Setelah melangkah keluar dari kamar pria asing itu, Sinta pun langsung menyadari kalau dirinya masih berada di hotel yang sama—yang tak lain adalah milik ayahnya sendiri!Selain itu, Sinta juga baru menyadari kalau kamar yang biasanya dia tempati ternyata ada tepat di samping suite room yang ditempati pria asing tersebut.Tanpa pikir panjang lagi, Sinta pun segera masuk ke suite room miliknya, dan sosok Nadia yang sudah berada di dalam sana, tampak terkejut saat melihat Sinta yang datang dengan kondisinya yang terlihat ‘kacau’.“Nona Sinta! Apa yang terjadi? Anda dari mana saja?” tanya Nadia khawatir. Gadis berusia 26 tahun itu merupakan sekretaris dan juga orang kepercayaan Sinta.Sementara itu, Sinta sendiri adalah anak tunggal dari pernikahan pertama Rendra Pratama, yang tak lain merupakan CEO dari Syailendra Grup—salah satu perusahaan terbesar yang ada di Indonesia.Sinta yang saat ini telah berusia 28 tahun, telah menjabat sebagai salah satu Dikektur di Perusahaan ayahnya, dan di
Sosok pria tampan bertubuh tinggi tegap dengan bahunya yang lebar serta otot perutnya yang membentuk sixpack dengan sempurna, tanpa adanya timbunan lemak yang berlebih itu—terlihat berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggulnya.Tetesan air yang mengalir dari ujung rambutnya yang masih basah itu, seakan menambah aura sexy dalam dirinya—membuat gadis mana pun yang melihatnya, pasti akan tergila-gila padanya!Pria itu tak lain adalah Ethan Wijaya. Di usianya yang masih tergolong muda, 33 tahun, Ethan telah menjabat sebagai seorang CEO, dan tentu saja, ada banyak gadis di luar sana yang siap merangkak ke atas tempat tidurnya dan berharap kalau mereka bisa menjadi pendamping hidup dari CEO Diamond Corporation.Sayangnya, tidak banyak orang yang tahu, jika hati sang pria tampan yang dikenal bersifat dingin ini, rupanya sudah ada yang punya.Ah, tidak.Koreksi!Lebih tepatnya, Ethan baru saja mengalami patah hati, setelah mendapati kekasih yang sangat dicintainya
“Iya, Nona Sinta. Ada apa?” sahut Nadia, siap menerima ‘tugas lainnya’ dari atasannya itu.“Nadia, kamu sudah mengurus semua CCTV di hotel yang merekamku ‘kan?” tanya Sinta kemudian.“Iya, sudah, Nona. Saya sudah menghapusnya secara permanen untuk di data keamanan, tapi untuk berjaga-jaga dan untuk penyelidikan ke depannya, saya sudah menyalin hard copy-nya.”Sinta tersenyum puas.Seperti biasanya, Nadia selalu memberikan hasil terbaik tanpa dia suruh atau ingatkan. Sinta benar-benar beruntung memiliki sekretaris sepertinya.“Kalau begitu, aku juga ingin kamu mengurus semua video CCTV yang merekam Karla,” titah Sinta kemudian.“Karla?” Nadia terdengar sedikit terkejut dan heran di waktu bersamaan saat tiba-tiba saja atasannya itu menyebut nama adik tirinya.Tidak biasanya Sinta membahas soal Karla.“Memangnya kenapa saya harus mengurus semua rekaman CCTV Karla juga?” tanya Nadia penasaran.Dia tidak mengerti. Apa Karla juga salah satu korban?Jika ya, Nadia sempat berpikir, jika dia t
