"Menurut Papa, bagaimana tentang kedekatan Raina dan juga Revan?" tanya Rayyan.Dia yakin kalau sang Ayah pasti cemburu melihat perlakuan Revan pada Raina. Dan dia takut kalau sampai Raina disiksa oleh Ayahnya seperti ibunya dulu."Itu dia, aku percaya kalau Raina hanya menganggap Revan sebagai Kakak. Namun, aku tidak percaya pada Revan. Apalagi saat lelaki itu mencium kening Raina. Dan setiap kali bicara, memanggil Raina dengan sebutan 'sayang' seolah Raina adalah kekasihnya saja. Hatiku seolah dibakar oleh api," geram Rehan."Ingat Pa, jangan perlakukan Raina seperti Mama. Papa tidak tahu seperti apa watak asli Raina. Jadi, saran Rayyan, kalau Papa tidak ingin kehilangan Raina jangan pernah lakukan itu," nasehat Rayyan."Aku tahu," ujar Rehan dingin.Rehan memang tidak akan memukuli Raina, tapi dia memiliki cara tersendiri supaya Raina tidak bisa lari darinya.Raina, Revan dan Nayumi pergi ke tempat Mang Udin. Penjual sate yang menjadi tempat favorit Raina dan juga Revan."Sayang, k
"Pak mampir sebentar ke pedagang bubur ayam yang ada di jalan A ya. Kan sejalan," pinta Raina pada sopir taksi online."Baik Nona," ujar sang sopir.Setelah melihat penjual bubur membuat Raina menelan ludahnya. Dia tiba-tiba ingin makan disana."Pak, ini uangnya. Saya berhenti disini saja. Saya masih ingin makan soalnya," kata Raina."Loh, jangan Non. Saya tidak enak jadinya. Nona makan saja, biar saya tunggu di sini," ujar sang sopir."Apa tidak apa?" tanya Raina."Tidak apa Nona," jawab sang sopir."Baiklah, kalau begitu, Bapak tunggu saja. Saya akan tambah ongkosnya nanti," kata Raina."Terima kasih Non," sahut sang sopir.Raina akhirnya memakan buburnya dengan tenang. Dia bahkan sampai nambah hingga 2 kali. Semenjak hamil, nafsu makan Raina memang menggila. Tak jarang Rehan melarangnya karena takut Raina sakit perut.Setelah menghabiskan 2 porsi bubur ayam, Raina kembali ke sopir taksi online tadi. Dia bahkan membungkuskan juga untuknya."Ini buat Bapak," kata Raina."Wah, terima
"Kita harus kemana lagi Pa? Hampir semua tempat sudah kita datangi," tanya Rehan.Sebenarnya, Ryu hanya muter-muter saja tadi. Dia sudah diberi tahu oleh Revan kalau Raina terakhir berada di B dan mereka semua mencurigai Rehan sebagai pelakunya.Namun, mereka tidak mungkin menuduh tanpa bukti bukan. Jadi sebisa mungkin, dia harus berpura-pura mencari supaya lelaki di sampingnya ini tidak curiga."Entahlah, Aku juga bingung," sahut Ryu."Kita pulang aja dulu Pa, kasihan Mama. Biar aku sendiri yang akan cari Raina," usul Rehan.Ryu sudah mulai curiga dengan gelagat Rehan. Lelaki itu seolah tidak memiliki rasa khawatir sama sekali. Apa yang dia ucapkan itu seolah berbeda dengan ekspresi di wajahnya."Ya sudah, antarkan kami pulang terlebih dahulu. Kamu boleh bawa mobil ini untuk mencari Raina," kata Ryu."Baik Pa," sahutnya.Rehan pun melajukan mobilnya kembali ke rumah Ryu. Setelah Ryu dan Leona turun, Rehan menuju ke rumahnya. Dia tidak tahu kalau ada sebuah motor yang sedari tadi meng
"Tuan, wanita itu pingsan," lapor sang bawahan."Cepat bawa ke rumah sakit, aku tunggu di sana," kata lelaki di telepon.Tanpa berpikir panjang, Rehan langsung melajukan mobilnya sambil menunggu alamat rumah sakit yang dikirim oleh anak buahnya.Saat melihat di spion tengah, dia melihat ada sebuah sepeda yang sedari tadi mengikutinya."Sial, ternyata ada yang usil," gumamnya.Rehan pun membelokkan mobilnya di sebuah mini market. Setelah itu, dia pun memesan ojek online supaya bisa cepat sampai ke rumah sakit.Tak lama, Rehan sudah berada di sebuah rumah sakit kecil di sudut kota. Lelaki itu langsung menemui dokter yang menangani istrinya."Bagaimana keadaannya Dok?" tanyanya."Apa sebelumnya istri Anda menderita anemia?" tanya dokter itu."Sepertinya begitu Dok, saya lupa," jawabnya."Lain kali, tolong jaga asupan makan istri Anda, apalagi, saat ini, dia sedang hamil. Bayi bisa cacat lahir, pendarahan pas lahir, dan yang paling parah kematian ibu dan janin," terang dokter itu."Terima
