Kenriki mengarahkan pandangannya pada sang isteri ketika Laura melontarkan pertanyaan seperti itu padanya.Wajahnya terlihat suram, dan Laura semakin dibuat penasaran dengan ekspresi wajah suaminya tersebut."Ngomong aja, aku janji enggak akan menyalahkan siapapun meski mungkin apa yang akan kamu katakan itu akan membuat hatiku terluka."Suara Laura terdengar kembali dan genggamannya di jemari tangan sang suami semakin erat seolah menguatkan Kenriki agar bicara saja sepahit apapun hal yang ingin disampaikan."Ayahku bilang kalau kita memang tidak saling mencintai, maka kita harus mengakhiri semuanya dan aku harus menikah dengan Erna agar dia tidak lagi membuat sebuah ancaman yang bisa membuat perusahaan hancur sampai habis.""Dan menurutmu?" tanya Laura masih dengan suara perlahan, agar ia tidak menambah rasa kalut yang dialami oleh suaminya. "Aku mencintaimu, Laura, dan kau?""Aku lebih mencintai kamu, Ken, jadi artinya, ayahmu tidak ada alasan untuk meminta kita mengakhiri semuanya
"Kita pasti bisa melewati ini semua, asalkan kita saling mencintai, aku yakin, kita bisa melewati ini semua." Kenriki bungkam, ia tidak tahu apalagi yang harus ia katakan karena sekarang seluruh kata-kata di kepalanya seolah hilang lantaran otaknya sedang kacau."Kita shalat magrib dulu, biar pikiran juga tenang, kita berdoa semoga masalah yang sedang kita hadapi ada jalan keluarnya, yuk...."Laura bangkit sambil menarik satu tangan sang suami untuk ikut bangkit agar mereka bisa mengambil air wudhu, sebelum akhirnya mereka shalat magrib bersama karena adzan sudah berkumandang, terdengar dari kejauhan.Kenriki hanya menurut. Memang, tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi selain berdoa meminta pertolongan dari Tuhan, meskipun berpikir agar dapat jalan keluar pun, sekarang pikiran juga sedang buntu hingga tidak mungkin mendapatkan solusi dan jalan keluar, mungkin ada baiknya menenangkan pikiran dahulu agar tidak terlintas ingin berbuat yang tidak-tidak saat sedang stress seperti sekara
"Pak Kinardo...."Wajah Lyoudra pucat seketika melihat ayah Kenriki sudah berdiri di antara ia dan Mitha. Sementara itu, Mitha yang awalnya tidak tahu bahwa pria yang bicara seperti tadi itu siapa jadi tahu ketika mendengar Lyoudra menyebut nama laki-laki tersebut. Mitha pernah mendengar dari Laura bahwa ayah Kenriki bernama Kinardo, dan setelah melihat wajah pria di antara ia dan Lyoudra itu Mitha bisa memastikan, laki-laki berpakaian formal tersebut adalah ayah Kenriki karena wajahnya sedikit mirip dengan Kenriki."Anda ayah Kenriki Ryutama?" tanya Mitha memberanikan diri untuk memastikan.Pria yang memang ayah Kenriki itu mengalihkan pandangannya ke arah Mitha. "Ya, saya ayah Kenriki, saya datang ke sini mencari seorang wanita bernama Mithavic Himura, dia penulis yang bekerja di rumah sakit ini kalau tidak salah membantu penderita penyakit leukimia yang kesulitan untuk menerima anjuran kemoterapi dari dokter...."Pria itu bicara panjang lebar ke arah Mitha dan Mitha membungkukkan
"Saya paham kekhawatiran Anda, saya juga paham, dengan kemarahan yang Anda berikan pada Kenriki dan Laura atas apa yang sudah mereka lakukan, tapi, apakah Anda pernah menanyakan apa yang menjadi alasan mereka melakukan hal itu? Memang benar, Kenriki beralasan karena ingin isu itu segera berhenti, pada awalnya pun, dia sudah berpikir serius untuk segera menikah karena isu itu merusak saham perusahaan Anda, begitu juga alasan Laura yang menurutnya menikah karena ingin biaya kakaknya yang sedang sakit bisa ada jalan keluarnya, tapi apakah Anda pernah bertanya tentang alasan lain, mengapa Kenriki melakukan pernikahan seperti itu awalnya dengan Laura?""Tidak, saya tidak pernah menanyakan masalah itu, karena bukankah mereka sudah mengatakan alasannya? Memangnya ada alasan lain?""Sesuatu yang Anda tanyakan tadi, yang Anda temukan di kamar Kenriki adalah penyebab utamanya, menurut Anda, apakah Kenriki sakit?""Saya datang ke sini, justru ingin menanyakan masalah itu, kalau saya tahu, Kenri