Setelah kejadian di hari itu, baik Sinta, Karla dan mama Kalina kembali melanjutkan aktivitas mereka seperti biasa. Ketiganya bersikap seolah tidak terjadi apa-apa di hari itu.Sinta pun mulai kembali disibukkan dengan segudang pekerjaannya di kantor. Menjabat sebagai salah satu Direktur di perusahaan ayahnya membuat Sinta tak dapat membuang waktunya dengan percuma.“Ini teh-nya, Nona.” Nadia meletakkan secangkir teh hangat di atas meja Sinta.“Oke, thank you.” Senyum Sinta sambil menoleh padanya sekilas, lalu kembali fokus pada tumpukan laporan yang harus dia segera periksa dan tandatangani.Nadia pun mengangguk, tapi tak kunjung bergerak dari posisinya yang berdiri di hadapan meja kerja Sinta—membuat sang bos mau tidak mau, jadi beralih menatapnya.“Ada apa, Nadia? Kamu ngapain terus berdiri di sana?” tanya Sinta sembari tersenyum. Ia sudah sangat mengenal sekretarisnya ini.Jika Nadia sudah bersikap seperti ini, pasti ada yang dikhawatirkan oleh gadis tersebut.“Anda, baik-baik saj
Di tempat lain—tepatnya di sebuah hotel, sosok Ethan terlihat melangkah keluar dari kamarnya dengan raut wajahnya yang tampak kusut.“Damn! This is getting annoying!” gerutu pria itu sambil terus berjalan cepat.Bagaimana tidak?Semenjak kejadian satu minggu yang lalu—saat di mana ia bercinta dengan seorang gadis yang dia pikir merupakan salah satu gadis sewaan, Ethan tidak bisa lagi memuaskan hasratnya!Setiap kali dia bercinta dengan wanita lain yang ditemuinya, Ethan akan selalu tiba-tiba mengingat suara serta bayangan gadis ‘perawan’ itu, tapi tidak dengan wajahnya!Hal itulah yang semakin membuat Ethan kesal.Dia mengingat semua hal yang ada pada gadis itu, entah suaranya, hangat tubuhnya dan bagaimana tubuhnya bergetar di bawah pelukannya, tapi tidak dengan wajahnya!Bukankah itu sangat menyebalkan?“Pak Ethan.”Sosok pria lainnya yang bertubuh tinggi tegap serta memiliki paras yang rupawan pun, tampak berdiri menyapa Ethan yang melangkah keluar dari lobi utama.Dia adalah Devan
Tak terasa, satu bulan telah berlalu dari kejadian besar yang menimpa dirinya. Hubungan bersama kekasihnya hancur, keperawanannya hilang. Semuanya terjadi hanya dalam waktu satu malam saja.Dan hal itu, membuat Rania terus saja menyibukkan dirinya sendiri dengan pekerjaan agar tidak mengingat kejadian malam itu.Sampai saat ini, ia juga belum tahu siapa orang yang telah bercumbu mesra dengannya malam itu. Keadaan benar-benar Tidak mendukungnya untuk mengingat laki-laki itu, karena ia berada dalam pengaruh obat.Bahkan ketika pagi, karena terkejut dengan keadaan yang ada, ia sampai lupa untuk melihat wajah laki-laki itu. Sungguh bodoh sekali bukan? Tapi, itulah dirinya.Saat ini, ia sedang melakukan presentasi untuk pekerjaannya pada klien. Tapi, ketika sedang mencoba menjelaskan tentang ide dari persentase itu sendiri, tiba-tiba saja ia jatuh pingsan.Sontak saja, hal itu langsung membuat semua orang yang ada disana pun kaget. Memang tadi, salah satu rekan nya sudah bertanya padanya,
"Lebih kuat lagi, Sayang." Suara seorang perempuan terdengar dari dalam membuat Celine yang ingin mengetuk pintu menghentikan niatannya.Rasa penasaran membuat gadis cantik itu menempelkan tubuhnya di pintu tetapi sayang suara itu tidak terdengar lagi.Keingintahuan Celine semakin membesar tatkala dia mendengar suara desahan disusul dengan erangan-erangan yang semakin lama semakin terdengar liar memalukan."Suara itu, suara siapa?"Berbagai pikiran berkelebat dalam otak Celine. Dia berusaha mendengarkan lebih jelas lagi khawatir dia hanya salah dengar. Akan tetapi, suara memalukan itu kembali terdengar meski tidak terlalu kentara."Oh, tidak! Kau tidak mungkin berselingkuh dari aku kan Jas?" Dengan wajah yang mulai terlihat sedikit panik, Celine berusaha membuka pintu depan, tetapi... .Pintu itu sama sekali tidak bergerak meski Celine sudah mengerahkan seluruh tenaganya untuk membukanya.Celine membuka tasnya dan memasukkan tangannya seperti sedang mencari sesuatu. Wajahnya terlihat
