Kenriki tersentuh mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri. Tidak ada kata-kata yang bisa diucapkannya selain menggenggam jemari tangan istrinya dengan erat pertanda ia menyukai apa yang diucapkan oleh wanita itu meskipun hatinya sekarang sangat gelisah. Mereka akhirnya meninggalkan tempat tersebut untuk pulang, karena tanggung jawab Kenriki masih menunggu keesokan harinya, menengok Lyoudra setelah ia sudah diizinkan untuk pulang dari rumah sakit. Sementara itu, Sakti dan Pak Erwin sudah tiba di rumah besar milik Pak Erwin.Sakti dibawa ke lantai atas untuk bertemu dengan Erna. Sebelum masuk ke dalam kamar Erna, Sakti diminta Pak Erwin untuk tidak boleh terlalu mendesak Erna jika sekiranya anaknya itu seperti tertekan. Hanya untuk menghindari Erna mengamuk dan mengancam untuk bunuh diri kembali seperti sebelumnya meskipun penjagaan diperketat setelah insiden tempo hari, namun, tetap saja waspada adalah hal yang ditekankan untuk semua yang berinteraksi dengan Erna oleh Pak Erwin.
"Benar, sudah cukup penderitaan yang kamu berikan pada Kenriki, kau tidak kasihan padanya?""Tidak! Aku tidak mau!" "Erna, kau sendiri yang bilang saat kau melihat Riki pingsan, kau sangat cemas dan khawatir, itu artinya, kau menyesali semua yang pernah kamu lakukan padanya, bukan?""Iya, memang benar, tapi aku enggak mau ngasih obat itu lewat orang lain! Aku mau Riki sendiri yang datang ke sini dan memintanya dariku!""Itu tidak mungkin dilakukannya, dia tidak bisa berdekatan dengan perempuan lain selain istrinya, kau melupakan bahwa dia trauma?""Kalau dia terbiasa denganku, dia tidak akan kesulitan, Pi! Istrinya tiap hari bertemu dengannya, wajar dia tidak ketakutan, aku juga yakin nanti denganku dia juga akan terbiasa!""Kau tidak mau patuh dengan apa yang Papi katakan padamu?""Aku patuh tapi aku ingin dia yang datang sendiri bukan diwakilkan oleh orang lain!""Apakah ada jaminan bahwa lu memberikan obat itu kalau Kenriki yang langsung menemui lu?"Kali ini yang bicara Sakti, da
"Iya, seperti yang saya katakan tadi, ini semua ada risikonya, jadi Anda bisa memilih salah satu dari dua alternatif tersebut dan saya yakin pilihan Anda sebuah pilihan yang sudah dipikirkan dengan baik."Pak Erwin hanya bisa manggut-manggut mendengar apa yang diucapkan oleh dokter yang mengawasi anaknya tersebut. Apa yang harus ia putuskan sekarang? Semua keputusan ada risikonya dan ia harus memutuskan karena jika tidak, akan ada Kenriki atau Erna yang mendapatkan sesuatu yang tidak baik dari masalah yang sekarang membelit mereka."Apa yang akan Om lakukan sekarang? Apakah Om sudah memutuskan dari dua pilihan yang diajukan oleh dokter tadi?"Ketika sang dokter sudah keluar dari kamar di mana Erna berada, Sakti melontarkan pertanyaan itu pada ayah Erna dan ibunya Erna juga menanti jawaban apa yang akan diucapkan oleh suaminya terkait pertanyaan Sakti dan dua pilihan yang diberikan oleh dokter anak mereka."Menuruti apa kata Erna, akan membuat kondisi Kenriki menjadi semakin parah, aku
"Ya, begitu kira-kira, karena Kenriki sedang masa pemulihan, oleh sebab itu ia tidak boleh tertekan dan merasa terancam, kau harus patuh untuk aturan itu Lyoudra, jangan menambah masalah lagi, paham?""Sial, kalau dia merawatku tapi ditempeli Laura buat apa? Aku tidak bisa berduaan juga dengan Kenriki, membosankan banget!"Lyoudra memaki demikian dengan suara yang pelan, ia berpikir suaranya tidak didengar oleh yang lain padahal itu salah, Laura mendengar, tapi pura-pura tak mendengar karena tidak mau membuat situasi kacau, Lyoudra tidak sadar hal itu dan ia mengarahkan pandangannya pada Kenriki yang mengalihkan tatapannya setiap kali sang kakak ipar memandang wajahnya. Membuat Lyoudra semakin sebal karena Kenriki selalu menghindari kontak mata dengannya."Ya, udah. Tapikan Laura itu lagi hamil muda emangnya enggak capek ikut ke rumah sakit terus? Mending di rumah aja, aku juga enggak mungkin gangguin pria yang sudah buat hamil saudaraku sendiri.""Kenriki ke sini saat dia usai kerja,
