"Untuk masalah tersebut, Anda terlalu banyak ikut campur, itu masalah pribadi saya, saya sudah mengatakan hal yang harus Anda tahu dan saya harap, Anda juga tidak bertindak melebihi batas. Itu urusan saya. Lebih baik, Anda diam saja untuk menunggu, saya berjanji akan mengembalikan Laura pada Anda ketika waktunya sudah tiba, Anda tidak perlu khawatir soal apapun.""Baiklah, karena sekarang saya tahu Anda tidak pernah mencintai Laura, saya akan mengatakan bahwa saya tidak akan melepaskan dia, perlu Anda ketahui, saya bukan tipe orang yang suka mengganggu hubungan orang lain, yang penting bagi saya adalah Laura harus bahagia, tapi karena Anda tidak mencintainya, saya akan merebutnya dari Anda, Anda paham itu, kan?"Setelah mengatakan hal itu, Pasha segera berbalik dan beranjak pergi meninggalkan Kenriki yang menatapnya dengan perasaan yang bercampur aduk. Entah kenapa, hati Kenriki merasa sangat kesal. Harusnya ia senang ada seorang pria yang mencintai istrinya karena seperti yang dikat
"Bagaimana dengan lu sendiri? Lu kagak memiliki perasaan itu sama Laura?" tanya Sakti dengan tatapan mata menyelidik."Gue udah bilang, gue kagak menyukai dia!""Serius?""Kapan gue bohong sama lu?""Riki, terkadang seseorang kagak sadar dia cinta sama siapa ketika masih memiliki orang itu, tapi kalau sudah kehilangan, baru dia sadar dia menyukainya, gue khawatir lu juga mengalami kejadian macam itu, kesian ntar....""Gue kagak pernah sembarangan membuat keputusan!""Ohya? Terus sekarang? Pernikahan lu ini, lu udah sembarangan memutuskan, Riki. Laura itu wanita yang baik gue rasa, meskipun gue kagak kenal dia, tapi gue bisa merasakan kalau dia itu memang baik dan tulus orangnya." "Ya, dia wanita yang baik karena itulah gue memilih dia untuk menikah, tapi gue kagak memanfaaatkan dia dengan cara sepihak, gue sama dia sama-sama saling menguntungkan.""Kalo gitu, kalo emang lu kagak cinta dia, ya udah, lepaskan aja dia, sebelum perasaan suka dia sama lu semakin besar, keputusan lu ini ter
Telapak tangan Kenriki mengerat ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Alif.Rasanya, ia tidak percaya, jika seseorang yang dianggapnya sahabat justru lebih percaya isu tentangnya daripada penjelasan darinya. "Kau percaya aku seperti itu?" tanya Kenriki dengan nada suara yang terdengar datar."Lalu?""Sudahlah, biar aku menjelaskan juga, kau tidak akan pernah percaya lagi, bukan, terserah kau saja."Kenriki memilih untuk berlalu dari hadapan Alif, namun Alif mencegah gerakan pria itu dengan cepat."Lantas kenapa kondisimu jadi seperti itu? Kau memiliki sindrom yang tidak biasa dan-""Hentikan!" Kenriki berbalik dan mengatakan hal itu pada Alif hingga Alif menghentikan ucapannya dengan spontan."Kau tidak berhak mengatakan masalah itu padaku, ini urusanku, kau tidak perlu ikut campur, ohya, beritahu istrimu, aku akan menuntutnya karena dia sudah membocorkan rahasia seorang pasien yang seharusnya ia lindungi dengan baik!"Setelah bicara demikian, Kenriki benar-benar berlalu dari had
Laura terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Kenriki. Ini membuat Kenriki menghentikan langkahnya, seolah ingin tahu jawaban apa yang dikatakan oleh Laura atas syarat yang ia ajukan tersebut."Baiklah. Aku berjanji."Akhirnya, Laura bicara demikian untuk menyanggupi persyaratan yang diberikan oleh Kenriki padanya. "Kau tidak boleh mengingkarinya.""Asalkan kamu bisa melakukannya dengan baik."Laura benar-benar harus menahan rasa malu hingga ia berusaha untuk menepis apapun yang ia pikirkan tentang perbuatan nekatnya, ia hanya ingin membuat Kenriki merasa tidak punya pilihan lain selain menyentuhnya.Dia benar-benar menantangku untuk melakukan sesuatu yang dia tahu sendiri aku tidak bisa melakukannya, peduli amat dengan janji yang aku berikan pada Pasha, aku hanya ingin menyelesaikan masalah ini agar hidupku kembali tenang seperti awal sebelum aku mengenal wanita ini!Hati Kenriki bicara demikian seiring tangannya yang perlahan membuka kemeja yang dipakainya. Apa yang dilakukan ole
