"Kalau tidak apa?" ulang Rehan.Raina menghembuskan nafas kasar. "Kalau tidak, Rai akan menggugat cerai Kakak sekarang juga. Pengadilan pasti akan mengabulkan, karena Rai melakukan visum kemarin" ujar Raina.Padahal Raina berbohong. Wanita itu tidak pernah melakukan visum dan sebagainya. Itu hanya untuk menggertak sang suami saja.Rehan mendengus kesal. Lelaki itu sudah tidak bisa berkutik lagi sekarang. Kalau dia nekat melarang sang istri. Sudah tentu dia akan kehilangannya."Tapi … aku boleh kan menjenguk kamu di sana, saat aku senggang nanti," pinta Rehan dengan wajah mengiba.Reina akhirnya mengangguk. Wanita itu sudah membuat keputusan kalau dia akan memberi kesempatan sekali lagi pada sang suami."Ingat, sekali aku tahu Kakak berselingkuh, saat itu juga aku akan mengurus surat perceraian kita. Dan jangan harap Kakak bisa bertemu denganku ataupun anak ini nantinya," ancam Raina."Tidak, aku tidak akan melakukannya. Aku janji sama kamu," kata Rehan.Rehan memeluk tubuh sang istri.
"Sayang, kamu kenapa?" teriak Revan.Zico langsung naik ke atas panggung untuk memeriksa Raina"Ambil es batu," teriaknya."Dudukkan dia dokter," kata Zico.Revan pun mendudukkan Raina. Zico lalu menjepit tepat di atas bagian lubang hidungnya."Tekan ini sampai 10 menit dokter," kata Zico.Zico lalu mengambil baskom berisi es batu yang dibawa oleh Rehan. Zico lalu mengambil sapu tangan dari sakunya kemudian membungkus es batu itu. Lelaki itu pun menempelkan kompresan es batu itu di atas hidung Raina."Apa tidak lebih baik kita ke rumah sakit saja?" Usul Rehan.Lelaki itu sangat khawatir dengan keadaan istrinya."Kita tunggu sampai 20 menit. Kalau darahnya tidak berhenti, baru kita bawa dia ke rumah sakit," sahut Zico.Semua melirik jam tangannya. Sudah hampir 10 menit, tapi darah itu masih terus mengalir dari hidung Raina."Gimana Co?" tanya Rehan kembali."Kita bawa ke rumah sakit saja," putusnya.Revan langsung membopong tubuh sang adik kemudian membawanya ke mobil Zico. Sementara R
"Halo Sayangku. Bagaimana kabarmu? Lama kita tidak bertemu?" Seorang wanita tiba-tiba memeluk Rehan dari belakang.Tubuh Rehan mendadak kaku. Dia tidak menyangka kalau sang mantan istri telah kembali. Bukankah Revan sudah membuangnya jauh ke negara lain, pikirnya.Rehan melepaskan pelukan Keiko. Lelaki itu pun mendudukkannya di kursi yang berada di hadapannya."Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Rehan dingin."Kau tidak merindukanku?" tanya Keiko sambil membusungkan dadanya.Wanita itu memang terlihat lebih menggoda saat ini. Apalagi dengan dandanan dan juga pakaian seksi yang menempel di tubuhnya."Tidak," jawab Rehan singkat."Kamu tahu sayang, aku sangat merindukanmu. Maka dari itu, aku kemari," ujar Keiko."Kembalilah ke negara asalmu Kei. Aku sudah menikah. Dan saat ini, istriku sedang hamil. Aku tidak akan pernah mengkhianatinya demi wanita seperti kamu," tekan Rehan."Memangnya, aku ini wanita seperti apa?" tanya Keiko.Rehan terdiam. Dia sendiri tidak tahu, hukuman seperti a
Flashback"Kakak tahu, dimana Keiko?" tanya Raina."Tahu, kenapa memangnya?" Revan balik bertanya."Aku ingin dia kembali kesini. Aku ingin lihat bagaimana reaksi Rehan saat bertemu dengan wanita itu," jawab Raina."Buat apa lagi kamu meminta wanita itu kembali? Dia pasti akan mencelakakanmu kembali kalau dia ada di sini," Revan mengingatkan adiknya."Aku ingin melihat reaksi Rehan saat bertemu dengannya. Di Antara mereka apa masih ada cinta, atau tidak," jawab Raina."Seandainya Rehan masih mencintainya, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Revan."Apalagi, tentu saja meninggalkannya. Kakak tahu, dia bahkan memper*osaku saat aku berkata jujur tentang tujuanku mendekati dia dulu. Dan saat aku bertanya, apa dia mencintainya? Dia hanya diam tak menjawab pertanyaanku. Bukankah diam itu artinya benar," kata Raina.Revan tersenyum penuh arti. Dia tidak perlu menggunakan tangannya untuk memisahkan keduanya. Raina sendirilah yang menginginkannya."Baiklah, akan Kakak bawa dia kemari. Sebelum i
