"Lo tenang aja! Gue bakal jagain lo!"Sagara melepaskan hekm full face dan metakannya di atas motor. Dia membantu Viana melepaskan helmnya. Sudah menjadi rutinitas pagi Sagara dalam beberapa hari terakhir. Berangkat dan pulang bersama Sagara, membantu gadis itu melepaskan helm dan naik turun dari motor besarnya."Apa, sih? Gue nggak takut, ya sama mereka!" Viana mendengus kesal mendengar ucapan Sagara yang seolah mengtakan Viana takut setelah kejadian kemaren. Sagara benar, Viana sedikit takut tapi bukan berarti dia tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Viana sanggup menghadapi semua murid SMA Galaksi seorang diri, karena dia tahu ketiga sahabatnya tidak akan berada di pihaknya. Melihat tatapan yang mereka tunjukan emaren membuat Viana sadar. Sedekat apapun hubungan mereka, tidak membuat mereka mempercayai Viana. Padahal seharusnya mereka tahu bahwa Viana tidak mungkin melakukan itu. Viana tersenyum pedih, dia sudah tidak memiliki siapapun lagi. "Gara! Makasih, udah percaya sama gue!
"Apa? Gue salah?" Meylani melangkah mendekati Viana dengan tatapan remeh. "Bukannya selama ini bokap lo nggak pernah peduli sama lo?" Dia memainkan kunci mobil di tangannya sambil menatap Viana."keliatan aja, sih! Bokap lo nggak pernah dateng ke sekolah dan malah digantiin sama asistenya!""Kalo bukan nggak peduli apa namanya?" Rasa irinya pada Viana semakin hari berubah menjadi benci. Dia selalu mencari tahu tentang Viana, memperhatikan Viana setiap kali di sekolah. Dia ingin mencari kelemahan Viana dari kebiasaan gadis itu setiap harinya. Berhasil! Meylani mendapatkan kelemahan Viana yaitu Arthur Rajendra yang tak pernah memperdulikan Viana selama ini. Dia tidak menyangka jika tebakannya benar, awalnya Meylani ragu bahwa Arthur adalah kelemahan Viana. "Tutup mulut lo, anjing! Lo nggak tau apa-apa tentang kehidupan gue!" Teriak Viana tertahan dengan kedua tangan saling mengepal kuat. Dia tidak suka jika kehidupannya diusik. Itu adalah hal sensitif untuk Viana, siapapun orangnya
"Nggak! Bukan gue yang dorong Alin!" Viana tertahan sambil menutup telinganya dengan kedua mata terpejam. Kedua bahunya bergetar ketakutan kala bayangan masa lalunya berputar bagai kaset rusak. Viana dengan trauma nasa lalunya tidak ada yang tahu selain Viana dan keluarganya. Dulu Viana yang terpuruk setelah kehilangan Alesha, ditambah mendapatkan perundungan di sekolah. Rasa iri di tengah teman-teman sekolahnya yang masih memiliki sosok Ibu. Di tambah dengan teman-temannya yang mengejek Viana kecil danmenjauhi Viana karena tidak memiliki sosok Ibu. "Seharusnya lo dikeluarin dari sekolah, anjing!"Teriakan murid itu memasuki indra pendengaran Viana. Padahal dia sudah menutup kedua telinganya menggunakan telapak tangannya. "Mentang-mentang bokap lo donatur tetap! Jadi, lo bisa bertingkah kaya sebangsat itu!"Makian pedas dengan lemparan tomat dan juga telur busuk mengenai Viana. Dari ujung kepala sampai ujung kaki Viana dipenuhi oleh tomat busuk dan pecahan telur. Bau busuk membuat
