“Jingoo-ssi, apa Jihye ada di sini?" Itu adalah kalimat yang terlontar memecah geming di antara mereka. Manik pekatnya menatap jemari Jingoo yang saat ini memegang ponsel yang Yunki ketahui sebagai milik istrinya.
Jingoo mengikuti arah pandang Yunki, menilik ponsel dan kertas di tangannya lalu berkata, "Aku baru saja akan menghubungimu, Tuan Shin. Apa yang terjadi? Kenapa Jihye memberikan ponselnya padaku?" Jingoo balik bertanya seraya menyerahkan secarik kertas berisi tulisan tangan wanita itu.
Jingoo-ya, maaf aku pergi tanpa berpamitan langsung denganmu. Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir. Aku hanya ingin mewariskan ponselku ini. Buang ponsel dengan lakban itu! Kau membuatku malu saja. Aku pergi.
Salam sayang,
Seo Jihye.
Jika ini adalah kompetisi membuat patah hati, maka Jihye benar-benar pergi dengan style luar biasa. Memberikan perasaan sedih dan sendu yang berubah menjadi k
Di balik gempuran masalah yang seharusnya melemahkan, Jihye cukup bersyukur bahwa Tuhan menganugerahkan hati sekuat baja padanya. Alih-alih stagnan dengan menangis sendu mengharap simpati dari semua orang, Jihye lebih memilih untuk terus berjalan. Menangis secukupnya saja, setidaknya itu yang dia tanamkan selama ini. Toh, hidupnya sudah sulit, jangan terlalu banyak drama.Wanita itu cukup senang dengan jaket tebal dan ransel yang dia beli dengan harga diskon di sebuah tokoonline. Meskipun Jihye harus menyesap getir tatkala terpaksa membuang koper jelek kesayangannya itu karena roda dan besi pendorongnya rusak parah. Jihye bahkan harus meminta tolong pada karyawan sauna untuk membelikannya mengingat dia sudah menarik semua uang tabungan di bank. Itulah alasan kenapa dia luput dari kamera pengawas karena memang Jihye keluar bersama rombongan wisatawan yang saat itu melakukancheck outdengan menggunakan ransel danbucket hat baru
Jihye tidak ingat bagaimana tubuhnya bisa terbaring di atas lautan busa empuk itu. Rasanya sudah begitu lama tatkala sang raga menggeliat nyaman di ranjang mewah. Tidur di sauna sungguh membuat tubuhnya terasa kaku, walau sering kali Jihye memberikan sugesti pada sang tubuh agar tidak manja, sebagai bentuk antisipasi bilamana hal buruk terjadi seperti saat ini. Tetap saja, sepertinya dia sudah terbiasa hidup nyaman.Lamat-lamat wanita itu menggerakkan pelupuknya, menatap plafon putih dengan cahaya lampu yang mendirus retinanya begitu menusuk. Mencoba menggerakkan tubuh, Jihye harus mendengar bilahnya memekik lirih tatkala mendapati tangan kirinya dipasangi selang infus."Astaga, aku kenapa?" monolognya menatap jarum yang menancap di sana lantas mengedarkan pandangan pada luasan kamar bernuansacreammewah dengan perabotan berwarna senada.Perlahan, wanita itu mengingat kembali apa yang terjadi padanya. Teriakan yang sekonyong-konyong hadir lan
Hujan yang mengguyur Gwangju di pagi hari membuat siapa pun ingin kembali bergelung di balik selimut. Berbeda dengan si wanita, gempuran air yang turun ke bumi itu selalu memiliki dampak sendu bagi relung, mengingatkan dirinya pada sang mantan suami yang selalu merajuk dan memaksa dirinya menghabiskan waktu di atas ranjang di kala hari-hari seperti ini.Tak terasa sudah empat bulan berlalu dari takdir yang membawanya menapakkan kaki di kota ini. Pandangannya jauh menerawang dengan sesekali mengelus perut yang semakin buncit. Sungguh, menjalani kehamilan seorang diri tanpa adanya pasangan itu sangat berat, terlebih sang jabang bayi kini mulai memberi sinyal lewat gerakan-gerakan yang menggelitik perut.Ada kalanya Jihye menangis di tengah malam, merindukan raksi yang selama ini tetap menduduki tingkat teratas sebagai favoritnya. Jangan lupakanmorning sickyang dia rasakan setiap pagi, Hobi sampai menatapnya dengan tatapan iba seraya berkata, "Kau yak
“Yunkihyung!" Panggilan keras Jimmy bahkan tidak mampu membuat Yunki membuka pelupuknya. Pria dalam setelansportyitu berkacak pinggang dengan binar yang menyorot dalam kedua maniknya, campuran antara sedih dan kesal.Bagaimana tidak, minggu pagi Jimmy yang seharusnya diisi dengan olahraga ringan dan kegiatan menyenangkan, digantikan oleh rasa khawatir karena sejak kemarin sang kakak tidak bisa dihubungi.Hatinya jelas mencelus tatkala menemukan sang kakak duduk di kursi tinggimini bardengan sisi wajah bertumpu pada meja marmer di depannya, terlihat kacau dengan satu tangan memegang kaki gelas berisi cairan pekat yang bahkan sudah luber ke mana-mana. Jimmy menggeleng cemas, katastrofe yang Jihye berikan sungguh berdampak semenyedihkan ini pada Yunki.Jimmy beberapa kali mengembuskan napas kasar, menurutnya apa yang dilakukan sang kakak bukanlah sebuah solusi dan hal itu malah menambah daftar masalah.
