon aneh sekali," gumam Berlin mengingat kembali sikap Vernon yang menanyakan banyak hal mencurigakan padanya."Berlin, aku akan ke dokter. Kau mau ikut?" tawar Devan sembari membuka lemari pakaiannya."Kau mau kemana, Vernon?" tanya Berlin tak sengaja salah sebut nama karena dirinya terlalu memikirkan Vernon."Apa?" Devan sontak menoleh ke arah Berlin dan menatap tajam ke arah sang kekasih."Kau menyebut nama siapa tadi?" tanya Devan dengan amarah tertahan."Apa? Menyebut nama siapa? Tentu saja aku menyebut namamu, Devan!" tukas Berlin."Telingaku masih berfungsi dengan baik! Kau menyebut nama Vernon. Iya, kan?" sentak Devan."Kenapa jadi Vernon? Aku tidak menyebut nama Vernon," kilah Berlin."Kau masih memikirkan pria itu? Kenapa Vernon begitu penasaran tentangmu? Ada hubungan apa kau dengan Vernon?" tuduh Devan mulai berpikir macam-macam pada Berlin hanya karena gadis itu tak sadar salah menyebut nama."Hubungan apa? Aku juga tidak tahu kenapa dia begitu penasaran padaku. Aku s

    Last Updated : 2022-06-21
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   61. Fakta pahit

    Tiga belas tahun lalu di panti asuhan.Devan yang tiba-tiba terbangun di panti asuhan setelah disekap beberapa hari, mau tak mau harus tinggal sementara di tempat asing yang baru pertama kali dikunjunginya."Kak, Ibu bilang Kakak akan tidur di kasurku," Seorang gadis kecil menghampiri Devan yang waktu itu masih berbadan gempal.Siapa lagi gadis kecil manis itu kalau bukan gadis yang telah menjadi kekasihnya kini, yaitu Berlin."Ibu bilang badan Kakak terlalu besar. Tidak ada lagi kasur kosong, jadi kita harus berbagi kasur," oceh Berlin kecil pada Devan yang waktu itu masih berusia remaja.Devan hanya diam saja mendengar Berlin kecil yang terus berbicara tanpa henti."Badan anak lain juga besar. Kasurnya tidak muat kalau dipakai tidur dengan Kakak. Karena hanya aku yang berbadan kecil di sini, jadi Kakak harus tidur bersamaku." Devan masih terdiam tak bereaksi.Mayat yang dilihat oleh Devan di gudang tempatnya disekap, membuat psikis pria kecil itu terguncang seketika.Darah yang berc

    Last Updated : 2022-06-22
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   62. Kencan mie kuah

    Berlin duduk termenung di kamar sembari menatap ke luar jendela yang memperlihatkan rintik hujan di sore hari.Ucapan Devan mengenai sang ibu asuh membuat pikiran Berlin berkecamuk, ingin mencari tahu apa saja yang sudah diperbuat oleh Bu Wanda di masa lalu hingga membuat dirinya terjebak di panti asuhan."Berlin, apa yang kau lakukan di sana?" tanya Devan membuyarkan lamunan Berlin mengenai Bu Wanda."Kenapa?""Kau masih saja memikirkan wanita itu? Aku tidak sedekat apa kau dengan wanita itu. Tapi melihat kau berkorban banyak—""Berkorban apa? Memangnya apa yang kau tau tentangku di panti asuhan? Kau mengawasiku selama ini?" selidik Berlin."Aku ... memang mengawasimu. Kenapa? Kau tidak terima?" cibir Devan."Dari pada kau melamun di sini, bagaimana ... kalau kita menghangatkan badan saja? Saat hujan seperti ini, lebih baik kita—""Membuat makanan hangat saja! Aku akan buatkan sesuatu untukmu!" potong Berlin cepat, sebelum Devan mengajak dirinya menghangatkan diri di ranjang."Makana

    Last Updated : 2022-06-23
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   63. Curiga

