Share

Bab 52a

Penulis: Siska_ayu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-07 17:53:36

Aku yang berdiri tepat di hadapannya merasa heran sampai-sampai kedua alisku saling bertautan. Kenapa dia seolah begitu kesal.

"Aku udah kasih tau Fara kalau aku mampir ke rumah sakit dulu. Anaknya Mas Ryan masuk rumah sakit. Makanya pulang cukup larut. Lagian kamu malam-malam bukannya tidur malah nangkring di luar. Gak dingin apa?"

"Kamu ngasih tau Fara, tapi gak ngasih kabar sama aku. Padahal, dari tadi aku nungguin kamu. Bela-belain minum kopi biar gak ketiduran padahal kamu tau sendiri aku gak suka kopi."

Di dekatnya memang ada sebuah cangkir. Mungkin itu memang gelas bekasnya minum kopi.

"Loh, mana aku tau kamu bakal nungguin aku sampai pulang. Aku pikir kamu udah tidur," timpalku. Tak terima rasanya disalahkan seperti ini.

"Kamu pikir aku bisa tidur nyenyak di saat aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu?" Hanan malah balik bertanya.

"Kenapa harus khawatir? Aku bukan anak kecil. Aku tau apa yang benar saja salah. Lagian kamu kenapa sih, aneh gini?"

"Kamu tanya kenapa? Itu karen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 52b

    Rasanya, mataku baru terpejam beberapa saat. Tapi adzan subuh sudah berkumandang. Dengan kedua mata yang masih lengket, aku memaksakan diri untuk bangun lalu mengambil air wudhu. Apapun keadaannya, sebagai seorang muslim, aku wajib melaksanakan solat. Dengan khusuk aku berdiri, mendirikan solat dua rakaat dan ditutup dengan doa. Rasa kantuk yang tak tertahankan, membuatku kembali menghambur ke atas ranjang tanpa melepas mukena yang masih melekat. Aku melanjutkan tidurku yang tadi sempat terganggu. Beruntung ini hari libur. Jadi aku bisa bangun lebih siang. Suara riuh dari arah depan membuatku membuka mata. Jam dinding ternyata sudah menunjuk ke angka delapan pagi. Aku pun bangun. Meregangkan otot-otot yang terasa kaku, lalu melepaskan mukena yang masih dikenakan. "Kenapa sudah bangun? Hari ini kan libur. Semalam kamu kurang tidur," tutur ibu saat melihatku yang hendak ke kamar mandi. "Gak apa-apa, Bu. Sudah cukup kok tidurnya," jawabku. "Ilham di mana?" "Di depan. Tadi habis ik

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 53a

    Melihat kedekatan Fara dengan Hanan, entah kenapa dadaku terasa sesak. Mata memanas dengan cairan bening yang berdesakan ingin ditumpahkan. Aku menggigit bibir kuat-kuat, menahan agar buliran itu tak sampai menetes. Bukankah ini yang aku inginkan? Fara mendapatkan laki-laki sebaik Hanan. Tapi kenapa justru hatiku kesakitan?Langkah kakiku terhenti saat tangan mungil Ilham yang dari tadi dituntun, tiba-tiba tak ikut bergerak. Aku menoleh. "Kenapa, Sayang?" tanyaku sambil menahan suara agar tak bergetar. "Kenapa kita balik lagi? Kata Bunda kita mau ke pantai?" "Kita ke hotel aja, ya. Di sini anginnya kencang," jawabku. "Yah ... padahal kan Ilham mau lihat laut. Mau main pasir." Ilham menunduk pilu. "Besok pagi kan kita bisa main pasir, main air. Kalau sekarang sudah sore." Aku mencoba memberi pengertian. "Iya, deh," jawab Ilham diakhiri embusan napas berat. Baru saja kami akan melanjutkan langkah, tiba-tiba sebuah suara terdengar. "Ya ampun, Ra. Baru aja aku mau nyusulin kamu. T

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 53b

    Malam ini, Hanan mengajakku dan seluruh keluargaku makan malam di sebuah rumah makan yang terletak persis di pinggir pantai. Lampu warna-warni memenuhi rumah makan yang terbuat dari bambu tersebut. Aneka makanan olahan laut sudah tersaji di meja makan. Kami menikmatinya ditemani deburan ombak yang sesekali terdengar. Wajah bapak dan ibu terlihat begitu bahagia. Sampai-sampai aku dibuat haru sekaligus merasa bersalah pada keduanya. Aku lupa, entah kapan mengajak mereka menikmati liburan seperti ini. Kesibukan sebagai istri sekaligus ibu, melupakan kewajiban untuk tetap membahagiakan mereka berdua. Apalagi Mas Hilman memang tipe suami yang tidak pernah memintaku untuk mengajak kedua orang tuaku saat liburan. Karena memang kami pun sangat jarang liburan. Namun kini, kedua orang tuaku justru dibahagiakan oleh orang lain yang tak mempunyai ikatan apapun dengan mereka. "Pak, Bu, gimana hotelnya? Nyaman gak?" tanya Hanan saat kami dalam perjalanan pulang dari rumah makan. "Enak banget Na