Kata-kata yang diucapkan Laura di dalam hati, cukup membuat Laura semakin berani untuk memancing Kenriki agar pria itu melakukan hal yang sama pada tubuhnya. Mereka sudah bersentuhan kulit di bagian atas tubuh mereka meskipun ia masih memakai bra, namun ini adalah sebuah kemajuan bagi Laura, karena tidak seperti biasanya, jika disentuh tanpa terhalang benang sehelai pun, sang suami akan spontan mendorong dan melakukan penolakan tapi kali ini tidak, meskipun Laura tahu sang suami sangat sulit mengatasi perasaannya sendiri lantaran Laura bisa merasakan betapa tubuh sang suami gemetar tiada henti. Perlahan, mereka membaringkan tubuh mereka ke atas tempat tidur. Laura bisa merasakan Kenriki berusaha untuk membalas apa yang dilakukannya pada permukaan kulit dada dan perutnya, sampai akhirnya, Kenriki menggulingkan tubuhnya yang tadi sempat menindih tubuh sang isteri dan sempat terpancing untuk menyentuh bagian area sensitif istrinya meskipun itu diurungkannya."Aku tidak bisa!" katanya d
"Tidak mau? Ya, sudah, lupakan, tinggalkan aku sendiri.""Kenapa hanya aku yang kau minta untuk berusaha melawan perasaan? Aku juga kesulitan karena bagiku itu tidak mudah, Ken! Apakah kamu juga berusaha untuk melawan rasa takutmu itu? Kamu sama aku sama-sama berjuang, aku bukan Kak Lyoudra yang bisa melakukan hal itu dengan mudah!"Frustasi dengan perbuatannya sendiri, sekaligus tuntutan sang suami, Laura akhirnya beranjak dari tempatnya dan berbalik melangkah masuk ke kamar mandi sekedar untuk menenangkan perasaannya setelah bicara demikian pada Kenriki. Melihat hal itu, Kenriki terdiam. Ia tidak bisa berkata-kata lagi selain menyandarkan tubuhnya ke tepi tempat tidur. Kepalanya pusing. Pikirannya semakin kacau, bayangan Laura beserta sentuhannya tadi membuat ia berdebar. Padahal, apa yang dilakukan Laura bukan ciuman yang sempurna. Kenriki sangat tahu, Laura bahkan tidak pandai melakukan hal itu, tapi kenapa ia merasa berdebar?***Lyoudra kembali mendatangi rumah sakit setelah se
"Jee!!" Secara bersamaan, Erna dan juga Lyoudra memanggil Jee dengan suara yang sama tegasnya."Kagak usah manggil! Kagak mau nama gue disebut kalian, mau ngapain, emang?" tanya Jee sambil menatap Erna dan Lyoudra satu persatu."Oh, iya, sekalian gue mau kasih tau sama lu, Dra, gue bukan mantan lu, BUKAN MANTAN LU, jadi kalo gue denger lu mengatakan ke orang-orang gue mantan lu, awas aja gue ratain hidung lu!" lanjut Jee pada Lyoudra.Ini membuat Erna tersenyum geli karena melihat wajah perempuan di depannya jadi merah padam mendengar ucapan yang keluar dari mulut Jee."Aku mau bicara sama kamu, tapi enggak di sini!" kata Lyoudra sambil meraih salah satu tangan Jee, namun Jee menepis tangan itu dengan kasar."Gue kagak ada hal yang perlu dibicarakan sama lu!" ketus Jee, galak."Tapi aku ada, Jee!""Ya, udah! Ngomong di sini!""Enggak! Suruh dulu perempuan itu pergi!" kata Lyoudra sambil mengarahkan pandangannya kepada Erna. "Kalo gue minta dia pergi, lu juga harus pergi, kalian berd
"Kamu tidak bisa menyimpulkan sesuatu yang kamu sendiri belum tau kebenarannya, Lyoudra, sudahlah, meskipun kamu kakak Laura, tapi kamu tidak berhak untuk ikut campur dalam masalah pribadi dia dengan suaminya, jadi tolong jangan membuat keributan.""Kamu tidak mau membeberkan? Baiklah, aku akan mencari tahu masalah itu pada yang lain, titik!"Lyoudra berlalu dari hadapan Mitha, lalu ia melirik ke arah Jee yang saat itu acuh meskipun tahu ia menatap pria itu berharap Jee mau memberikan dirinya kesempatan untuk bicara. Namun, karena Lyoudra kesal dengan Erna, gadis itu memutuskan untuk pergi saja sembari berpikir pada siapa ia akan menyelidiki masalah Kenriki? Sepeninggal Lyoudra, Mitha mengarahkan pandangannya pada Jee, dan Jee paham dengan arti tatapan itu, hingga ia langsung berpaling ke arah Erna dan mendelik pada gadis itu yang memberikan isyarat padanya untuk mengikuti dirinya untuk bicara. "Pergi!" usirnya, dan Rei langsung mengikuti Mitha untuk meninggalkan Jee walaupun Jee se