    "Ayah, Ibu kemana? Kenapa sepi sekali?" tanya Sheena pada sang ayah yang tengah menyeruput kopi panas."Hm? Ibumu? Ibu pergi ke Jerman dua hari yang lalu. Kau baru sadar?" tanya Tuan Mahesa."Ke Jerman? Untuk apa Ibu ke Jerman?" tanya Sheena.'Apa Ibu ke Jerman untuk mencari anaknya itu? Ibu ke Jerman untuk mencari pemilik foto yang ditemukan oleh Ibu?' batin Sheena menerka-nerka."Ayah juga tidak tahu. Coba kau tanyakan sendiri pada ibumu," cetus Tuan Mahesa merasa tak enak hati pada Sheena jika harus membeberkan alasan sebenarnya Nyonya Firda pergi ke Jerman."Em, kebetulan Devan juga sudah kembali ke Jerman untuk melanjutkan pengobatan. Boleh aku menyusul Devan dan Ibu?" pinta Sheena."Menyusul Devan? Untuk apa?" tanya Tuan Mahesa."Tentu saja untuk menjenguk calon suamiku," tukas Sheena."Calon suami?" cibir Tuan Mahesa."Kenapa? Ayah tidak ada masalah dengan Devan, kan?""Kau tidak curiga dengan penyakit Devan? Apa dia pernah memperlihatkan gelagat aneh padamu?" tanya Tuan Mahesa

    Last Updated : 2022-06-25
  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   64. Bromance

    "Untuk apa kau menanyakan hal aneh-aneh pada Berlin? Kau tahu sesuatu tentang Berlin?" tanya Devan pada Vernon."Kenapa? Kau penasaran apa yang temukan tentang gadismu?" cibir Vernon."Apa yang kau temukan tentang Berlin?""Cari tahu saja sendiri!" ketus Vernon."Hei, kau berani—""Aku akan profesional menyangkut pekerjaan. Tapi soal Berlin, itu adalah masalah pribadimu! Aku juga punya kehidupan pribadi yang harus kuurus! Aku juga punya rasa lelah! Aku sudah lelah menjadi kacungmu selama belasan tahun ini!" ungkap Vernon.Untuk pertama kalinya, pria yang pernah menjadi kakak angkat dari Devan itu mengutarakan isi hatinya dan rasa lelahnya menjadi babu di keluarga Devan selama bertahun-tahun."Kau sedang protes? Apa Ayah memberimu banyak pekerjaan?" tanya Devan.Setelah mengingat kembali masa lalunya yang menyakitkan bersama keluarga Devan, Vernon mendadak berubah dan ingin mengakhiri sakit hati yang dipendamnya selama ini.Melihat Berlin dan Sheena membuat dirinya teringat kembali pad

    Last Updated : 2022-06-28

Latest chapter

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   120. Hal terbaik (END)

    "Kenapa kau terus saja melamun selama beberapa hari ini? Kau sedang tidak enak badan?" tegur Devan pada Berlin.Berlin yang tengah menatap jendela dengan tatapan kosong, segera menyadarkan diri dari lamunan dan melirik Devan yang sudah duduk di sampingnya. "Tidak. Aku tidak melamun," cetus Berlin."Kau gugup?" tanya Devan lagi.Tentu saja Berlin sangat gugup menyambut hari bahagianya yang akan datang esok hari. Ya, besok dirinya akan menikah dengan Devan. Berlin akan menjadi pengantin.Devan sudah menyiapkan sebuah pesta kecil untuk Berlin, sebelum keluarga besar mereka membuatkan pesta untuk mereka. Devan sengaja ingin membuat acara sendiri yang sesuai dengan keinginannya. Meskipun pada akhirnya nanti, Devan harus menuruti keinginan kedua orang tuanya, tapi setidaknya ia juga ingin memiliki kesempatan untuk merancang acaranya sendiri. "Aku hanya menyiapkan pesta kecil yang akan dihadiri oleh keluarga inti saja. Tidak apa-apa, kan? Setelah itu, masih akan ada acara yang dibuat oleh

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   119. Rencana pernikahan

    “Ayah, ayo cepat!” Nyonya Sella menarik tangan sang suami dan hendak mengajak Tuan Wildan untuk mengunjungi keluarga Berlin, yaitu Nyonya Firda dan Tuan Mahesa. Apalagi alasan Nyonya Sella mengunjungi Nyonya Firda dan keluarga jika bukan untuk membahas tentang pernikahan Berlin serta Devan.“Kita tidak akan mengajak Devan? Ada baiknya, kita lamar dulu Berlin untuk Devan sebelum membahas tentang pernikahan seperti ini,” tukas Tuan Wildan ingin membantu sang putra melewati tahapan yang benar sebelum meresmikan hubungan dengan Berlin.Nyonya Sella tentu tidak akan melibatkan Devan. Wanita paruh baya itu tahu jika Devan hanya akan mengomel padanya jika Nyonya Sella ikut campur. Daripada mendengar penolakan Devan dan omelan putranya, lebih Nyonya Sella bertindak seorang diri dan langsung menembak orang tua Berlin.“Abaikan saja Devan! Ibu tidak ingin mendengar suara cerewet Devan,” cetus Nyonya Sella.Tuan Wildan sendiri juga hanya akan memancing keributan, jika dirinya berbicara dengan pu