"Eh, tidak usah! Terima kasih!" tolak Celine dengan gugup.Pria itu rambutnya sudah setengah botak dan berperut buncit. Bahkan kemejanya terlihat sesak di perutnya. Terbukti dari kancing kemejanya yang sudah nyaris terlepas tak kuat menahan perut pria buncit itu. Dari wajahnya sudah menunjukkan kira-kira pria itu sudah berusia hampir mendekati akhir empat puluhan. Celine merasa jijik dan takut sekaligus, namun pria itu tidak menerima penolakan Celine sama sekali."Ayolah, Manis. Aku akan mentraktir minum. Kita bisa mengobrol dan kemudian bisa melanjutkan ke hal-hal yang lebih menggoda," pria buncit itu memaksa bahkan ia dengan berani mulai memegang paha Celine membuat Celine sontak langsung mendorong tubuhnya ke belakang berusaha menjauhi pria menjijikkan itu."Jauhkan tangan kotormu itu dari kakinya!" Celine menoleh ke asal pemilik suara yang menawarkannya untuk membelikan minuman.Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari arah belakang mereka. Baik Celine maupun pria buncit itu menoleh
Tak terasa, satu bulan telah berlalu dari kejadian besar yang menimpa dirinya. Hubungan bersama kekasihnya hancur, keperawanannya hilang. Semuanya terjadi hanya dalam waktu satu malam saja.Dan hal itu, membuat Rania terus saja menyibukkan dirinya sendiri dengan pekerjaan agar tidak mengingat kejadian malam itu.Sampai saat ini, ia juga belum tahu siapa orang yang telah bercumbu mesra dengannya malam itu. Keadaan benar-benar Tidak mendukungnya untuk mengingat laki-laki itu, karena ia berada dalam pengaruh obat.Bahkan ketika pagi, karena terkejut dengan keadaan yang ada, ia sampai lupa untuk melihat wajah laki-laki itu. Sungguh bodoh sekali bukan? Tapi, itulah dirinya.Saat ini, ia sedang melakukan presentasi untuk pekerjaannya pada klien. Tapi, ketika sedang mencoba menjelaskan tentang ide dari persentase itu sendiri, tiba-tiba saja ia jatuh pingsan.Sontak saja, hal itu langsung membuat semua orang yang ada disana pun kaget. Memang tadi, salah satu rekan nya sudah bertanya padanya,
Di tempat lain—tepatnya di sebuah hotel, sosok Ethan terlihat melangkah keluar dari kamarnya dengan raut wajahnya yang tampak kusut.“Damn! This is getting annoying!” gerutu pria itu sambil terus berjalan cepat.Bagaimana tidak?Semenjak kejadian satu minggu yang lalu—saat di mana ia bercinta dengan seorang gadis yang dia pikir merupakan salah satu gadis sewaan, Ethan tidak bisa lagi memuaskan hasratnya!Setiap kali dia bercinta dengan wanita lain yang ditemuinya, Ethan akan selalu tiba-tiba mengingat suara serta bayangan gadis ‘perawan’ itu, tapi tidak dengan wajahnya!Hal itulah yang semakin membuat Ethan kesal.Dia mengingat semua hal yang ada pada gadis itu, entah suaranya, hangat tubuhnya dan bagaimana tubuhnya bergetar di bawah pelukannya, tapi tidak dengan wajahnya!Bukankah itu sangat menyebalkan?“Pak Ethan.”Sosok pria lainnya yang bertubuh tinggi tegap serta memiliki paras yang rupawan pun, tampak berdiri menyapa Ethan yang melangkah keluar dari lobi utama.Dia adalah Devan
