"Lo tau alasan gue nyeret lo ke sini?" tanya Kanara sambil tersenyum licik. Alin menggeleng dengan takut. Dia memundurkan tubuhnya, tapi Seyra dengan cepat mendorong Alin hingga terjatuh. Ringisan Alin membuat Rachell dan Seyra tertawa."Sorry, gue sengaja!" Seyra tergelak pelan diikuti Rachell."Gue mau ngasih hadiah sama lo! Iya, kan?" tanya Kanara menatap satu persatu ketiga sahabatnya.Viana menjentikan jari sambil mengangguk. Dia mengeluarkan sebuah lip tin dari saku seragamnya. Begitupun dengan Rachell yang sudah menyiapkan peralatan makeup. "Lo itu cantik, tapi kita bakal dandanin lo biar lebih cantik lagi!" Seyra tampak bersemangat sejak tadi. Dia terlihat tidak sabar mengerjai adik kelasnya satu ini."Kak, lepasin aku! Aku mau ke kelas udah mulai jam pelajarannya!" Alin mencoba memberi alasan untuk kabur dari keempat kakak kelasnya ini."Udah gampang gue tadi udah izinin lo, kok," kata Seyra yang tentu saja bohong. Dia hanya menggertak pelan teman sekelas Alin untuk tidak m
Bab 30 "Gue puas banget udah nyiksa Alin!" Kanara tertawa puas seperti antagonis dalam sebuah drama. "Tapi, ini belum seberapa, anjir!" Rachell memasukan kedua tangannya pada saku jas almameternya. "Kita cuma dandanin dia kaya badut doang!" "Chell, kaya gitu juga udah nyiksa dia, anjir! Bayangin aja tadi dia nangis sampe sesenggukan kaya gitu!" Kanara menghampiri Rachell dan merangkul sahabatnya itu. "Lo kurang puas?" tanya Kanara yang diangguki oleh Rachell. "Oh, ternyata Rachell kita gak sebaik yang orang lain kira!" Kanara menutup mulutnya pura-pura syok. "Apa, sih, anjir?" Rachell melepaskan rangkulan Kanara dengan kasar. "Kalo mau gila gak usah bawa-bawa gue!" "Sensi banget, sih, lo! Dasar cewek!" sentak Viana yang sejak tadi diam."Lo juga cewek, anjir!" Rachell menabok pelan lengan Viana. "Tapi, gue gak sensi kaya lo!" balas Viana membuat ketiga sahabatnya tergelak pelan."Apa? Gak sensi?" Seyra bergerak maju di hadapan Viana. "Coba lo inget-inget lagi. Di antara kita b
"Apa?" tanya Viana ketus.Sagara tersenyum licik. Dengan tatapan segelap obsidian yang sibuk meneliti ekspresi marah Viana. Wajah Viana memerah karena kesal. Kedua alisnya menukik tajam, bibirnya menngerucut ke depan. Sial, kenapa lucu? Sagara tersadar dengan pemikiran gilanya. Lucu dari mana? Tidak ada jelmaan setan seperti Viana lucu. Sagara gila, dia segera menarik pemikiran konyolnya."Apa, anjing?" Viana mengulang pertanyaannya. Kali ini menggunakan kalimat kasar di akhir.Sagara memasukan kedua tangannya pada saku celananya. Dia menggeleng santai sambil menjawab. "Engga ada! Gue cuma mastiin aja kalo nama lo Viana!" Viana mengepalkan tangannya menahan emosi. Dia ingin sekali bergerak maju. Menerjang Sagara dengan cakaran mautnya. Agar wajah angkuh yang sialnya tampan itu rusak. Namun, Viana menahan diri dengab ekspresi kesal yang begitu kentara.Tanpa berkata lagi. Viana berbalik pergi meninggalkan ketiga sahabatnya. Dan juga Sagara dan ketiga temannya. Kenzo kembali bersiul
"Udah macet, panas lagi!" keluh Viana membuat Ravin mengusap kepala gadis itu lembut."Sabar, ya! Ini aku lagi coba muter balik buat lewat jalan lain!" kata Ravin menenangkan Viana.Setelah memakan waktu cukup lama. Terjebak macet karena tawuran antar geng motor. Akhirnya Ravin berhasil menjauh dari kerumunan jalanan. Dia lewat jalan tembusan yang jarang sekali di lewati banyak orang. Jalanannya tampak bersih dan luas hanya ada satu jalur saja. "Kita udah lama gak jalan, kan? Gimana kalo kita nonton?" Suara Ravin memecahkan keheningan di dalam mobil.Saat Viana sibuk memejamkan mata sambil mendengarkan lagu.ewat earphone yang terpasang di kedua telinga Viana. Gadis itu membuka matanya sambil mengangkat wajahnya. Tersenyum penuh binar kala menatap Ravin."Boleh banget! Aku kangen nonton bioskop sama kamu! Aku kangen jalan sama kamu!" Viana begitu menggebu-gebu. "Kamu, sih sibuk terus sama urusan Osis!" Ravin terkekeh pelan. "Itu kan udah jadi tanggung jawab aku sebagai ketua osis!"V