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   118. Pertengkaran yang kekanakan

    Devan dan Vernon mengamati Sheena dan Berlin dari kejauhan tanpa berani mendekat. Kedua pria itu terus melirik ke arah Berlin yang mencoba mengajak Sheena berbicara baik-baik.Kedua wanita itu duduk di meja yang terdapat di pojokan cafe, sementara Devan dan Vernon duduk di bangku yang cukup jauh dari meja Berlin. "Menurutmu apa yang akan dibahas oleh Berlin dengan Sheena?" tanya Devan pada Vernon meminta pendapat."Hm? Entahlah! Mereka anak kandung dan anak angkat dari Nyonya Firda, kan? Kedua wanita itu juga memperebutkan pria yang sama, bukan? Pasti ada banyak hal yang bisa dibahas oleh Berlin dan juga Sheena," tukas Vernon."Meskipun tidak mengenal secara langsung, tapi mungkin kalau hanya sekedar nama saja, kau pasti tahu, kan? Aku Berlin. Kau Sheena, kan?" Berlin mulai membuka perbincangan ringan dengan anak angkat dari orang tua kandungnya itu.Sheena hanya diam dan menatap sinis ke arah Berlin. Pertama kali Sheena melihat Berlin adalah saat Sheena dirawat di rumah sakit, bersam

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   117. Cibiran Sheena

    "Sheena!" Lamunan Sheena pun buyar begitu suara Vernon menggema di telinganya. "Hm?" Sheena langsung mengalihkan pandangannya dari Berlin dan Devan yang berdiri tak jauh di seberang sana.Vernon melirik ke arah tempat yang dilihat oleh Sheena, dan melihat dengan jelas sosok Devan dan Berlin. "Kau ingin menyapa mantan kekasihmu dan juga saudaramu?" cibir Vernon menggoda Sheena."Cih, saudara apanya? Aku tidak kenal!" sergah Sheena tak memiliki niat sedikit pun mengenal akrab Berlin, apalagi setelah wanita itu mendapat omelan dari sang ibu.Saat ini Vernon dan Sheena tengah berkeliling di pusat perbelanjaan untuk membeli barang-barang baru bagi Sheena. Sheena kembali meninggalkan rumah dan tak jadi mengambil barangnya di rumah sang ibu, usai ia terlibat pertengkaran kecil dengan Nyonya Firda.Dengan menggunakan uang simpanan Vernon, Vernon pun berbaik hati membelikan barang kebutuhan Sheena dan akan mengajak Sheena untuk tinggal bersama dengannya."Kita pergi saja! Melihat orang-orang

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   116. Kemesraan

    Berlin, Arkan, dan Sarah pun memasuki sebuah cafe yang ada di pusat perbelanjaan. Dosen dari dua mahasiswi cantik itu menikmati es krim bersama dengan dua gadis yang bersedia menemaninya melahap makanan manis.Berlin terlihat tidak nyaman saat Arkan terus mencuri pandang ke arahnya. Gadis itu terus mengalihkan pandangan dan berharap acara makan es krim mereka segera usai. "Berlin, kudengar kau mengajukan cuti? Bukankah kau akan kembali? Kenapa kau tiba-tiba mengajukan cuti?" tanya Arkan membuka perbincangan.Berlin berhenti mengaduk mangkok es krimnya dan melirik Sarah yang terlihat tak peduli dengan suara Arkan. "Em, ada hal mendesak yang harus aku lakukan dan tidak bisa ditinggal. Jadi, aku memutuskan untuk cuti daripada kuliahku nanti terganggu," terang Berlin."Hal mendesak? Hal mendesak apa?" tanya Arkan begitu senang mencampuri urusan Berlin dan membuat Berlin risih."Em, itu ... aku ada urusan pribadi," jawab Berlin singkat tanpa memberikan penjelasan apa pun.Arkan mulia mene

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   115. Kencan bersama teman