Setelah kejadian di hari itu, baik Sinta, Karla dan mama Kalina kembali melanjutkan aktivitas mereka seperti biasa. Ketiganya bersikap seolah tidak terjadi apa-apa di hari itu.Sinta pun mulai kembali disibukkan dengan segudang pekerjaannya di kantor. Menjabat sebagai salah satu Direktur di perusahaan ayahnya membuat Sinta tak dapat membuang waktunya dengan percuma.“Ini teh-nya, Nona.” Nadia meletakkan secangkir teh hangat di atas meja Sinta.“Oke, thank you.” Senyum Sinta sambil menoleh padanya sekilas, lalu kembali fokus pada tumpukan laporan yang harus dia segera periksa dan tandatangani.Nadia pun mengangguk, tapi tak kunjung bergerak dari posisinya yang berdiri di hadapan meja kerja Sinta—membuat sang bos mau tidak mau, jadi beralih menatapnya.“Ada apa, Nadia? Kamu ngapain terus berdiri di sana?” tanya Sinta sembari tersenyum. Ia sudah sangat mengenal sekretarisnya ini.Jika Nadia sudah bersikap seperti ini, pasti ada yang dikhawatirkan oleh gadis tersebut.“Anda, baik-baik saj
“Iya, Nona Sinta. Ada apa?” sahut Nadia, siap menerima ‘tugas lainnya’ dari atasannya itu.“Nadia, kamu sudah mengurus semua CCTV di hotel yang merekamku ‘kan?” tanya Sinta kemudian.“Iya, sudah, Nona. Saya sudah menghapusnya secara permanen untuk di data keamanan, tapi untuk berjaga-jaga dan untuk penyelidikan ke depannya, saya sudah menyalin hard copy-nya.”Sinta tersenyum puas.Seperti biasanya, Nadia selalu memberikan hasil terbaik tanpa dia suruh atau ingatkan. Sinta benar-benar beruntung memiliki sekretaris sepertinya.“Kalau begitu, aku juga ingin kamu mengurus semua video CCTV yang merekam Karla,” titah Sinta kemudian.“Karla?” Nadia terdengar sedikit terkejut dan heran di waktu bersamaan saat tiba-tiba saja atasannya itu menyebut nama adik tirinya.Tidak biasanya Sinta membahas soal Karla.“Memangnya kenapa saya harus mengurus semua rekaman CCTV Karla juga?” tanya Nadia penasaran.Dia tidak mengerti. Apa Karla juga salah satu korban?Jika ya, Nadia sempat berpikir, jika dia t
Sosok pria tampan bertubuh tinggi tegap dengan bahunya yang lebar serta otot perutnya yang membentuk sixpack dengan sempurna, tanpa adanya timbunan lemak yang berlebih itu—terlihat berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggulnya.Tetesan air yang mengalir dari ujung rambutnya yang masih basah itu, seakan menambah aura sexy dalam dirinya—membuat gadis mana pun yang melihatnya, pasti akan tergila-gila padanya!Pria itu tak lain adalah Ethan Wijaya. Di usianya yang masih tergolong muda, 33 tahun, Ethan telah menjabat sebagai seorang CEO, dan tentu saja, ada banyak gadis di luar sana yang siap merangkak ke atas tempat tidurnya dan berharap kalau mereka bisa menjadi pendamping hidup dari CEO Diamond Corporation.Sayangnya, tidak banyak orang yang tahu, jika hati sang pria tampan yang dikenal bersifat dingin ini, rupanya sudah ada yang punya.Ah, tidak.Koreksi!Lebih tepatnya, Ethan baru saja mengalami patah hati, setelah mendapati kekasih yang sangat dicintainya
Setelah melangkah keluar dari kamar pria asing itu, Sinta pun langsung menyadari kalau dirinya masih berada di hotel yang sama—yang tak lain adalah milik ayahnya sendiri!Selain itu, Sinta juga baru menyadari kalau kamar yang biasanya dia tempati ternyata ada tepat di samping suite room yang ditempati pria asing tersebut.Tanpa pikir panjang lagi, Sinta pun segera masuk ke suite room miliknya, dan sosok Nadia yang sudah berada di dalam sana, tampak terkejut saat melihat Sinta yang datang dengan kondisinya yang terlihat ‘kacau’.“Nona Sinta! Apa yang terjadi? Anda dari mana saja?” tanya Nadia khawatir. Gadis berusia 26 tahun itu merupakan sekretaris dan juga orang kepercayaan Sinta.Sementara itu, Sinta sendiri adalah anak tunggal dari pernikahan pertama Rendra Pratama, yang tak lain merupakan CEO dari Syailendra Grup—salah satu perusahaan terbesar yang ada di Indonesia.Sinta yang saat ini telah berusia 28 tahun, telah menjabat sebagai salah satu Dikektur di Perusahaan ayahnya, dan di
