"Saya paham kekhawatiran Anda, saya juga paham, dengan kemarahan yang Anda berikan pada Kenriki dan Laura atas apa yang sudah mereka lakukan, tapi, apakah Anda pernah menanyakan apa yang menjadi alasan mereka melakukan hal itu? Memang benar, Kenriki beralasan karena ingin isu itu segera berhenti, pada awalnya pun, dia sudah berpikir serius untuk segera menikah karena isu itu merusak saham perusahaan Anda, begitu juga alasan Laura yang menurutnya menikah karena ingin biaya kakaknya yang sedang sakit bisa ada jalan keluarnya, tapi apakah Anda pernah bertanya tentang alasan lain, mengapa Kenriki melakukan pernikahan seperti itu awalnya dengan Laura?""Tidak, saya tidak pernah menanyakan masalah itu, karena bukankah mereka sudah mengatakan alasannya? Memangnya ada alasan lain?""Sesuatu yang Anda tanyakan tadi, yang Anda temukan di kamar Kenriki adalah penyebab utamanya, menurut Anda, apakah Kenriki sakit?""Saya datang ke sini, justru ingin menanyakan masalah itu, kalau saya tahu, Kenri
"Apa yang sebenarnya sudah kau lakukan pada Kenriki?" Pak Kinardo melontarkan pertanyaan tersebut pada Erna, sepertinya pria itu sudah mulai hilang kesabaran karena usai mendengar penjelasan yang diberikan oleh Mitha."Oooh, jadi kamu dan perempuan ini bertemu di sini untuk menyelidiki sesuatu? Apa yang kau dapatkan, Pak? Kau masih mau bermain-main denganku? Ikut aku sekarang!"Sikap Erna terlihat sekali tidak suka ketika mengucapkan kata-kata itu, dan Mitha benar-benar tidak menyangka Erna bisa bersikap demikian pada ayah Kenriki yang notabene lebih tua daripada mereka."Mbak, bisakah kau bersikap lebih sopan pada orang tua? Kau pikir kau sedang bicara dengan siapa? Hanya karena kau punya uang, kau tidak boleh bersikap seenaknya seperti itu pada orang lain!" "Diam kamu!" bentak Erna pada Mitha, yang membuat karyawan kantin yang kebetulan melintas di dekat mereka terkejut dan buru-buru pergi lantaran Erna melotot pula padanya.Pak Kinardo bangkit dari tempat duduknya, tidak mau Mitha
"Ternyata separah itu.... ""Ya, ini soal kepercayaan, Mith, aku tidak perlu memperjelasnya karena aku yakin kamu yang lebih tahu masalah ini, sekali lagi, aku bukannya tidak percaya sama kamu dan Rei, aku percaya, tapi rasa percaya juga tidak bisa menjadi bukti kalau tidak ada hal yang jelas untuk memperkuat, karena kita bicara di depan orang yang kita tidak kenal dekat, berbeda seperti kita, yang sudah saling kenal lama, kita tidak perlu bukti karena kita tahu karakter kita satu sama lain."Ahmad mencoba untuk memperjelas ucapannya, karena tidak nyaman jika Mitha menganggapnya tidak bisa lagi percaya dengan perempuan itu dan juga Rei. "Iya, aku paham kok, aku enggak nyalahin kamu, aku cuma enggak habis pikir apa yang direncanakan dengan Lyoudra sampai ia jadi nekat melakukan hal itu.""Dan perempuan tadi? Dia mantan Jee yang marah sama kamu?""Kamu tau?""Kebetulan, dia tinggal di Jakarta juga, tapi memiliki rumah di sini pula, anak orang kaya yang bisa melakukan apapun untuk men
Orang itu terus bicara untuk menjelaskan apa yang harus mereka lakukan untuk bisa menemukan Kenriki dan juga Laura lewat pembicaraan yang ia dengar dari Mitha dan juga Rei, dan setelah informasi sudah lengkap, ia segera menyelinap pergi dan Mitha sempat melihat bayangannya, hingga perempuan itu bangkit dari tempat duduknya dan berusaha mengejar orang yang mengawasi mereka, namun terlambat, orang itu sudah menghilang dan Mitha tidak menemukan apa-apa. "Ada apa?" tanya Rei ketika ia ikut bangkit dari tempat duduk dan memperhatikan koridor rumah sakit yang tidak terlihat sesuatu yang mencurigakan di matanya. "Aku tadi melihat seseorang mengawasi kita, tapi aku enggak lihat siapa-siapa sekarang.""Mungkin lu salah lihat."Mitha mengedikkan kedua bahunya. Antara percaya dan tidak dengan apa yang dikatakan oleh Rei, karena ia yakin tidak sedang salah melihat, namun jika ia bersikeras, ia juga tidak bisa membuktikan kalau apa yang ia rasakan itu benar. Alhasil, Rei tidak bisa mencegah Mit
