Part 85C
"Eh? Kok---""Hahaha, tenang Mas Lanang kami tau kok. Mas Lanang sedang jatuh cinta ya sama Mbak Mega?" ledeknya lagi.Lanang mengerutkan dahinya. "Kok Pak Jerry nyangka begitu?""Haha ya iyalah, semua juga pasti bakal nyangka Mas Lanang sedang jatuh cinta sama Mbak Mega. Lagi pula mas Lanang effort banget, tiap hari ke sana seolah ingin bertemu pujaan hati. Terus kemarin-kemarin juga sigap banget pas Mbak Mega mau lahiran, udah kayak suaminya aja siap siaga. Hahay."Lanang merasa wajahnya memanas mendengar godaan Pak Jerry. "Pak Jerry, itu semua cuma karena aku peduli. Mbak Mega lagi butuh dukungan, jadi aku hanya mencoba membantu sebisa mungkin."Pak Jerry tersenyum nakal. "Peduli sih peduli, tapi kalau terus-terusan seperti itu, bisa-bisa orang-orang mulai berpikir lain. Lagipula, Mas Lanang juga lagi galau kan?"Lanang tertawa kecil, mencoba mengalihkan perhatian. "Mungkin aku cuma merasa bertanggung jawab.Part 86"Mbak Mega, aku ingin sekali menjadi bagian dari hidup Mbak Mega dan Cahaya. Aku ingin melanjutkan hubungan kita ke level yang lebih serius. Aku ingin menikahi, Mbak Mega. Aku juga ingin menjadi ayah bagi Cahaya, memberikan kasih sayang dan dukungan yang ia butuhkan."Mega terkejut dan terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja diucapkan Lanang."Mas Lanang, ini... maksudnya, kamu ingin menjadi ayah untuk Cahaya?" "Iya," jawab Lanang dengan tegas. "Aku ingin menjalani kehidupan bersama kalian, berbagi tanggung jawab, dan memberikan kasih sayang yang layak untuk Cahaya. Aku tahu ini adalah langkah besar dan aku siap untuk itu."Matanya berkaca-kaca, dan perasaannya campur aduk jadi satu antara rasa haru dan juga bingung."Aku sangat menghargai dan terharu dengan perasaan Mas Lanang," jawab Mega akhirnya, suaranya bergetar. "Tapi, Mas tahu sendiri kan kondisiku seperti ini? Cuma janda dengan seorang anak, keluarg
Part 86B"Sayang, kamu mau kemana udah cantik dan rapi begitu?" tanya Saga saat melihat istrinya sudah cantik. Gamis warna abu-abu membalut tubuhnya yang sudah tak ramping lagi. Penampilannya kali ini meski sederhana tapi tampak elegan. Ia juga membawa tas kecil yang dicangklongkan di lengannya."Mas, kita ke toko kue Aksara yuk!" ajak Damay dengan nada manja."Lho, kamu mau kue? Biasanya bikin sendiri?""Bukan hanya ingin kue, tapi aku juga pengin ketemu Dewi dan teman-teman di sana. Sudah lama aku gak ketemu mereka."Saga tersenyum, tampak senang dengan rencana istrinya. "Oh, jadi kamu ingin reuni kecil dengan Dewi dan teman-teman, ya? Baiklah, kalau begitu, ayo kita pergi ke toko kue Aksara!"Istrinya tersenyum lebar. "Iya, aku kangen mereka, Mas. Aku juga ingin mendengar kabar terbaru dari mereka dan berbagi cerita."Saga meraih tangan istrinya dan mereka berjalan menuju mobil. "Kita bisa bawa beberapa kue
Part 87 Saga merasa dunianya runtuh seketika. "Tapi… bagaimana mungkin aku harus memilih antara keduanya? Istri dan bayi kami sama-sama penting!" Dokter memandang Saga dengan penuh empati. "Kami tahu ini sangat sulit. Namun, pendarahan yang terjadi sangat serius dan membutuhkan tindakan segera. Kami butuh persetujuan Anda sekarang juga." Saga tak bisa berkata-kata, tatapannya kosong. Ia mencoba menenangkan diri dengan berpegangan pada kursi, berpikir dengan keras tentang keputusan yang harus segera diambil. Ia menghela napas dalam-dalam lalu menatap dokter dengan pandangan berkaca-kaca. "Selamatkan Damay, selamatkan istriku, dokter. Aku tahu ini sangat berat, tapi dia sudah berjuang keras dalam kehamilan ini. Dan semoga saja ada keajaiban, bayi kami bisa diselamatkan," ujar Saga dengan nada gemetar. Perasaannya mendadak kelu. Tanpa terasa bulir bening itu lolos begitu saja dari pelupuk matanya
Part 87B "Iya, Bos pasti merasa sangat terpukul," ujar Pak jerry seraya menghela napas. "Gak tega rasanya mendengar kabar ini. Yang kutakutkan dia akan hancur seperti dulu." Lanang menggeleng. "Itu tidak mungkin. Mas Bos adalah orant kuat. Kita harus banyak berdoa semoga Mbak Damay dan bayinya baik-baik saja." Pak Jerry mengangguk. "Mas Lanang, ini tugasmu untuk menyampaikan berita ini pada Bu Siti dan Mega." "Saya akan segera memberi tahu mereka." *** "Apa? Itu tidak mungkin, Mas!" tukas Mega sangat terkejut. Bahkan Cahaya yang ada dalam gendongannya sempat berjingkut. "Nak Lanang, jadi maksudnya Damay--" "Iya, Bu, saya baru dapat kabar dari Pak Tom, Mbak Damay sedang di operasi kondisinya kritis." Bu Siti menutup mulutnya tak percaya. "Ibu akan langsung ke rumah sakit sekarang," tukasnya. Ia langsung