"Masih nggak percaya sama ucapan gue?" Sagara menyapu pandang ke seluruh kantin. Reflek para murid yang semula menatap ke arah Sagara kini menunduk kala Sagara menatap mereka satu persatu. "Omong kosong, anjir! Lo tanya bukti sama gue? Tapi, lo juga nggak ngasih bukti atas omong kosong lo itu!"Meylani melupakan rasa takutnya pada Sagara. Dia memaksakan diri untuk melawan Sagara. Sagara mengangguk dengan tangan yang mengepal semakin kuat. "Gue bakal buktiin ke kalian, tapi nanti!"Setelah itu dia berbalik dengan amarah yang tertahan. Dia tidak bisa melampiaskan emosinya pada Meylani. Dia takut jika dirinya akan kebablasan dan menyakiti Meylani. Bukan apa-apa dia hanya tidak ingin menyakiti perempuan. Dia keluar dari kantin dengan langkah lebar. Sagara mengeluarkan ponsel dari saku celananya untuk menghubungi sahabatnya. Tadi dia menyuruh Satya untuk membeli seragam di koperasi untuk Viana. Dia juga menyuruh Danish dan Kenzo untuk mencari tahu bukti kejadian Alin terjatuh. "Sagara
"Tolong siapapun Viana pingsan!" Teriakan Rachell dari dalam kamar mandi membuat Satya yang sejak tadi menunggu di luar. Segera masuk dengan tergopoh-gopoh. Dia terkejut saat melihat Viana pingsan dengan kepala di pangkuan Rachell. "Satya, tolong bawa Viana ke UKS!" Seyra bangkit menatap penuh permohonan pada Satya. Dia bersyukur ternyata Satya masih ada di dekat toilet perempuan. Sehingga teriakan penuh kepanikan Rachell terdengar oleh Satya.Satya tersadar dari rasa terkejutnya. Dia mengangguk pada Seyra, kemudian mendekat pada Viana. Bersiap untuk mengangkat gadis itu untuk dibawa ke UKS. "Biar gue aja!"Kedatangan Sagara menghentikan pergerakan Satya. Sagara menyuruh Satya untuk menyikir, dia yang akan membawa Viana ke UKS. Tanpa mengucapkan apapun lagi, Sagara segera mengangkat tubuh Viana keluar dari toilet. Dia sedikit berlari menuju UKS dengan Viana dalam gendongannya. Wajah yang dipenuhi oleh rasa panik penuh kekhawatiran tak bisa ditutupi lagi. Semua murid yang berpapas
"Viana? Lo miskin, hah? Sampe nggak bisa makan lo!" Seyra segera melempar pertanyaan pada Viana yang baru saja membuka mata. Kanara yang kesal pada Seyra, menarik gadis itu ke belakang. Kanara yang berjalan mendekat pada Viana, dan menyerahkan teh hangat pada sahabatnya itu. "Di minum dulu, Vi!" Viana mencoba untuk duduk di bantu oleh Kanara. Tubuhnya benar-benar lemas, dia tidak memiliki tenaga untuk membuka suara. Viana menerima gelas berisi teh hangat mulai menyeruputnya dengan pelan. Dia menatap sekitar UKS mencari sosok Sagara ternyata nihil. Hanya ada Kanara dan Seyra saja di sini. "Lo cari Rachell? Dia lagi ke kantin, Vi beliin makanan buat lo!" Kanara mengira jika Viana mencari Rachell. Kenyataanya yang dicari Viana itu Sagara yang beberapa saat lalu memilih untuk keluar. Tidak ingin menunggu Viana sadar terlebih dahulu. Dan ketiga sahabat Viana tidak mencegahnya, justru mereka senang. Sejak tadi Rachell tampak tak nyaman dengan adanya Satya bersama Sagara. "Lo
"Ayo, pulang!" Sagara menarik lembut tangan Viana, lalu berjalan membelah kerumunan murid yang sejak tadi membicarakannya. Kedatangan Sagara di kelas Viana menimbulkan banyak pertanyaan di benak para murid. Bahkan di depan kelas Viana dikerumunin murid-murid kelas lain karena adanya Sagara dan ketiga sahabatnya. "Kenapa lo sampe jemput gue di depan kelas segala?" Viana menarik kembali tanganny dari Sagara. Dia menatap bingung Sagara, sambil melirik sekitar yang memperhatikan mereka sambil berbisik. Membicarakan tentang argumen mereka tentang Viana dan Sagara yang tentunya tidak benar. Ucapan pedas dari beberapa murid masih bisa Viana dengar. Di sini Viana tahu disaat dia sedang dalam masalah seperti ini. Murid-murid yang dulunya selalu memuja Viana dan membela Viana ketika Viana melakukan kesalahan. Kini menunjukan sifat asli mereka yang begitu membenci Viana, cukup mengejutkan bagi Viana. Dia baru menyadari jika tidak ada yang benar-benar tulus padanya, selain ketiga sahabatnya