Bisikan Lyoudra cukup terdengar jelas di telinga Kenriki dan itu membuat sekujur tubuh Kenriki seolah membeku.Gerakan tangannya terhenti seketika, Kenriki ingin menarik tangannya yang mulai membersihkan keringat di wajah sang kakak ipar, tapi melihat gelagat Kenriki yang ingin menarik tangannya, satu tangan Lyoudra di bawah perlahan menyentuh paha Kenriki yang terlapisi celana kain berwarna hitam yang dipakainya untuk bekerja, sentuhan itu tidak diam di tempat. Jemari Lyoudra perlahan melakukan usapan lembut di sana, ini membuat Kenriki bergerak mundur namun posisinya tertahan dengan tiang infus dan peralatan kemoterapi hingga gerakan mundur yang dilakukan oleh Kenriki tidak membuat posisi mereka jadi berjauhan agar jemari tangan sang kakak ipar tidak mengenai pahanya."Jawab, Riki, kau tidak menikmati apa yang dilakukan oleh Laura padamu, bukan?" Kembali Lyoudra berbisik disertai jemari tangannya yang semakin jauh mengelus permukaan celana yang dikenakan Kenriki hingga kini jemari
Mendengar apa yang diucapkan oleh Kenriki, Lyoudra benar-benar terlihat sangat terkejut sampai ia hanya bisa menatap adik iparnya dengan mulut terbuka.Detik berikutnya, perempuan itu kembali histeris meminta Kenriki dan Mitha untuk keluar dari ruangan kemoterapi. Apa yang dilakukan oleh Lyoudra membuat dokter segera meminta keduanya untuk keluar dari ruangan kemoterapi karena khawatir Lyoudra semakin tidak bisa dikendalikan.Ketika mereka di luar, Laura langsung menyambut dengan wajah yang terlihat khawatir lantaran melihat wajah suaminya yang pucat dan berkeringat."Apa yang terjadi? Kak Lyoudra bikin ulah lagi? Dia mengamuk?" tanyanya bertubi-tubi, dan Mitha menjawab singkat pertanyaan Laura sambil menatap ke arah Kenriki, untuk memastikan suami Laura itu tidak kenapa-kenapa."Kamu baik-baik saja?" tanyanya pada Kenriki, dan Kenriki hanya mengangguk mendengar pertanyaan Mitha."Kata-kata kamu tadi itu benar, meskipun Lyoudra mengamuk, tapi kamu enggak salah.""Tapi, harusnya aku bi
"Itu bukan kesalahan kamu, tapi kesalahan Kak Lyoudra sendiri, mungkin terdengar sakars, tapi itulah yang memang terjadi, bukan?"Kenriki ingin merespon perkataan sang istri, namun, tiba-tiba saja, pintu ruang kemoterapi terbuka, keduanya langsung berdiri, bersamaan dengan itu ayah serta ibunya Laura juga menyusul, dan mereka semua langsung menghampiri dokter yang berdiri di ambang pintu ruang kemoterapi tersebut."Apakah kemoterapi anak saya sudah selesai, Dok?" tanya ibunya Laura yang baru datang ke rumah sakit untuk menggantikan sang suami menjaga Lyoudra. "Maaf, kemoterapi hari ini terpaksa tidak bisa dituntaskan, kondisi pasien tidak stabil, terus mengamuk dan jika diteruskan percuma saja, nanti diatur kemoterapi kembali tapi pastikan kondisi pasien stabil dan psikisnya tidak tertekan."Ketika dokter itu baru saja selesai menjawab pertanyaan ibunya Laura, suster mendorong kursi roda di mana Lyoudra duduk di atasnya. Wajahnya terlihat kacau, jelas sekali Lyoudra tidak senang dili
Setelah bicara demikian, Mitha pamit dari hadapan kedua orang tua Laura dan Lyoudra. Perempuan itu sebenarnya hanya lewat, namun karena mendengar apa yang diucapkan oleh ibunya Laura dan Lyoudra, sementara pintu ruang rawat inap Lyoudra terbuka, Mitha jadi mendengar apa yang diucapkan wanita itu dengan jelas dan ia akhirnya ikut bicara. Tadinya, setelah mengucapkan kata-kata itu, Mitha ingin langsung masuk untuk melihat keadaan Lyoudra, tapi dari tempatnya berdiri, ia sudah bisa melihat keadaan gadis itu, Mitha mengurungkan niatnya untuk masuk dan memilih pamit pergi dan kata pamit Mitha hanya ditanggapi oleh ayah Lyoudra yang sibuk menenangkan istrinya setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Mitha."Apa benar Lyoudra melakukan itu, Pa? Mama seperti tidak percaya...."Suara sang istri masih terdengar bicara seperti itu berulangkali hingga membuat sang suami membawa istrinya keluar dari ruangan rawat inap Lyoudra, khawatir anaknya itu bangun dan mendengar apa yang sedang mereka bica