    "Berlin, kenapa kau tiba-tiba mengambil cuti lagi? Apa terjadi sesuatu padamu?" Sarah nampak cemas saat menghubungi sang teman yang baru saja hendak kembali ke kampus, tapi mendadak Berlin justru mengajukan cuti dan menunda melanjutkan pendidikannya sampai waktu yang tidak ditentukan."Aku ... ada kepentingan mendadak. Jadi, aku ingin mengambil cuti saja," jawab Berlin tak ingin membahas tentang kehamilannya yang hampir menginjak dua bulan.Saat ini kekasih Devan itu tengah duduk di dalam kamarnya dengan bosan sembari mengangkat telepon dari sang teman. Devan sudah berangkat ke kantor, dan Berlin berada di rumah bersama dengan pelayan yang menjaganya."Benar kau baik-baik saja? Kau tidak mengalami kecelakaan atau semacamnya, kan?" tanya Sarah membuat Berlin berkeringat dingin seketika.Memang kecelakaan yang dimaksud oleh Sarah, berbeda dengan "kecelakaan" yang dialami oleh Berlin. Namun, tetap saja wanita itu memang mengalami "kecelakaan" yang membuatnya harus menunda keinginan untuk

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   114. Restu semua orang

    "Ayah, Ibu ingin berbicara sebentar!" Nyonya Sella menghampiri sang suami yang saat ini tengah sibuk membaca surat kabar sembari menyeruput kopi manis yang masih panas di tangannya.Tuan Wildan masih fokus pada surat kabarnya saat sang istri mendekat dan mengajak dirinya berbincang. "Apa? Katakan saja!" tukas Tuan Wildan.Nyonya Sella nampak tak sabar memberikan berita gembira pada sang suami mengenai kehamilan Berlin dan status mereka yang akan berubah menjadi kakek dan nenek. "Devan tidak lama lagi akan menjadi ayah!" ungkap Nyonya Sella dengan senyum sumringah.Tuan Wildan langsung menyemburkan kopinya begitu ia mendengar berita mengejutkan dari sang istri mengenai putra mereka. "Apa? Ibu tidak salah bicara, kan? Menjadi ayah apanya?" tanya Tuan Wildan dengan alis terangkat tinggi."Ayah tidak salah dengar! Memang benar kalau sebentar lagi Devan akan menjadi ayah. Pacarnya sedang hamil," jelas Nyonya Sella.Tuan Wildan memang tak mengetahui apa pun mengenai kegiatan sang putra, apa

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   113. Kepulangan Sheena

    Tok, tok! Pagi-pagi sekali, kediaman Tuan Mahesa sudah kedatangan tamu tak terduga yang berkunjung. Nyonya Firda terkejut bukan main saat ia melihat sesosok gadis yang muncul di depan pintu rumahnya. “SHEENA!” pekik Nyonya Firda kegirangan begitu ia melihat sosok sang putri yang mendadak kembali ke rumah mereka.Nyonya Firda memeluk Sheena dengan erat dan tanpa sadar, manik mata wanita paruh baya itu mulai berkaca-kaca. “Kenapa kau tidak menghubungi Ibu sama sekali? Ayah dan Ibu mencarimu ke mana-mana,” omel Nyonya Firda pada sang putri angkat.Sheena hanya diam tanpa banyak bicara. Vernon yang mengantarkan Sheena, melihat dari kejauhan saat gadis itu dipeluk erat oleh sang ibu. “Dugaan Sheena salah. Orang tua Berlin benar-benar menyayangi Sheena,” gumam Vernon. “Sheena sangat beruntung.”Nyonya Firda langsung menarik tangan Sheena untuk masuk ke dalam rumah dan memasak banyak makanan untuk sang putri. Sheena celingukan di dalam rumah, mencari sosok putri asli dari keluarga Mahesa. ‘K

  • SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE   112. Hati seorang ibu

    Devan kini tengah menemani Berlin duduk di dalam kamar, usai Nyonya Firda berpamitan untuk pulang. Devan mengambilkan minuman hangat untuk Berlin dan mencoba menghibur wanita yang baru saja bertengkar dengan ibunya itu.Berita kehamilan Berlin ternyata semakin memperburuk keadaan dan memperumit hubungan antara Berlin dan Nyonya Firda. Devan nampak bingung bagaimana ia harus menghibur sang kekasih hati, sementara dirinya sendiri juga tak cukup akur dengan sang ibu.“Minum dulu, Berlin! Kau terlalu banyak berteriak,” ujar Devan menenangkan Berlin dengan cara yang basi.Berlin meraih cangkir minuman yang ada di tangan Devan dan menyeruput minuman hangat yang kekurangan gula itu. “Kau ini membenciku, ya? Kenapa minumannya tidak terasa manis?” protes Berlin pada Devan.“Benarkah?” Devan merebut cangkir yang ada di tangan berlin, kemudian mencicipi minuman dalam gelas tersebut. “Rasanya enak. Cukup manis,” sergah Devan.“Manis apanya? Rasanya seperti teh tawar. Hambar tidak berasa,” omel Be

DMCA.com Protection Status