"Jadi, Sagara yang tawuran?" tanya Viana entah pada siapa. Saat ini dirinya sudah berada di apartement. Tepat pada pukul 07.00 malam kota Swinden. Ravin sudah mengantar dirinya pulang. Tapi, bukan ke apartement melainkan ke rumah dirinya dulu. Setelah mobil Ravin menjauh, Viana memesan sebuah grab untuk mengantarkan dirinya ke apartement. Dia berat hati meninggalkan kediaman Rajendra yang begitu megah. Dia ingin tetap tinggal dan menginap satu malam di kamar kesayangannya. Namun, para pekerja rumahnya pasti akan melaporkan semua ini pada Arthur. Viana saja tadi berharap kehadirannya di depan gerbang megah yang menjulang tinggi. Tidak tertangkap oleh CCTV. "Gue gak tau, sih, apa yang bakal terjadi kalo semisal gue kerekam CCTV!" kata Viana sedikit ragu mengingat dirinya berdiri epat di depan gerbang. Beruntung saat itu Pak Satpam di rumahnya tidak ada di depan gerbang. Jika ada, sudah pasti pria tua itu akan berbicara panjang lebar dan mengadukan semuanya pada Arthur. "Bodo amatla
"Papa, udah bilang berapa kali? Bubarin geng sampah itu!" Suara Daniel menggelegar di ruang tamu kediaman Giantara.Sagara, lelaki yang masih menggunakan seragam sekolah. Yang tampak berantakan dan kotor. Hanya bisa menatap Daniel tak acuh. Tidak ada ketakutan sedikitpun dari tatapan Sagara. Sudah dari 15 menit yang lalu Daniel memarahi dirinya."Sagara! Kelakuan kamu buat nama keluarga buruk di depan banyak orang!" Daniel kembali berbicara saat lagi-lagi Sagara tidak merespon. "Papa malu punya anak yang suka tawuran kaya kamu!" "Terus aku harus apa? Nurutin semua keinginan Papa kaya sebelum-sebelumnya gitu?" Sagara mengeluarkan suara pada akhirnya. "Kalo Papa ngarepin aku bakal bubarin geng Verdon. Sampai kapanpun itu gak bakal terjadi.""Kamu mau sampai kapan jadi anak pembangkang?" sentak Daniel dengan rahang mengetat.Pria paruh baya yang menggunakan kemeja hitam. Yang kedua lengannya digulung sampai siku. Daniel memijat pelipisnya yang terasa pening. "Pembangkang?" Sagara terta
"Mau ditaruh di mana muka gue?" Viana memukul bantal sofa dengan kesal. Dia sangat menyesali mengirimkan pesan pada Sagara. Seharusnya Viana bisa menahan diri. Bukan malah menuruti rasa penasarannya terhadap Sagara. Bersikap tidak peduli seperti biasanya saja. Lagi pula kalaupun Sagara sekarat karena tawuran. Tidak ada urusan dengannya. "Nyesel, kan, lo, Vi!" maki Viana pada dirinya sendiri.Dia bangkit dari posisi duduknya. Berjalan mondar-mandir seperti setrikaan. Semua hanya karena dirinya yang mengirim pesan pada Sagara. Tapi, seperti dia melakukan sesuatu yang sangat memalukan. Sejujurnya dia hanya takut Sagara akan mengejek dirinya setelah ini."Tinggal lo cuek aja, Vi! Gak usah lo peduliin si preman pasar!" kata Viana berbicara sendiri."Tapi, gak segampang itu, anjir! Gue pasti gak bakal bisa diem aja!" Viana menggeleng cepat."Oh, Viana! Kenapa perkara chat aja lo seheboh ini, sih!" Viana menjatuhkan kembali tubuhnya di sofa panjang.Dengan posisi tengkurap. Dia sibuk memik