"Ini mobil siapa, Gar?" Viana menatap mobil BMW X3 berwarna hitam di parkiran sekolah. Dia terkejut saat Sagara dengan mudahnya membuka kunci mobilnya."Mobil Satya! Gue pinjem dulu buat nganterin lo pulang!"Sagara masih dengan rangkulannya pada bahu Viana. Dia membawa Viana mendekati kuris penumpang. Sagara melepaskan rangkulannya pada Viana, lalu membukakan pintu untuk Viana. "Cepet masuk, Vi!" Sagara mempersilahkan Viana untuk masuk ke mobil dengan segera. Ini pertama kalinya Sagara bersikap seperti ini. Membukakan pintu mobil hanya pada Viana saja. "Hah?" Viana seperti orang linglung. Dia menatap Sagara menuntut penjelasan. Dia beneran tidak mengerti, untuk apa Sagara meminjam mobil pada Satya jika Sagara saja membawa motor pagi ini."Apanya yang 'hah'?"Sagara mernyengitkan alisnya bingung. Kenapa Viana diam saja tidak segera masuk? Dia mulai kesal dengan tatapan para murid yang kini memperhatikan Sagara dan juga Viana. Mereka benar-benar manusia dengan tingkat kekepoan pal
"Ini rumah Mama gue, Gar!" Viana mulai berjongkok di depan makam dengan batu nisan bertuliskan nama Alesha Kayline. Wanita berhati malaikat yang sudah melahirkan Viana ke dunia yang penuh kejutan ini."Halo, Mama, maaf, ya, Nana baru bisa dateng lagi!" Viana mengusap batu nisan Alesha dengan lembut. Dia meletakan bunga mawar putih di atasnya. Sagara ikutan berjongkok di samping Viana. "Hallo, Mama, saya Sagara suami Viana!" Viana terkejut mendengar Sagara yang memanggil Alesha dengan sebutan Mama. Bukannya tidak boleh hanya saja dia tidak menyangka saja. Sagara akan secepat itu tanpa rasa canggung. Viana berdehem pelan, dia menatap gundukan tanah di depannya lagi. "Mama, Nana kangen sama Mama. Papa masih kaya yang terakhir aku ceritain ke Mama. Papa jarang ada di rumah buat Nana. Papa nggak pernah peduli sama Nana lagi!"Tanpa sadar air mata Viana menetes membahasi pipinya. Sudah lama dia tidak mengunjungi makam Alesha. Dulu minimal 2 Minggu sekali dia datang. Terakhir dia datan
"Gue udah tau kalo dia selingkuh!"Viana menatap datar selembar foto yang disodorkan oleh Ajeng. Foto mesra Ravin dan Agatha di sebuah kamar apartement. Dia melirik mading yang dipenuhi oleh foto tidak seonoh Ravin dan Agatha lainnya. Bohong, jika Viana mengatakan dia baik-baik saja. Masih ada sedikit sisa perasaan untuk Ravin, tapi rasa kecewa dan sakit lebih besar dari itu. Rasa cinta Viana yang begitu besar dihancurkan oleh Ravin begitu saja dengan mudah. "Ayo, gue anter ke kelas!" Sagara merangkul Viana dan membawa gadis itu menjauh dari kerumunan. Dia tidak terkejut dengan foto-foto Ravin dengan Agatha di mading. Karena semua itu adalah ulahnya. Dia menyuruh Satya untuk menempelkan foto Ravin dan Agatha yang dikirimkan oleh nomor asing dua minggu yang lalu.Viana mendongak menatap Sagara dengan senyum manis. "Ayo, tapi gue mau ke kantin dulu!" Sagara mengacak pelan rambut Viana, lalu dia segera melangkah menjauhi para murid yang menatapnya tak berkedip."Serius? Dia biasa aja