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 54a

    Bukannya terdiam, Fara malah senyum-senyum gak jelas. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Aku memilih meletakkan ponsel itu di atas nakas, kemudian tidur menyamping membelakangi adikku itu. "Tetangga depan rumah juga laki-laki yang baik loh, Mbak. Mapan juga. Satu pekerjaan lagi sama Mbak. Kenapa gak diterima aja?" Bukannya ikutan tidur, gadis itu malah terduduk persis di belakangku. Ia mengguncang tubuhku pelan seolah masih ingin berbincang. "Tetangga depan rumah itu punya nama," timpalku tanpa menoleh ke arahnya."Cie cie ... yang ngebelain." Fara menggelitik pinggangku hingga aku merasa geli. "Stop, Far, stop!" pintaku. Tubuhku hampir saja terjatuh dari ranjang karena menghindari gelitikan Fara."Bayangkan deh, Mbak. Kalau suatu saat kita nikahnya barengan, kayaknya seru deh. Terus kita bulan madu. Double date gitu." Mata Fara menerawang. Mungkin sedang membayangkan apa yang dikatakannya. "Ngaco, kamu, Far. Ada-ada saja. Udah sana tidur. Mbak juga mau tidur. Biar besok bisa l

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 54b

    Aku berlari menghampiri Hanan yang berhasil menggendong Fara dan meletakkannya di pinggir pantai. Pun dengan bapak yang mengikutiku. "Fara, bangun, Far!" Aku berjongkok. Menepuk-nepuk pipinya pelan agar ia terbangun. Bapak pun sama. Dia memijit jempol kaki Fara lalu mengusap-usap telapak kakinya. Sementara Hanan menekan-nekan dada Fara pelan. Beberapa saat kemudian, ia tersadar dan langsung batuk-batuk. Setelah melihat Hanan di hadapannya, Fara yang nampak masih ketakutan langsung memeluk tubuh Hanan sambil menangis. Kedua tangan Fara melingkar erat di leher Hanan. Meski Hanan sama sekali tak membalas pelukan itu. Aku mengusap-usap kepala Fara lembut. Ketakutan-ketakutan yang tadi menghantui, hampir saja terjadi pada salah seorang yang begitu ku sayangi. Setelah beberapa saat, Fara melepaskan pelukannya dari Hanan dengan wajah kikuk. Mungkin kini kesadarannya mulai pulih. "Terima kasih ya, Kak," tuturnya malu-malu. "Kamu sebenarnya kenapa, Far?" tanyaku penasaran dengan apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 55a

    Kepala bapak sempat menoleh sesaat, mungkin untuk memastikan tak ada orang yang akan mendengar percakapan mereka berdua. Untung saja aku buru-buru bersembunyi dibalik daun pintu. "Menurut bapak, Fara itu menyukai Hanan, Bu." Bapak melanjutkan perkataannya. "Jadi maksud bapak, Fara yang mau dijodohkan sama Hanan?" Ibu kembali bertanya."Iya," jawab bapak singkat. "Hanan itu laki-laki yang baik. Sayang rasanya kalau orang sebaik dia gak dijadiin menantu.""Tapi kalau yang ibu lihat, justru Hanan itu menyukai Zara, Pak. Bukan Fara." Ibu menimpali.Aku masih terdiam. Mematung di belakang daun pintu sambil sesekali memperhatikan sekeliling. Takutnya tiba-tiba ada Fara ataupun Ilham yang suka langsung berteriak memanggil ibunya ini. "Walah ... Iya kah, Bu? Jadi gimana? Kok rumit gini." Suara bapak terdengar bingung. "Gak tau, Pak. Ibu juga bingung. Gimana anak-anak ajalah. Kan mereka yang mau menjalani." Ibu pun terdengar putus asa seperti halnya bapak. Tak terdengar lagi percakapan ant

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-12
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 55b