Melihat Rehan yang mengarahkan senjatanya pada Raina membuat Revan langsung mendorong lelaki itu.DorTembakannya pun meleset. Revan pun memukul Rehan supaya senjata itu terlepas dari tangannya. Begitu senjatanya telah terjatuh, Revan langsung menendangnya sejauh mungkin.Mendengar suara tembakan, Raina pun berbalik. Dia pikir, Rehan telah menembak kakaknya. Namun ternyata tidak. Kedua lelaki malah berkelahi. Raina bukan tidak ingin melerai mereka. Hanya saja, dia takut, kalau salah satu dari mereka memukulnya. Tentu itu berbahaya untuknya.Bugh bughRevan menghajar lelaki itu membabi buta. Rasanya, dia ingin sekali membunuhnya supaya lelaki seperti Rehan tidak ada di dunia ini."Bajingan sepertimu tidak pantas mendapatkan Raina," ujar Revan sambil terus memukuli wajah Rehan.Lelaki matang itu pun berusaha bangkit dengan menendang aset kebanggan Revan. "Kamu pikir, hanya dengan pukulanmu bisa mengalahkanku?" ledeknya.Rehan berganti menghajar lelaki yang pernah menjadi menantunya ini
Setelah pemakaman Raina, Rehan menyerahkan dirinya ke polisi. Penyesalan yang dia rasakan melebihi sakitnya dipukuli orang sekampung. Lelaki itu menjalani kehidupannya di dalam penjara. Dia ingin menebus dosanya di sana."Apa rencanamu sekarang?" tanya Rayyan pada sang adik.Revan menjawab, "Apa lagi? Tentu saja kembali pada kehidupanku semula.""Lalu, bagaimana dengan Kakak? Bukankah Kakak sudah waktunya untuk menikah?" tanya sang adik.Lelaki tampan itu tersenyum. "Sepertinya, aku akan menikahi Mala, gadis OB yang telah mencuri hatiku sejak pertama kali melihatnya.""Semoga acara kalian lancar. Kapan acaranya? Apa Nayumi juga hadir?" tanyanya."Ciyee, ada yang kangen nih." Rayyan menggoda sang adik."Tidak, aku hanya ingin bertemu dengan putraku saja," jawab Revan."Mamanya atau anaknya yang ingin kau temui," ledek Rayyan."Tidak, perasaanku untuk Nayumi sudah mati. Namun, bagaimanapun juga, aku memiliki tanggung jawab untuk Nevan. Aku juga ingin melihat seperti apa wajah putraku," s
"Sayang, kamu mau bertemu dengan Daddy?" tanya Raina pada sang putri."Yes Mommy. I really want to meet him," jawab Ayra.Balita itu memang mengerti jika sang Mami berbicara bahasa Indonesia. Namun, dia lebih senang menggunakan bahasa inggris jika berbicara."Oke, besok, kita berangkat ke Indonesia menemui Daddy kamu," kata Raina."So, Daddy lives in Indonesia?" tanyanya."Ya, Daddy kamu tinggal di sana. Namun, kamu harus tahu, kalau saat ini, Daddy kamu sudah memiliki istri," jawab Raina."Did he leave you for another woman?" tanya Ayra."Kamu tanyakan saja sendiri pada Daddy kamu," jawab Raina.Tujuh jam perjalanan udara telah dilalui oleh kedua wanita beda generasi itu. Kini, mereka sudah sampai di Indonesia. Raina langsung menuju ke kantor pengacaranya untuk mengambil surat permohonan perceraian yang akan ditandatangani oleh Rehan."Sayang, kita ketemu Daddy besok atau sekarang?" tanya Raina pada sang putri."Now," jawab Ayra singkat."Kamu tidak capek?" tanya Raina."No," jawabny
"Kamu?"Saking shocknya melihat wanita yang dia cintai ada di hadapannya membuat lelaki itu terdiam.Ayra menarik narik celana lelaki itu. "Don't you want to be my Daddy?" tanyanya dengan mimik lucu.Lelaki itu berjongkok menyamakan tingginya dengan balita cantik itu. "You want me to be your father?" tanyanya."Yes, I do," jawab balita itu."Okay, now, let me ask you, what's your name?" "My name is Ayra. And she is my Mom, Raina," gadis kecil itu memperkenalkan diri."Ayra I'd love to be your Daddy," ujar lelaki itu sambil mengusap rambut Ayra."Yeaayyy. I have a father now!" seru balita cantik itu."Masuklah," ajak lelaki itu.Revan menatap sang adik penuh kerinduan. "Aku sudah mengira kalau kamu masih hidup. I miss you so," ujar Revan."I miss you to Kak. Apa kabar ?" tanya Raina."Tidak ada yang berubah dalam hidupku Rai. Aku masih seperti ini," jawab Revan."Lalu, bagaimana dengan dokter Silvi?" tanya Raina kembali."Bukankah aku sudah memutuskannya saat kamu diculik olehnya," ja