"Gue beneran gak punya pacar, Viana!" Sagara lelah menghadapi Viana yang terus mendesak dirinya. Menganggap jika ucapan dirinya hanya kebohongan belaka.Untuk apa Sagara berbohong untuk hal tidak penting seperti itu? Lagi pula apa yang aneh kalau tidak memiliki pacar? Dan apa untungnya juga menjalin hubungan asmara dengan perempuan? Sagara tidak tertarik berdekatan dengan lawan jenis. Apalagi menjalin hubungan dengan mereka? Perempuan itu ribet dan banyak tingkah. Sagara yang memiliki kesabaran setipis tisu tidak sanggup menghadapi makhluk hidup bernama perempuan. Mereka itu selalu ingin dimengerti. Dan dari pengalaman teman-teman Sagara. Terutama Kenzo si buaya darat. Menjalin hubungan dengan perempuan membuat hanya buang-buang waktu saja. "Gue gak percaya, sih! Gimana, ya, Gar? Muka lo emang kaya preman pasar tapi masa gak ada satu cewek yang nyantol sama lo!" Viana tentu gengsi mengatakan jika Sagara tampan. Yang ada Sagara akan terbang tinggi sampai ke langit ke-7. "Bukan gak a
"Lo dari mana aja?" sentak Sagara kala melihat Viana memasuki apartement. Viana melirik sekilas Sagara. Sebelum melangkah menuju kamarnya. Dia secara terang-terangan tidak memperdulikan Sagara. Membuat Sagara naik pitam."Lo belum jawab pertanyaan gue, anjing!" Sagara bangkit, menarik kasar tangan Viana. Viana yang tidak siap berbalik. Dan menabrak dada bidang Sagara. Keduanya sama-sama terkejut. Viana mendongak menatap Sagara yang menatapnya juga. Keduanya melakukan kontak mata selama 10 detik. Sebelum Viana mendorongnya dengan keras. Membuat tubuh Sagara sedikit terhuyung ke belakang."Apa urusannya sama lo? Mau gue pergi kek, mau gue kemana aja juga bukan urusan lo!" Viana menatap Sagara kesal.Gara-gara telpon Sagara semalam. Dirinya jadi diserang oleh sahabatnya dengan berbagai macam pertanyaan. Terutama Kanara yang tidak berhenti mendesak dirinya. Sungguh Viana sudah tidak nyaman sejak semalam. Tapi, dia juga ingin pulang tidak mungkin. Selain malas bertemu Sagara, saat telpon
"Lo liatin siapa, sih, Sey?" Rachell bertanya saat melihat perubahan ekspresi Seyra. Gadis itu seperti orang linglung. Seyra menoleh dengan tatapan kosong. Dia tidak begitu mempercayai apa yang dirinya lihat. Tapi, itu nyata sekali. Dirinya tidak mungkin salah lihat. Itu Ravin, tapi dengan siapa? "Hah? Emm, gue tadi liat Ra—" Seyra menghentikan ucapannya. Kala kembali menoleh tapi tidak menemukan Ravin di tempat tadi. 'Kemana Ravin?' tanya Seyra dalam hati. "Sey? Ra? Siapa?" Viana menatap Seyra dengan dahi berkerut. Seyra dengan cepat menggenggam tangan Viana. Dia mencoba tersenyum disela perasaan campur aduk yang dia rasakan. Jika benar itu Ravin, bersama perempuan lain. Seyra bukannya berprasangka buruk tapi melihat Ravin merangkul perempuan itu. Terlihat mesra sekali seperti sepasang kekasih. Sialnya, Seyra tidak bisa melihat wajah perempuan itu. Dia membayangkan perasaan Viana mengetahui Ravin berselingkuh. Dia menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Menatap Viana yang k