"Jawab Raina!" Pekik Rehan menahan amarahnya.Raina memutuskan untuk menceritakan hal yang sebenarnya. Jika memang Rehan akan menceraikannya. Dia akan menerima konsekuensinya."Awalnya memang begitu. Pada kenyataannya, kamu malah menghancurkan hidupku. Aku bahkan berniat akan menggugurkan kandunganku jika aku hamil anakmu. Namun, takdir berkata lain. Aku kecelakaan dan koma selama berbulan-bulan. Saat aku sadar, aku telah menjadi istrimu. Itu pun aku sedang dalam keadaan amnesia. Dan selama itu, aku menemukan jiwaku yang baru. Aku sudah tidak bisa jauh darimu. Bahkan saat kamu sakit kemarin, aku begitu takut kehilanganmu," jujur Raina.Wanita hamil itu tidak berani memandang wajah sang suami. "Maafkan aku," lirihnya."Apa kamu sudah mencintaiku?" tanya Rehan."Aku tidak tahu, seumur hidup aku belum pernah berpacaran. Dan sudah kukatakan padamu tadi kalau aku ingin selalu dekat denganmu," akunya."Baiklah, karena kamu sudah berkata jujur, aku hargai kejujuranm
"Bodoh! Kenapa aku tidak paham kalau dia masih belia? Harusnya aku bisa lebih sabar kemarin. Bukannya malah memperlakukan dia sama dengan Keiko dan Leona. Aku harus cari kemana ini? Ohh iya cctv," Rehan bermonolog sendiri.Rehan akhirnya masuk kembali ke dalam apotik. Dia meminta ijin pada pegawai toko untuk melihat cctv di toko itu. Setelah memutar rekaman beberapa menit yang lalu, Rehan tahu kalau ada yang membantu Raina melarikan diri. Lelaki itu pun mencatat nopol dan juga merk mobil yang menjemput Raina."Kurang ajar, siapa yang berani bermain-main denganku?" gerutunya.Setelah meng-copy rekaman cctv itu, Rehan kembali ke kota K. Dia masih harus bekerja karena memang kontraknya masih belum habis.Sesampainya di rumahnya, Rehan kemudian mengambil laptopnya. Dia lalu mencari tahu siapa pemilik mobil dengan nopol yang terekam di cctv. Senyum miring tersungging di bibirnya saat tahu siapa orang itu.Rehan lalu mengambil gawainya. Dia ingin menelepon sang putra untuk membantunya. Kare
"Kak, bisakah kamu membantuku?" tanya Raina pada sang Kakak."Apa yang bisa aku bantu?" Revan malah balik bertanya."Aku ingin Kakak membantuku mengurus perceraianku," jawab Raina."Kamu serius?" tanya Revan dengan wajah berbinar.Raina mengangguk lesu. Sebenarnya, bukan masalah dia cinta atau tidak pada Rehan. Hanya saja, perlakuan Rehan terhadapnya kemarin begitu menyakiti hatinya. Dia tidak hanya merasa sakit hati, tapi juga sekujur tubuhnya sakit karena perlakuan kasarnya. "Lalu, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Revan."Aku akan pergi ke Amerika. Sebelum hamil, aku mengajukan beasiswa ke salah satu universitas di sana. Dan aku diterima. Namun, Rehan tidak mengijinkanku pergi. Karena kami akan bercerai, jadi, kupikir ini tidak akan jadi masalah bukan," jawab Raina."Kapan kamu berangkat?" tanya Revan."Harusnya 2 minggu yang lalu, tapi tertunda karena aku hamil dan juga Rehan yang sakit," jawab Raina."Berapa lama?" tanya Revan kembali."Dua tahun," jawabnya."Urusan di sini kamu p
"Kalau tidak apa?" ulang Rehan.Raina menghembuskan nafas kasar. "Kalau tidak, Rai akan menggugat cerai Kakak sekarang juga. Pengadilan pasti akan mengabulkan, karena Rai melakukan visum kemarin" ujar Raina.Padahal Raina berbohong. Wanita itu tidak pernah melakukan visum dan sebagainya. Itu hanya untuk menggertak sang suami saja.Rehan mendengus kesal. Lelaki itu sudah tidak bisa berkutik lagi sekarang. Kalau dia nekat melarang sang istri. Sudah tentu dia akan kehilangannya."Tapi … aku boleh kan menjenguk kamu di sana, saat aku senggang nanti," pinta Rehan dengan wajah mengiba.Reina akhirnya mengangguk. Wanita itu sudah membuat keputusan kalau dia akan memberi kesempatan sekali lagi pada sang suami."Ingat, sekali aku tahu Kakak berselingkuh, saat itu juga aku akan mengurus surat perceraian kita. Dan jangan harap Kakak bisa bertemu denganku ataupun anak ini nantinya," ancam Raina."Tidak, aku tidak akan melakukannya. Aku janji sama kamu," kata Rehan.Rehan memeluk tubuh sang istri.