"Ayra … Nevan … apa yang kalian lakukan?" teriak Raina penuh amarah.Kedua orang itu pun langsung menjauh. Mereka sama sama menunduk karena takut dimarahi oleh sang mama."Maafkan kami Ma. Tolong jangan salah paham. Nevan cuma pamit aja tadi. Dan itu, ciuman perpisahan," jujur Ayra.Nevan merutuki kebodohannya yang tak bisa menahannya tadi. Harusnya dia tidak melakukan itu."Maaf Ma. Nevan yang salah. Bukan Ayra. Kami tidak ada hubungan apa-apa kok," aku Nevan.Raina pun menyuruh kedua remaja itu duduk. Dia pun menjelaskan kemungkinan yang terjadi kalau mereka berhubungan. Dan dia tidak ingin, apa yang dia alami dengan Rehan dan Revan, terulang kembali pada Ayra dan juga Nevan."Sekarang kalian paham kan maksud Mama?" tanya Raina pada dua remaja di hadapannya ini.Keduanya pun mengangguk secara bersamaan. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing. Di kamar, Raina mendengus kesal pada sang suami. Lelaki tampan itu tersenyum sambil melambaikan tangannya. Dia menyuruh sang istri duduk di
"Lah, kok malah pingsan," gumam Revan.Lelaki itu tidak terlihat panik saat sang istri jatuh pingsan. Dia dengan santainya menggendong tubuh istrinya kemudian menidurkannya di ranjang.Beberapa jam kemudian, Raina sadar. Dia melihat putra sulungnya ada di sampingnya sambil tersenyum manis."Ngapain kamu senyum-senyum?" Kesal Raina."Hehehe, akhirnya, adik Varo udah jadi. Ternyata, tak sia-sia aku kemarin meminta Papa membuat Mama hamil," celetuk remaja tampan itu.Raina pun bangkit dan menjewer telinga sang putra. "Jadi, semua ulah kamu dan Papa ya. Gara-gara kalian, Mama hamil lagi. Kalian pasti yang menukar obat yang biasa Mama minum," omelnya."Aduh Ma, ampun, sakit Ma. Bukan Varo yang melakukan itu. Varo cuma menyuruh Papa supaya Mama bisa hamil," aku remaja itu."Sama saja, kalian telah bersekongkol rupanya," kesal Raina.Wanita itu pun melepaskan tangannya. Dia juga tak tega menyakiti putranya. Mungkin, memang sudah takdirnya harus memiliki anak lagi. Namun, dia masih harus meng
"Astaga Nevan? Kenapa kamu bisa ada di kamar Papa? Kenapa tidak ketuk pintu dulu saat masuk?" amuk Revan.Bocah kecil itu langsung menundukkan kepalanya. Dia tidak pernah dibentak oleh Mamanya. Maka dari itu, dia takut saat mendengar suara Revan yang meninggi.Raina yang mengerti pikologis Revan langsung menyenggol lengan suaminya.Raina pun menarik selimut sampai menutupi tubuhnya. "Sayang, maaf, Mama belum sempat bicara sama Papa. Sekarang, kamu tunggu Papa dan Mama di luar. Setelah ini, kami akan mengantarkanmu mendaftar sekolah," ujar Raina penuh kelembutan.Bocah kecil itu pun mengangguk, lalu keluar masih dengan kepala menunduk. Raina menghela nafas panjang."Pa, jangan terlalu keras sama Nevan. Dia itu belum pernah dibentak sama Nayumi. Wanita itu mungkin terlalu menyayanginya hingga tak pernah memarahinya. Kita didik dia secara perlahan. Nayumi tidak memiliki suami, tentu dia bisa dengan bebas masuk kamar mamanya," nasehat Raina."Ahh iya, aku lupa. Nanti aku akan meminta maaf