    "Apa yang kamu katakan, Han? Bukankah selama ini kita hanya sebatas teman baik? Gak lebih dari itu. Aku pikir, kebaikan dan perhatian kamu selama ini, karena aku adalah teman baikmu. Tanpa ada perasaan yang lain." Aku berbicara pelan. Tenagaku tiba-tiba berkurang drastis setelah mendengar pengakuannya. "Itu karena kamu gak peka sama perasaanku. Padahal, aku menyukaimu jauh sebelum kamu menikah dengan Bang Hilman. Dan sampai sekarang, perasaan itu gak pernah berubah. Apalagi berkurang." Hanan kembali bersuara. Dan itu semakin membuatku tercengang. Jadi selama bertahun-tahun lamanya dia memendam semua ini?"Kenapa kamu gak pernah mengatakannya, Han? Ke mana aja kamu selama ini? Kamu memilih menjauh dan membiarkan aku menjadi milik orang lain." Aku mulai terisak. Hanan tersenyum getir. "Dulu, siapa lah aku? Aku hanya seorang anak SMA yang tidak punya keberanian apa-apa. Aku hanya punya tekad dan keinginan yang kuat untuk bisa membahagiakan orang yang aku cintai. Jadilah aku berusaha men

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-12
  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 56a

    Suara Bu Halimah terdengar bergetar. Bagaimana tidak, anaknya ditangkap polisi meski aku sendiri belum mengetahui entah sebab apa. "Baik, Bu. Zara akan sampaikan sekarang," jawabku."Makasih ya, Ra. Ibu tutup dulu. Mau langsung ke kantor polisi," timpalnya buru-buru. Bahkan, aku pun belum sempat menanggapi apapun lagi tapi telepon terlanjur putus. Lekas aku melepas mukena dan melipat sekenanya. Lalu berjalan keluar kamar menuju kamar Hanan. Di depan pintu kamar Hanan aku termenung sesaat. Kejadian tadi sore masih teringat jelas di ingatan. Mungkin saja Hanan juga masih marah padaku. Namun, karena ini adalah masalah yang penting, aku pun memberanikan diri untuk mengetuknya. "Han, ini aku, Zara!" tuturku setelah mengetuk untuk yang kedua kalinya. Suara langkah kaki pun mulai samar terdengar. Hingga pintu itu kini sudah benar-benar terbuka. Hanan menatapku dengan tatapan yang membuatku kembali kikuk bercampur grogi. "Ada apa?" tanyanya datar. "Ibu barusan telepon. Nomor kamu gak a

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-13

Bab terbaru

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 63b

    Aku menoleh. Lalu mengerlingkan mata ke arahnya. "Coba lihat jam dinding. Sudah hampir pukul enam, Sayang. Mau pas lagi tanggung tiba-tiba ada yang gedor pintu?" Hanan pun langsung tertawa ngakak mendengarnya. Hari ini, kami minta ijin pada kedua orang tuaku untuk pindah ke toko kelontongan. Dengan senang hati, ibu bapak mengijinkan. Melihat Fara, aku semakin yakin untuk pindah dari rumah ini. Karena bukan tidak mungkin, jika aku dan Hanan tetap tinggal di sini, Fara akan tersakiti melihat kemesraan kami. Menjelang siang, aku dan Hanan berangkat ke toko tanpa membawa banyak barang. Hanya baju-baju milikku, Ilham dan Hanan yang dibawa. Karena menurut Hanan, di sana sudah ada barang-barang rumah tangga yang cukup komplit. Sampai di sana, keadaan toko masih tutup karena Hanan memang sengaja libur dari kemarin. Tokonya lumayan besar. Apalagi lokasinya tepat di jalan utama dekat dengan pasar induk. "Yuk, masuk!" ajaknya padaku dan Ilham saat kami turun dari mobil. Kami pun memasuki

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 63a

    "Bangun, Sayang. Mandi dulu." Hanan berbisik tepat di telingaku. Dia juga mengecup keningku lembut saat mata ini masih tertutup. Sejujurnya, aku sudah terbangun saat merasakan pergerakan ia yang turun dari ranjang. Hanya saja, aku ingin mengetahui bagaimana caranya dia membangunkan aku setelah apa yang terjadi semalam. Ternyata semanis ini. Aku pura-pura masih terlelap dan tak menanggapinya. Berkali-kali dia mencium pipi dan keningku bergantian. Andai aku tak menahannya, sudah dipastikan aku akan tersenyum tanpa henti karena sikap romantisnya. "Sayang ... bangun! Atau ... aku perlu mengulang apa yang sudah kita lakukan semalam?" Mendengar penuturannya, mataku langsung terbuka lebar. Lekas aku beringsut dan duduk sambil menatapnya. Hanan yang duduk di pinggir ranjang langsung tertawa kecil melihat reaksiku. "Bercanda. Sebentar lagi juga subuh," tukasnya dengan sisa tawa di bibirnya. Aku pun langsung mengerucutkan bibir sambil turun dari ranjang. "Air panasnya sudah aku tuang ke da