"Iya, awal-awal kita kenal mah kaya gitu. Pas awal masuk semester 2, abis liburan tuh, ya. Mereka mulai tuh nindasin banyak murid. Padahal pas itu mereka masih kelas 10!" Kenzo menjelaskan tentang Viana dan ketiga sahabatnya pada Sagara. "Tapi, karena keluarga mereka yang sangat berpengaruh di SMA Galaksi. Gak ada yang berani negur, bahkan guru-guru aja cuma ngasih mereka hukuman aja!" "Kenapa mereka tiba-tiba jadi pembully?" Tanpa sadar Sagara terus bertanya tentang Viana. Hal yang tak begitu penting dalam hidupnya. Meskipun Viana merupakan istri sahnya. Tapi, dia tidak pernah peduli tentang gadis sinting itu. Untuk kali ini, Sagara tidak tahu apa yang terjadi padanya. Sampai begitu tertarik mengetahui tentang Viana. "Gue gak tau alasannya. Orang-orang juga kaget pas itu, soalnya awal mereka masuk sekolah itu kaya cewek baik-baik. Tapi, pas abis liburan langsung berubah gitu!" Kali ini Danish yang menjawab pertanyaan Sagara. "Tumben banget lo tertarik sama hal kaya gini. Suka Lo
"Boss, muka lo kenapa? Kaya gak dikasih jatah aja!" celetuk Kenzo melihat ekspresi suram Sagara. "Dark banget, ya, Bund!" Nada suara Danish ngikutin trend Ibu-ibu jaman sekarang. "Jijik banget lo!" Satya menggeplak kepala Danish. Membuat sang empu meringis. "Apa, sih, anjing?" Danish melotot kesal. Satya tidak memperdulikan Danish. Dia menatap Sagara yang sejak tadi. Misah-misuh di tempat sambil menatap layar ponselnya. Dia bangkit berpindah duduk di samping ketua geng Verdon itu. "Ada masalah apan bree? Galau sendiri aja gak ngajak-ngajak!" Satya menepuk pundak Sagara membuat lelaki itu menoleh. "Weh, si boss galau, nih! Galauin siapa? Dedek gemes kelas sepuluh itu?" Kenzo menyahut dengan cepat. "Cakep, njir! Imut, gemoy gitu cocok lah sama gue!" Sagara menatap Kenzo tajam. Mendengar ucapan lelaki itu. "Lo sentuh dia, lo berurusan sama gue!" Tatapan Sagara penuh peringatan. "Dia juga gak mungkin mau sama buaya kaya lo!" Danish mengangkat kakinya di atas meja. Sambil
"Awas ya lo kalo sampe ada hal yang ditutupin lagi sama kita!" Mereka tahu tentang kehidupan Viana. Meskipun tidak banyak yang gadis itu ceritakan. Tapi, mereka tahu bagaimana beratnya hidup jadi Viana. Dia membutuhkan kasih sayang Arthur. Dia juga ingin mendapatkan perhatian Arthur. Sayangnya itu hal yang sulit melihat Arthur jarang berada di rumah. "Iya, kalian tenang aja. Gue bakal cerita, tapi saat ini gue baik-baik aja!" Viana lagi dan lagi berbohong. Entah sudah berapa banyak kebohongan yang Viana lakukan. Saat dirinya menikah dengan Sagara. Dosanya semakin bertambah banyak. Viana selalu berbohong pada siapapun baik keluarganya maupun sahabatnya. Dengan Ravin saja kebohongan Viana begitu menumpuk. Mengingat lelaki itu membuat dirinya merasa bersalah. Sudah menghindar dan membuat Ravin terus kepikiran. "Janji lo, ya! Awas kalo gue tau lo nutupin sesuatu sama kita!" ancam Kanara yang menyadari ada hal yang Viana tutupi dari mereka. Tapi, dia tidak bisa mendesak Viana untuk
"Guys, kalo suatu hari gue ngelakuin kesalahan. Apa kalian bakal benci sama gue?" Pertanyaan tiba-tiba Viana membuat keadaan mendadak hening. Gadis dengan baju tidur bergambar beruang itu. Tidur di atas kasur lipat yang dilebarkan di atas lantai marmer. Saat ini mereka berada di ruangan kamar yang sengaja dikosongkan. Kamar yang biasa digunakan setiap kali sahabatnya menginap di rumah Seyra. Tidak ada ranjang atau lemari. Kamar ini kosong hanya ada sofa panjang dan juga nakas. Mereka tidur di atas kasur lipat. Viana tidur terlentang sambil menatap langit-langit tinggi. Yang terdapat lampu gantung kristal. Saat ini waktu menunjukan waktu 09.30 kota Swinden. Mereka bersiap untuk menonton drama yang sudah mereka tunggu dari jauh-jauh hari. Tapi, Viana justru tiduran di atas kasur bersiap untuk tidur. "Lo tiap hari ngelakuin kesalahan, anjir!" balas Rachell yang saat ini sudah membaik. Dia merasa cukup puas melampiaskan emosi. Dengan menangis sambil menyerocos panjang lebar.