Jihye benar-benar kewalahan membawa perutnya yang kini semakin membesar. Titik-titik keringat yang senantiasa bertengger di pucuk hidung dengan rasa gerah yang hampir tak tertahankan setiap harinya bagai melodi kehamilan yang tidak bisa dia elak. Oh, tentu saja. Jangan lupakan si bayi hebat yang begitu lincah menendang sana-sani dan sering kali membuat sang ibu tak kuasa mengontrol keinginannya untuk membuang air kecil. Kalau diingat-ingatappa-nya bukanlah pribadi kelewat enerjik. Dia bahkan selalu menghabiskan waktu untuk tidur jika sedang senggang.Di waktu-waktu tertentu, sering kali Jihye menatap pada luasan pekat bertabur bintang di atas sana. Membayangkan bagaimana sang ibu berkorban untuknya, memberi asupan gizi baik di balik semua kesusahan membawa perut buncit ke mana-mana. Jihye ingin berdamai dengan semuanya dan mungkin akan menemui wanita itu lagi suatu hari nanti. Sungguh menjalani kehamilan tanpa ada pasangan itu sangat berat. Berat untuk tetap me
Awal musim gugur selalu mendatangkan kesenduan tersendiri di hati Jihyekarena masa itu datang bersamaan dengan statusnya yang berubah menjadi seorang ibu. Tangisan keras sang bayi yang membahana memenuhi ruangan persalinan itu jelas melecut emosi terdalamnya. Kini, netranya menilik si bayi yang tertidur pulas dengan memasrahkan satu pipi gembilnya terbenam di pundak sang paman, kelelahan.Shin Jiyoon, ralat, Seo Jiyoon tumbuh menjadi anak lincah nan menggemaskan. Siapa pun akan luluh tatkala manik pekat dengan denyar-denyar bintang bersemayam pada irisnya itu menatap lugu. Dia baru saja merayakan ulang tahunnya yang pertama, perayaan sederhana yang disiapkan Hobi dengan mengundang seluruh pegawai Hobi Tour and Travel untuk makan malam bersama di sebuah restoran mewah."PadahalOppatidak usah repot-repot merayakan ulang tahun Jiyoon. Dia belum mengerti," ucap Jihye sesaat setelah mereka tiba di rumah. Kedua tangannya menenteng dua kresek besar yang b
Hari itu, Yunki baru saja tiba di rumahnya. Berjalan gontai tanpa asa seperti biasa. Kesan dingin yang selalu menguar dalam auranya kini berganti kesansad manyang begitu kentara. Ya, Yunki seorang duda kesepian yang nyaris gila. Hampir saja malam itu dirinya tenggelam dalam kubangan alkohol jika saja tidak ada sebuah panggilan dari Pak Ong yang membuat binar dalam obsidian pekatnya kembali bersinar."Tuan, kami mendapat temuan baru, sebuah tiket ke Santorini telah dipesan oleh seseorang bernama Seo Jihye, kami akan menindaklanjuti penemuan tersebut. Semoga kali ini benar-benar nyonya."Well, hasil dari penemuan tersebut sudah dapat ditebak seperti apa. Saat ini tubuhnya bergetar menumpahkan segala rindu dan rasa bersalah yang membuatnya berkali-kali ingin mati.Kelegaan mengikuti bersama terangkatnya beban yang selama ini menggelayuti relung. Kedua tangan itu mendekap Jihye erat, benar-benar takut kehilangan lagi. Satu hal yang past
Santorini, tempat indah itu telah berhasil memikat Jihye sejak pertama kali melihatnya pada sebuahpostcardyang dibawa sang ayah sepulang kerja. Sejak saat itu dia selalu berkata, bahwa suatu hari nanti dirinya akan menginjakkan kaki di sana bersama orang yang dia cintai.Well, barangkali Jihye ingin menghapus ingatan tersebut karena kenyataannya, kini dia terjebak selama lima hari ke depan dengan orang yang bahkan sangat ingin dia hilangkan dari memorinya.Udara Oia di pagi hari cukup dingin. Bentangan desa ikonik yang didominasi warna putih dan biru itu tampak begitu tenang. Di ufuk Timur semburat sinar mulai menyembul. Sebenarnya saat seperti ini sangat cocok untuk memulai serangan fajar bagi insan-insan yang sedang dimabuk cinta. Ya, bagaimana tidak, Oia terkenal dengan wisata bulan madunya, bukan?Ah, berbeda dengan Jihye. Lupakan cinta, lupakan bulan madu. Cinta wanita itu nyaris dikuras habis oleh seorang makhluk mungil bernam