"Viana, sampe kapan lo mau diemin gue kaya gini?"Sagara menarik tangan Viana yang ingin keluar dari apartement. Sudah seminggu semenjak Viana mengakhiri hubungannya dengan Ravin. Sagara dan Viana terjebak dalam perang dingin yang disebabkan oleh Sagara sendiri. Viana tidak ingin berbicara dengan Sagara. Saat di sekolah, Viana selalu menghindarinya. Ketika di apartement, Viana memilih di kamar. Bahkan biasanya Viana akan memakan masakan Sagara, kini Viana memesan makanan lewat go- food. Viana membuat Sagara frustasi sekaligus kesel. "Lepasin tangan kotor lo dari gue!"Viana menyentak tangan Sagara yang menyentuh pergelangan tangannya. Bahkan Viana tidak menatap Sagara sama sekali, dia menatap ke arah lain. "Itu cara lo bersikap ke suami?" Sagara menatap tajam Viana yang setia menunduk. "Angkat kepala lo, Viana! Lantainya lebih ganteng dari gue, hah?" Sagara sedikit meninggikan suaranya. Dia lelah selama 7 hari ini selalu membujuk Viana. Membawakan makanan kesukaan Viana, tapi ga
"Lo jahat, Gar!" Sekuat tenaga Viana mendorong tubuh kekar Sagara. Dia menatap Sagara tajam dengan hidung kembang kempis. Wajah Viana begitu merah dengan kedua mata yang sembab.Beruntung keadaan koridor sepi, karena saat ini masih jam 08.30 di mana jam pelajaran masih dimulai. Viana segera berbalik dan berlari meninggalkan Sagara seorang diri di koridor."Maaf, gue nggak nyangka kalo lo bakal tau secepat ini!"Sagara menatap punggung Viana yang sudah mulai menjauh. Sagara membiarkan Viana pergi, dia tidak ingin mengejarnya. Viana membutuhkan waktu sendiri, Sagara mencoba untuk mengerti. Dia akan meminta maaf lagi nanti. ****"Brengsek!"Kanara menggebrak meja kantin yang di duduki oleh Ravin. Kanara menatap murka pada Ravin yang sejak tadi melamun dalam diam.Ravin mengangkat wajahnya. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi."Lo mau maki gue, Na? Silakan!"Ravin sudah pasrah, karena dia sadar diri bahwa dia salah pada Viana.Kanara tersenyum sinis. Dengan kedua mata menyorot Ravin
"Viana!"Sagara yang melihat Viana berlari. Lantas segera mengejarnya. Dia menarik tangan Viana dengan panik saat sudah berada di dekat gadis itu. Viana ingin memberontak, dia mengira jika itu Ravin. Saat tahu ternyata yang menariknya adalah Sagara, Viana memeluk suaminya itu dengan erat."Ravin, Gar! Ravin selingkuh!"Tangis Viana tumpah di pelukan Sagara. Dadanya terasa sesak. Perasaannya campur aduk saat ini. Antara marah, kecewa,dan juga sedih. Dia melampiaskan semua emosi dalam dirinya lewat air mata."Tumpahin semua tangisan lo saat ini, Viana! Gue di sini sama lo!" Sagara membiarkan Viana menumpahkan tangisannya di dada bidangnya. Setelah ini dia berjanji tidak akan membuat Viana mengeluarkan air mata lagi. Dia tidak kaget mendengar Ravin berselingkuh. Dia sudah tahu lebih dahulu dari lama. Pertama dia bertemu Ravin di lampu merah bersama seorang perempuan tertawa mesra. Awalnya dia tidak peduli dan berpikir positif. Namun, 3 hari yang lalu Sagara mendapat kiriman foto dari
"Kak Gara, bukan Kak Viana yang dorong aku dari tangga. Aku jatuh sendiri pas nolongin Kak Viana." Suara Alin terdengar melemah menjawab pertanyaan Sagara. Semua murid SMA Galaksi mendengarkan itu dengan seksama."Aku disuruh manggil Kak Viana buat dateng ke ruang BK buat ngurus absensi kelasnya. Aku ketemu Kak Viana di undakan tangga kelas 10, pas aku lagi ngomong Kak Viana kepeleset. Aku mau megangin Kak Viana, malah aku yang jatuh karena kepleset."Seusai Alin selesai menjelaskan. Satya kembali mengambil alih."Sekarang masih mau nuduh kalo Viana yang dorong Alin?"Viana segera bangkit dari duduknya. Dia bergegas keluar dari kelas, tidak memperdulikan teriakan sahabatnya. Dia ingin menemui Sagara detik ini juga. Dia berlari sepanjang koridor menuju ruang penyiaran yang berada di lantai satu. Dia dengan terburu-buru menuruni undakan tangga satu persatu. Namun, dia menghentikan langkah kakinya saat melihat Ravin bersama Meylani berdiri di ujung koridor. "Ravin? Ngapain dia sama Me