"Lo tau sendiri, kan? Gue paling benci yang namanya perselingkuhan!" Rachell mengusap matanya yang lagi dan lagi mengeluarkan air mata. "Bukan lo doang kali. Semua orang juga, Chell!" Kanara ikut menimpali sambil memakan Snack di pangkuannya. "Perselingkuhan itu kesalahan yang tak termaafkan kata gue, sih!" Seyra meletakan layar ponselnya dengan asal.Viana yang mendengar obrolan ketiga sahabatnya mendadak terdiam. Apakah dirinya telah melakukan kesalahan? Sudah menikah dengan Sagara tapi masih memiliki hubungan dengan Ravin? Ini yang diselingkuhin oleh Viana. Ravin atau Sagara? Sepertinya Ravin, karena dirinya lebih dahulu memiliki hubungan dengan lelaki itu. Atau justru Sagara yang merupakan suami sahnya? Kenapa kisah hidupnya sudah seperti drama-drama yang ditonton oleh pelayan di rumahnya. "Selingkuh itu salah, ya?" tanya Viana tiba-tiba.Ketiga sahabatnya menoleh dengan ekspresi terkejut."Lo mau selingkuh?" Seyra menanggapi pertanyaan Viana dengan cepat."Gilak lo? Ravin seb
"Gue gak tau mau gimana nyikapin lo saat ini!" Rachell membuka suara saat keduanya terjebak dalam keheningan. Saat ini Satya dan Rachell berada di sebuah taman sekolah. Atas bujukan Satya yang memaksa Rachell untuk menuruti keinginannya. Dan berakhir mereka di sini duduk di sebuah kursi taman. Di temani kicauan burung dan suara air mancur buatan.Jam pulang sekolah sudah berakhir sejak tadi. Namun, Rachell mendapat tugas dari wali kelas untuk mengembalikan buku paket. Yang baru saja digunakan tadi pada perpustakaan sekolah. Ketiga sahabatnya tadi sudah menawarkan diri untuk menemaninya. Tapi, Rachell menolak menyuruh mereka untuk segera pulang."Satya, kenapa lo gak bisa dengerin omongan gue? Kenapa lo gak pernah mau nurutin keinginan gue?" Rachell kembi beebicara saat Satya tak kunjung membalas ucapannya. "Yang lo bilang kalo kita gak pernah ada hubungan apapun? Dan nganggap waktu 3 bulan itu bukan apa-apa, iya? Untuk itu gue gak mau, Chell. Nyatanya gue sama lo itu pernah ngerasai
"Lo gak punya hak buat ikut campur urusan gue sama Viana!" tukas Ravin cepat dengan tatapan tak suka. Yang begitu jelas tanpa ditutupi. "Gue gak ikut campur! Cuma ngasih tau jadi cowok peka dikitlah!" Sagara melirik Viana yang justru membuang muka. "Apa urusannya sama lo?" Ravin menatap Sagara penuh permusuhan. Semenjak kehadiran Sagara di SMA Galaksi, Ravin sudah tidak menyukai lelaki itu. Sagara mengambil apa yang dia miliki selama 3 tahun di SMA Galaksi. Ketenaran dan pamor yang sudah dia dapatkan susah payah. Kehadiran Sagara mengambil atensi para murid dan juga Viana. Lelaki itu memiliki daya tarik yang kuat sehingga berhasil menggeser posisi dirinya di SMA Galaksi. Sagara menggedikan bahunya tak acuh. Lalu, menatap Viana yang terus membuang muka tidak ingin menatapnya. Ketiga sahabat Sagara tidak begitu menyadari sikap Viana. Karena, gadis itu mencoba untuk bersikap biasa saja. Sedangkan Ravin lelaki itu menyadari sikap Viana yang berbeda. Bukan, karena gadis itu mar