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 62b

    Kami duduk saling berhadapan sambil menunggu pesanan tiba. Tidak dipungkiri, ada rasa grogi saat kembali bertemu dengannya. Apalagi saat dia terus menatapku tanpa berkedip. Rasanya pipiku sudah memerah dan memanas. "Kamu kenapa ngeliatin gitu?" tanyaku salah tingkah. Dia malah menyangga dagunya dengan tangan tanpa mengalihkan pandangan dariku. "Sebulan loh, Ra, kita gak ketemu. Aku kan udah bilang berkali-kali kalau aku kangen banget sama kamu. Apalagi, makin hari kamu makin cantik. Bagaimana mungkin aku bisa melewatkan kesempatan sebagus ini.""Ish ... udah pintar ngegombal ternyata." Aku sedikit mendelik sambil tersipu malu. "Bukan menggombal. Tapi ini kenyataan," timpalnya. "Oh, iya. Besok aku ke rumah kamu buat lamaran. Kamu juga libur, kan?" tanyanya. Aku mengangguk. Mendengar kata lamaran, jantungku kembali berlompatan. Aku serasa melayang di langit paling tinggi saking bahagianya. Hingga akhirnya pesanan bakso sampai dan kami menikmati bakso itu sambil berbincang ringan. M

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 62a

    Aku menangis. Meremas seprai kuat-kuat untuk menyalurkan rasa sakit yang tak tertahankan. Tiba-tiba saja aku merasa tubuhku diguncang seseorang. "Ra, bangun! Kamu kenapa?" Aku membuka mata. Memperhatikan sekeliling. Hanya ada ibu yang berdiri di pinggir ranjang dengan tatapan heran. "Kamu kenapa nangis nangis jam segini?" Ibu mengulang pertanyaannya. Aku melirik jam dinding. Ternyata baru menunjuk ke angka empat dini hari. Lekas aku mengusap wajah sambil mengucap Alhamdulillah karena semua itu hanya mimpi. "Zara gak apa-apa, Bu. Cuma mimpi buruk," jawabku tersipu malu. "Walah, kamu ini. Makanya, sebelum tidur itu baca doa, biar gak mimpi buruk kayak gitu," timpal ibu sambil berbalik dan pergi meninggalkan kamarku. Saking bahagianya, semalam aku memang lupa tidak berdoa sebelum tidur. Mungkin itulah sebabnya aku bisa mimpi mengerikan seperti itu.Untuk menenangkan debaran jantung yang masih belum beraturan, aku pun turun dari ranjang lalu mengambil air wudu. Setelahnya, aku meng

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 61b

    Tidak terlalu banyak percakapan di antara kami. Karena otakku juga sibuk memutar ulang momen yang baru saja terjadi. Momen bahagia yang membuatku berbunga-bunga dan tersipu tanpa sadar. Bahkan, saat kembali melanjutkan pekerjaan pun, bayang-bayang itu tak kunjung hilang dari ingatan. Membuatku sudah merindukan Hanan padahal baru berpisah beberapa jam yang lalu. Sore menjelang. Waktu pulang pun sudah tiba. Sebelum bersiap, aku mengecek ponsel untuk melihat pesan yang masuk. Karena dari tadi aku sudah gelisah menunggu kabar dari Hanan yang tak kunjung muncul. Aku menghela napas pelan saat mengetahui kalau Hanan tak mengirim pesan sama sekali. Rasa kecewa membuat dadaku tiba-tiba sesak. Namun, baru saja aku akan kembali memasukkan ponsel ke dalam tas, getarannya membuatku urung. Saat dilihat, mataku langsung berbinar melihat siapa yang mengirim pesan.[ Maaf baru ngabarin. Tadi ponselku lowbat dan mati. Alhamdulillah aku sudah sampai dengan selamat. Kamu sudah pulang belum?][ Alhamdu