"Nanti istirahat gue jemput!"Sagara melepaskan helm full face miliknya. Dia merapihkan rambutnya yang berantakan lewat kaca spion. "Bawel banget, sih lo! Iya! Iya! Gue bakal nungguin lo di kelas! Puas lo?" Viana tampak kesal pada Sagara yang mengucapkan itu berkali-kali sejak dia bangun tidur. Terhitung semenjak Viana diculik oleh Raditya sore itu. Sudah 3 hari, Sagara begitu protect padanya. Bukannya tidak suka atau risih, hanya saja ini terlalu berlebihan. Selama 3 hari kemaren, Viana sakit sampai tidak bisa masuk ke sekolah. Sagara merawatnya dengan begitu baik, membuat Viana sedikit terharu. Preman pasar yang begitu cuek dan menyebalkan mendadak menjadi Dokter pribadi untuk Viana."Gue peduliin juga! Bukannya makasih malah tantrum!" Sagara turun dari motornya. Dia mulai merangkul Viana untuk memasuki sekolah. Dia mengabaikan tatapan dan bisik-bisik dari para murid sepanjang koridor. Senyum pada bibir Sagara tersungging kala mengingat apa yang akan dia lakukan pagi ini. Sagar
"Ada gue di sini, Vi!"Sagara menarik Viana ke dalam dekapannya. Dia memeluk gadis itu dengan hangat. Mengusap lembut kedua bahu Viana yang bergetar. Mental Viana seperti terganggu karena penculikan hari ini. Sagara gagal menjaga Viana. Sagara gagal menjaga amanah dari Arthur. Seharunya Sagara tidak sibuk bermain basket saat jam pulang sekolah. Dia langsung ke kelas Viana, mungkin Viana tidak akan mengalami kejadian seperti ini. Bodoh! Sagara terus menyalahkan diri sendiri. "Gue takut, Gar! Mereka nyiksa gue! Mereka maksa gue buat jujur hubungan gue sama lo!"Viana menumpahkan semua tangisannya di pelukan Sagara. Sepanjang hidupnya baru kali ini Viana mengalami hal buruk seperti ini. Ini lebih menakutkan daripada amarah Arthur. "Gue janji, Viana! Gue bakal lindungin lo selamanya!" Sagara bersumpah akan menebus kesalahannya hari ini pada Viana. Meskipun dia tahu bahwa itu tidak sepenuhnya kesalahan Sagara. Dia berjanji akan memastikan keadaan Viana baik-baik saja. Mulai hari ini,
"Musuh lo itu gue, bangsat! Nggak usah bawa-bawa Viana!" Sagara menarik kaos yang dikenakan oleh Raditya. Dia kembali memukul wajah Raditya dengan kencang. Dia terus memukulinya dengan membabi buta. "Lo pikir dengan Lo nyulik Viana kaya gini buat gue bakal tunduk sama lo?"Sagara seperti orang kalap. Dia diliputi oleh amarah saat melihat Raditya melecehkan Viana. Dia sudah tidak memikirkan hal lain. Dia hanya ingin menghabisi Raditya saat ini juga."Lo Dateng terlalu cepet, Gar! Gue belum sempet ngerasa—"Bugh'Sagara tidak memberi kesempatan pada Raditya untuk menyelesaikan ucapannya. Dia sudah bisa menebak ke arah mana ucapan Raditya. "Jaga ucapan lo!" Sagara menendang perut Raditya membuat lelaki itu terlempar mengenai tembok. Sagara mendekat dan menyeret kaki Raditya yang sudah tak berdaya. Lalu, dia kembali menendang tubuh Raditya. Sagara seakan tuli mendengar teriakan Raditya penuh kesakitan. "Gara, stop!" Suara Viana terdengar begitu lirih. Berhasil menghentikan pergeraka