"Apa yang sebenarnya sudah kau lakukan pada Kenriki?" Pak Kinardo melontarkan pertanyaan tersebut pada Erna, sepertinya pria itu sudah mulai hilang kesabaran karena usai mendengar penjelasan yang diberikan oleh Mitha."Oooh, jadi kamu dan perempuan ini bertemu di sini untuk menyelidiki sesuatu? Apa yang kau dapatkan, Pak? Kau masih mau bermain-main denganku? Ikut aku sekarang!"Sikap Erna terlihat sekali tidak suka ketika mengucapkan kata-kata itu, dan Mitha benar-benar tidak menyangka Erna bisa bersikap demikian pada ayah Kenriki yang notabene lebih tua daripada mereka."Mbak, bisakah kau bersikap lebih sopan pada orang tua? Kau pikir kau sedang bicara dengan siapa? Hanya karena kau punya uang, kau tidak boleh bersikap seenaknya seperti itu pada orang lain!" "Diam kamu!" bentak Erna pada Mitha, yang membuat karyawan kantin yang kebetulan melintas di dekat mereka terkejut dan buru-buru pergi lantaran Erna melotot pula padanya.Pak Kinardo bangkit dari tempat duduknya, tidak mau Mitha
"Ternyata separah itu.... ""Ya, ini soal kepercayaan, Mith, aku tidak perlu memperjelasnya karena aku yakin kamu yang lebih tahu masalah ini, sekali lagi, aku bukannya tidak percaya sama kamu dan Rei, aku percaya, tapi rasa percaya juga tidak bisa menjadi bukti kalau tidak ada hal yang jelas untuk memperkuat, karena kita bicara di depan orang yang kita tidak kenal dekat, berbeda seperti kita, yang sudah saling kenal lama, kita tidak perlu bukti karena kita tahu karakter kita satu sama lain."Ahmad mencoba untuk memperjelas ucapannya, karena tidak nyaman jika Mitha menganggapnya tidak bisa lagi percaya dengan perempuan itu dan juga Rei. "Iya, aku paham kok, aku enggak nyalahin kamu, aku cuma enggak habis pikir apa yang direncanakan dengan Lyoudra sampai ia jadi nekat melakukan hal itu.""Dan perempuan tadi? Dia mantan Jee yang marah sama kamu?""Kamu tau?""Kebetulan, dia tinggal di Jakarta juga, tapi memiliki rumah di sini pula, anak orang kaya yang bisa melakukan apapun untuk men
Orang itu terus bicara untuk menjelaskan apa yang harus mereka lakukan untuk bisa menemukan Kenriki dan juga Laura lewat pembicaraan yang ia dengar dari Mitha dan juga Rei, dan setelah informasi sudah lengkap, ia segera menyelinap pergi dan Mitha sempat melihat bayangannya, hingga perempuan itu bangkit dari tempat duduknya dan berusaha mengejar orang yang mengawasi mereka, namun terlambat, orang itu sudah menghilang dan Mitha tidak menemukan apa-apa. "Ada apa?" tanya Rei ketika ia ikut bangkit dari tempat duduk dan memperhatikan koridor rumah sakit yang tidak terlihat sesuatu yang mencurigakan di matanya. "Aku tadi melihat seseorang mengawasi kita, tapi aku enggak lihat siapa-siapa sekarang.""Mungkin lu salah lihat."Mitha mengedikkan kedua bahunya. Antara percaya dan tidak dengan apa yang dikatakan oleh Rei, karena ia yakin tidak sedang salah melihat, namun jika ia bersikeras, ia juga tidak bisa membuktikan kalau apa yang ia rasakan itu benar. Alhasil, Rei tidak bisa mencegah Mit
Mendengar apa yang dikatakan oleh temannya, Combro memperhatikan perempuan yang bersama pria dengan motor yang macet tersebut. "Ya, kagak perlu turun dari mobil, kita buat dia jatuh ke anak sungai, bersiap!" katanya sembari memperhatikan situasi di sekitar tempat itu. Sepi, karena kiri dan kanan jalan hutan lantaran bagian pemukiman sudah terlewati. Melihat situasi yang cukup mendukung untuk melaksanakan niat, Combro langsung beraksi. Dengan kekuatan mobil yang berbeda dari mobil yang lain, ia segera menyetir mepet ke arah Mitha yang sedang setengah mati membantu Rei mendorong motor. Rei yang memperhatikan mobil Combro bergerak ke arah mereka berusaha untuk memberikan jalan agar mobil itu cepat mendahului. Namun, semakin diberikan jalan, semakin curiga Rei, bahwa orang di dalam mobil itu bukan ingin lewat tapi justru ingin mengerjai mereka. "Mitha, awas!!"Rei spontan melepaskan pegangan tangannya pada motornya sendiri ketika mobil itu bergerak ingin menyenggol Mitha yang berdiri