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 61a

    Laju air mata mengalir semakin deras setelah mendengar penuturan Hanan. Kakiku rasanya lemas tak bertulang hingga hampir ambruk andai tak ada kursi yang langsung menopang tubuhku. Aku terduduk di kursi itu dengan perasaan campur aduk. "Ra ...!" Mas Ryan mendekat. Tangannya hampir memegang pundakku andai tanganku tak langsung memberi kode agar ia jangan melakukan hal itu. "Tapi kenapa, Han? Bukannya kamu sendiri pernah bilang, kalau kamu gak akan pernah pergi jika aku mengatakan perasaan yang sebenarnya." Aku kembali menatap Hanan yang masih berdiri di tempatnya. "Maaf, Ra. Aku sudah janji ke perusahaan akan segera kembali untuk mengurus semuanya," jawab Hanan."Maksudnya? Mengurus apa? Lalu aku dan Ilham?" Aku semakin terisak. Perih sekali rasanya mengetahui Hanan tetap akan pergi dan tak akan mengurungkan niatnya."Justru karena hal itulah aku terpaksa harus pergi. Pihak perusahaan memintaku untuk tetap stay di sana. Jika aku menolak, aku diminta untuk mengundurkan diri. Dan aku,

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 60b

    Setelah selesai solat dan tadarus sebentar, aku mengecek ponsel. Mungkin saja Hanan mengirimkan pesan padaku. Nihil. Hanya ada beberapa pesan grup yang masuk. Aku pun memandangi layar ponsel cukup lama. Berpikir untuk mengirim pesan padanya lebih dulu. Setelah menimbang-nimbang, aku pun menyingkirkan sedikit egoku untuk mengirim pesan padanya lebih dulu. [Han, kenapa belum pulang? Semuanya baik-baik saja kan?] Aku pun mengirimkannya dengan jantung berdebar. Cukup lama pesan itu hanya centang satu. Menandakan nomornya sedang tidak aktif. Aku pun semakin dilanda gelisah dan kekhawatiran. Takut terjadi sesuatu yang buruk padanya. Hingga setelah melaksanakan solat isya, barulah layar ponsel itu memendarkan cahaya. Aku langsung mengambilnya. Mataku berbinar saat tahu itu adalah balasan dari Hanan. Gegas aku pun membukanya dengan tergesa. [ Aku di rumah ibu, Ra. Sepertinya aku akan menginap di sini. Semuanya baik-baik saja kok. Gimana kabar kamu sama Ilham hari ini? Sepi banget rasanya

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 60a

    Aku sempat tertegun sesaat setelah mendengar penuturannya. Hingga kemudian aku tersadar bahwa Fara memang benar-benar telah mengucapkan hal demikian saat menatap wajahnya yang memang terlihat serius tanpa candaan seperti biasanya. Aku memaksakan senyum meski kecil. "Kamu ngomong apa, sih, Far?" "Aku serius, Mbak. Aku sudah tau kalau sebenarnya Mbak sama Kak Hanan itu saling mencintai. Waktu Mbak dan Kak Hanan bicara berdua sore itu, aku sebenarnya mendengar perbincangan kalian di balik pintu rumah. Aku juga sudah tanyakan langsung hal ini pada Mbak Rima. Tadi siang aku ke rumahnya. Dan Mbak Rima membenarkan hal itu," jawab Fara dengan wajah yang masih nampak sedikit sendu. "Awalnya aku sempat marah, kecewa, juga sedih. Tapi akhirnya aku sadar, akulah yang berada di tengah-tengah antara Mbak Zara dan Kak Hanan. Kalian saling mencintai satu sama lain. Apalagi Kak Hanan, dia mencintai Mbak sejak lama. Mana mungkin aku bisa memaksakan seseorang yang sama sekali tidak mencintaiku. Ayola

  • SUAMIKU BUKAN SUAMIMU   Bab 59b

    Pagi ini aku harus kembali bekerja. Meski pikiran masih sedikit kacau karena semua yang terjadi, namun, hidup harus tetap dijalani dengan penuh semangat. Ada orang-orang yang harus aku bahagiakan. Di sebrang sana, Mas Ryan pun nampak sudah siap. Sepertinya dia juga hendak berangkat kerja karena sudah rapi dengan kemeja yang melekat di tubuh atletisnya. Penasaran dengan nasib Nisya, aku pun menghampirinya."Pagi, Mas," sapaku ramah. "Hai. Pagi." Mas Ryan berbinar melihatku. "Nisya gimana? Di mana dia sekarang?" tanyaku. "Tadi pagi udah aku anterin ke sekolahnya. Aku titipkan ke gurunya. Nanti sore aku jemput lagi," jawabnya. "Alhamdulillah kalau gitu, Mas. Jadi gak terlalu khawatir," timpalku sambil tersenyum. "Kalau ... Mbak Anita?" "Mungkin nanti istirahat aku akan melihat keadaan dia. Mau ikut?" tawarnya. "Oh, enggak sepertinya, Mas," tolakku. "Ya sudah kalau gitu. Aku juga mau berangkat soalnya." Aku buru-buru berbalik dan kembali ke halaman rumahku. Saat sampai di teras u

DMCA.com Protection Status