Part 87CSetelah semua prosedur administrasi selesai, suster Lisa mengantar Saga ke pintu NICU. Dengan lembut, dia membuka pintu dan mempersilakannya.Saga memasuki NICU dengan perasaan campur aduk. Suara mesin yang berdengung lembut dan aroma antiseptik menyambutnya saat ia melangkah masuk. Ruangan tersebut dipenuhi dengan inkubator, monitor, dan berbagai peralatan medis yang bertujuan untuk merawat bayi-bayi prematur dan yang membutuhkan perhatian khusus.Seorang perawat yang bertugas di sana mendekatinya dengan senyum lembut. "Selamat datang. Anda bisa melihat bayi Anda sebentar."Saga mengangguk, merasa jantungnya berdebar kencang saat mengikuti perawat menuju inkubator sang bayi. Perawat berhenti di depan salah satu inkubator dan membuka penutupnya dengan lembut, memperlihatkan bayi kecil yang terbaring lemah di dalamnya."Bayi Anda berada di sini. Kami sudah memulai perawatan dan monitoring intensif. Kondisinya memang krit
Part 88"Kamu makan dulu ya, perutmu harus di isi! Ayo buka mulutmu, Sayang ..." ujar Saga menyuapi istrinya.Setelah tiga hari dirawat di Rumah sakit, kondisi Damay perlahan kembali stabil. Damay membuka mulutnya lalu menerima suapan pertama dari sang suami. Ia mengunyah dengan pelan."Kalau kamu cepat stabil seperti ini, kamu akan cepat menemui baby Rain."Damay mengangguk sembari tersenyum. Rasa di hati sudah tak sabar ingin melihat jagoan mungilnya. Ia hanya bisa mendengar kabarnya dari sang suami."Rasanya aku sudah gak sabar untuk menemuinya, memeluknya, menggendongnya, Mas...""Iya, aku paham perasaanmu. Tapi, baby Rain masih belum bisa digendong, dia masih harus berada di inkubator selama beberapa bulan."Damay mengangguk lemah. Tapi perasaannya jauh lebih baik karena ada sang suami yang mendukungnya. Ibu tiri dan ayah mertuanya pun datang menjenguknya kemarin. Masih melekat diingatannya, Bu Siti memelu
Part 88BDamay mengangguk antusias. "Tentu saja, ini waktu yang aku tunggu-tunggu, Mas."Usai berkoordinasi dengan tim medis, Saga mendorong kursi roda istrinya menuju ruangan NICU dan membuka pintu dengan hati-hati. Ruangan itu tampak steril dan tenang, dengan beberapa inkubator di sepanjang dinding. Damay menatap penuh harap saat mereka mendekati inkubator di mana Rain dirawat. Setelah memeriksa perlengkapan dan memastikan semuanya baik, seorang perawat dengan lembut membantu Damay agar bisa memasukkan tangannya melalui lubang inkubator dan menyentuh tangan kecil Rain. Damay merasa terharu saat merasakan genggaman lemah namun penuh makna dari bayinya. Tanpa terasa bulir bening itu menitik tanpa permisi.Saga memandang Damay dengan penuh kasih sayang saat dia mulai berbicara pelan-pelan kepada bayi mereka."Rain, ini ibu, Sayang. Ibu sudah lama menunggu untuk bisa bertemu denganmu. Kamu kuat sekali ya, Nak. Ibu sangat bangga p
Part 89Oaaa .... oaaa .... oaaa .... Baby Rain menangis cukup kencang. Saga langsung terbangun, melihat Damay masih tertidur lelap.Lelaki itu segera bangkit menuju box bayi yang ia desain khusus agar baby Rain merasa hangat, sesuai dengan arahan dokter."Cup cup cup, Sayang .... haus ya, Nak?" ujar Saga. Ia membuatkan susu formula khusus untuk bayi prematur dan segera menggendong bayinya.Baby Rain tampak menyedotnya cukup kuat. Saga mengamati Baby Rain dengan penuh perhatian. Dengan lembut, ia membelai kepala kecil itu lalu tersenyum tipis melihat setiap gerakan Baby Rain. "Terus tumbuh dan sehat ya, Nak. Ayah dan ibu akan selalu menyayangimu," ujarnya lalu mengecup kening Baby Rain dengan lembut.Ketika Baby Rain selesai menyusu dan mulai mengantuk kembali, Saga menaruhnya perlahan ke dalam box bayi, memastikan semua dalam posisi yang nyaman dan aman, memeriksa diapersnya lalu menggantinya dengan yang bar