Mendengar apa yang dikatakan oleh temannya, Combro memperhatikan perempuan yang bersama pria dengan motor yang macet tersebut. "Ya, kagak perlu turun dari mobil, kita buat dia jatuh ke anak sungai, bersiap!" katanya sembari memperhatikan situasi di sekitar tempat itu. Sepi, karena kiri dan kanan jalan hutan lantaran bagian pemukiman sudah terlewati. Melihat situasi yang cukup mendukung untuk melaksanakan niat, Combro langsung beraksi. Dengan kekuatan mobil yang berbeda dari mobil yang lain, ia segera menyetir mepet ke arah Mitha yang sedang setengah mati membantu Rei mendorong motor. Rei yang memperhatikan mobil Combro bergerak ke arah mereka berusaha untuk memberikan jalan agar mobil itu cepat mendahului. Namun, semakin diberikan jalan, semakin curiga Rei, bahwa orang di dalam mobil itu bukan ingin lewat tapi justru ingin mengerjai mereka. "Mitha, awas!!"Rei spontan melepaskan pegangan tangannya pada motornya sendiri ketika mobil itu bergerak ingin menyenggol Mitha yang berdiri
"Ken, aku tahu ini berat buat kamu, tapi, aku yakin ini ada hikmahnya, kamu enggak sendiri, ada aku, kita hadapi kesulitan ini bersama, ya?" Suara Laura terdengar, dan Kenriki langsung mengarahkan pandangannya pada sang istri."Kalau mereka mendapatkan rumah ini, kita tidak akan bisa melakukan perlawanan, aku benar-benar pria yang tidak bisa diandalkan, melindungi kamu saja aku tidak becus, aku tidak bisa bertarung sama sekali."Laura memeluk tubuh Kenriki untuk membuat perasaan suaminya itu sedikit lega karena ia merasakan sang suami lagi-lagi terlihat terguncang karena dihadapkan situasi sulit mereka berkali-kali."Jangan ngomong gitu, mungkin kamu enggak bisa bertarung, tapi kamu bisa melindungi aku dengan cara yang lain.""Dengan cara apa?""Berterus terang dengan orang tua kamu tentang apa yang sudah terjadi pada kamu hingga kamu menderita trauma parah seperti itu."Kenriki menghela napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri. Ditatapnya Laura dengan sorot mata ya
"Ya!"Laura kembali memeluk suaminya ketika Kenriki menjawab demikian pertanyaan yang tadi dilontarkannya.Kedua tangannya mengusap kembali punggung suaminya, berharap suaminya tidak terpuruk meskipun apa yang baru saja diceritakan oleh Kenriki benar-benar membuat Laura terguncang jika boleh ia jujur. Kenriki mengalami kejadian seburuk itu, pantas saja ia menderita trauma yang sangat parah dan sulit untuk disembuhkan andai saja ia tidak bertemu dengan pria tersebut."Laura, masih belum terlambat kalau kau ingin memilih Pasha daripada aku. Meskipun dia juga mengalami trauma, tapi dia lebih baik masa depannya dibandingkan aku. Aku khawatir, kau justru membuat hidupmu sendiri sengsara karena kondisiku yang seperti ini...."Kenriki bicara demikian dan Laura spontan melepaskan pelukannya di tubuh sang suami.Ditatapnya Kenriki dengan sorot mata yang benar-benar terlihat tidak suka dengan apa yang baru saja diucapkan oleh pria tersebut."Kamu enggak perlu mendahului kuasa Tuhan, mereka mem
Terdengar suara ketukan di daun pintu. Kenriki dan Laura sama-sama terkejut hingga Kenriki ingin mengurungkan niatnya untuk memasuki istrinya di bawah sana.Namun ketika Kenriki bergerak turun dari atas tubuh istrinya, Laura menahan."Kamu mau ke mana?" tanyanya dengan suara perlahan, khawatir yang di luar sana mendengar suaranya."Ada orang, siapa tahu itu Mitha sama temannya.""Itu belum tentu, gimana kalau mereka orang-orang yang mengejar kita? Mereka orang-orang Erna atau orang-orang Kak Lyoudra dengan rentenir itu?""Jadi?""Teruskan aja, kamu tega bikin aku tergantung perasaan kaya gini?"Astaga! Ada apa aku ini? Kenapa aku semakin berubah menjadi wanita yang tidak tahu malu? Aku menginginkan Kenriki tidak berhenti untuk melakukan penyatuan kami, apakah aku benar-benar berubah menjadi wanita yang haus seperti Kak Lyoudra? Tapi, gatel dengan suami sendiri itu berpahala, kan?Ucapan Laura diteruskan perempuan itu di dalam hati. Sebenarnya sekarang ia merasa malu, meminta seperti i