_25 TAHUN KEMUDIAN_"Kamu baik-baik saja?" tanya Karla saat melihat Sinta memegangi kepalanya. Ya ya, tentu saja kakak tirinya itu merasakan pusing karena ia yang sudah memasukkan obat ke dalam minuman sang kakak."Aku hanya merasa tidak enak," jawab Sinta singkat. Ia merasa kepalanya berputar dan ada sensasi aneh kini menjalar di sekujur tubuhnya."Bagaimana kalau kamu istirahat di salah satu kamar hotel ini, Kak? Kebetulan aku sudah booking untukku sendiri. Tapi kamu bisa pakai dulu untuk beristirahat, bagaimana?" Karla memberi tawaran."Ya ... ya, boleh saja. Mana kuncinya? Biar aku segera naik, kepalaku rasanya berputar-putar." Sinta menjawab sambil memegang kepalanya yang terasa sangat berat.Dengan senyum licik, Karla menyerahkan kunci kamar yang memang sudah ia pesan kepada sang kakak."Mau aku antar?" Karla menawarkan diri. Sinta hanya menggelengkan kepala dan dengan langkah yang sedikit terhuyung-huyung ia pun meninggalkan ballroom.Gadis cantik itu langsung menaiki lift dan
"Apaaaa???" Kali ini keduanya berteriak terkejut."Apa hubungan Lucas dengan semua ini, Noah? Kau bilang penculikan ini adalah ide dari Lucas?" tanya Celine tak percaya.Noah nyengir dan ia mengangguk."Benar, Nona Celine. Semua ini adalah ide Tuan Lucas sepenuhnya. Tuan Lucas bilang beliau ingin menguji kekuatan cinta Anda berdua. Seberapa berjodohnya kalian satu sama lain. Jika Anda berdua bisa bekerja sama dalam menemukan Tuan Muda Ethan, maka Tuan Lucas bilang beliau akan mundur." sambung Noah."Dan saya hanya menjadi pelaksananya saja," sambung Noah.Saat Noah mengatakan hal tersebut, seorang pria di kejauhan sedang memantau mereka semua dengan menggunakan binocular nya."Kau menang, Steven! Dan aku kalah."Lucas menurunkan binocular nya sambil tersenyum sedih. Kedua matanya berkaca-kaca menahan air mata sakit yang hendak meruah keluar.Lucas berbalik dan pergi dari sana dalam keadaan patah hati.*****"Lucas, apa kau yakin dengan keputusanmu?" tanya Celine dengan sedih. Mereka
"Celine Walton … aku Steven Matthew Gagnon sekali lagi ingin meminta persetujuanmu untuk memenangkan hatimu. Maukah kau menikahiku lagi?" Steven menengadah dan menatap tepat ke kedua mata Celine yang berwarna coklat tua. Kedua tangannya terulur ke atas sambil memegang sebuah kotak berisikan cincin berlian yang besarnya tidak main-main.Jantungnya berdebar kencang, berharap agar Celine … cinta sepanjang hidupnya mau menerima kembali dirinya. Kali ini adalah benar-benar murni versi dirinya yang sesungguhnya.Celine memandangi Steven yang tengah berlutut di hadapannya dan melamarnya. Pria yang sama yang pernah mengisi hatinya enam tahun yang lalu. Pria yang telah memberinya buah hati yang tampan dan berbakat. Dan pria yang sama pula yang pernah paling menyakiti hatinya.Akankah ia bisa mempercayai pria ini lagi untuk menjadi pendamping seumur hidupnya?"Mommy, apakah Daddy Steven sedang minta maaf pada kita?" tanya Ethan kecil dengan nada suaranya yang polos, membuat Celine terdiam."Iy