"Siapkan alat pacu jantung," titah Revan pada perawatnya.Lelaki itu pun menempelkan alat itu pada dada sang putra. Dua kali kejut, tubuh Revan masih belum menunjukkan reaksi. Padahal, Revan sudah dua kali menaikkan tenaga listriknya."Sus, naikkan lagi," titahnya."Dok, ini sudah yang paling tinggi," ucap perawat itu.Revan pun mengangguk. "Kita coba sekali lagi," ujarnya.Revan akhirnya bernafas lega, saat terlihat garis halus di layar monitor jantung. Tubuhnya pun merosot ke lantai, karena tak sanggup lagi menahan bebannya. Andai dia bisa, dia ingin menggantikan putranya yang sedang terbaring lemah itu.Raina pun membantunya berdiri. Wanita itu terus mengusap punggung sang suami, supaya lelaki itu lebih kuat."Kita tunggu Nevan di sana ya," bujuk sang istri sambil menggiring suaminya ke sofa.Revan pun menurut, lelaki itu membenamkan kepalanya di bahu sang istri. Tangisnya kembali pecah, karena dia mengetahui, kemungkinan sembuh putranya sangat kecil."Sabar Kak, kita doakan saja y
"Hai Boy, gimana kabarmu?" tanya Revan saat dia berada di ruangan sang putra."Baik Pa," jawab bocah kecil itu dengan lesu.FlashbackBegitu mereka turun dari bandara, Revan sudah menunggunya dengan ambulan. Dan langsung dia bawa ke rumah sakit tempat Raina dirawat.Dahi lelaki itu mengerut saat membaca laporan kesehatan yang dilampirkan oleh dokter dari rumah sakit sebelumnya."Kenapa sudah sampai separah ini Nayumi tidak memberi tahunya. Apa wanita itu sudah tidak menganggapnya lagi?" batin Revan kesal.Lelaki itu pun mencari dokter terbaik untuk Nevan. Dia bahkan mencari donor hati, seandainya Nevan memerlukannya.Flashback off"Papa sangat merindukanmu Boy," ucap Revan."Nevan juga Pa. Sekarang, Nevan bahagia, bisa di sini bersama Papa," ucap bocah itu.Tak lama, pintu terbuka, datang Raina sambil menggendong putranya didorong oleh sang mami."Sayang, kenapa kemari? Apa kamu sudah baikan?" tanya Revan khawatir.Melihat raut wajah sang papa yang berubah saat kedatangan wanita canti
"Papa ….""Ayo Mami, semangat. Papa di sini menemani Mami," bisik lelaki itu.Revan terus menciumi kening istrinya sebagai penyemangat sang istri. Setelah meraup oksigen. Raina akhirnya mengejan hingga terdengarlah suara tangisan bayi yang melengking.Oweek oweek oweekRevan tersenyum bahagia saat melihat putranya lahir dalam keadaan sehat dan selamat."Mami hebat! I Love You Mami," bisiknya.Tak lama, Raina pun memejamkan matanya. Tenaganya sudah habis hingga membuat dia tak sanggup untuk membuka mata."Sus, istri saya kenapa? panik Revan saat melihat sang istri yang hanya terdiam.Dokter itu pun memeriksa keadaan Raina. Wanita itu kembali tersenyum dan berkata, "Ibu hanya kelelahan Pak. Nanti juga bangun."Revan bernafas lega. Dia sudah berpikir yang tidak tidak tadi. Sungguh, dia tak sanggup jika harus kehilangan orang yang dia cintai untuk kedua kalinya.Raina sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Revan terus menggenggam tangan sang istri. Sesekali dia menciumnya."Mi, ayo bangun!
Masih jelas di ingatannya senyum ceria saat lelaki itu berlutut di hadapannya untuk kembali melamarnya."Maafkan Mami Dad. Hanya saja, Mami takut dan trauma dengan kehilangan. Dan sekarang, Daddy malah pergi meninggalkan Mami, Selamat Jalan Dad. Cinta Mami untuk Daddy akan tetap ada di sini," batin Raina.Sementara gadis kecil itu, hanya menangis sesenggukan di samping makam sang ayah."Daddy, maafkan Ay. Ay sayang sama Daddy. Meski kebersamaan kita tidak lama. Namun kasih sayang Ay pada Daddy sangat besar. I Love You Dad," lirihnya.Saat Rayyan hendak membantu tubuh Raina berdiri, wanita itu mendadak limbung dan tak sadarkan diri.Rayyan lalu menggendong tubuh adiknya ke dalam mobil. Ryu memeriksanya, setelah sang ayah mengangguk. Mereka pun membawanya pulang ke rumah.Raina sudah membuka matanya, tangisnya kembali pecah kala mengingat apa yang dia alami saat ini. Rasanya, baru kemarin lelaki itu tersenyum bersamanya. Kini, dia harus kehilangan senyum itu.Raina baru menyadari kalau c
"Daddy, berdiri," ujar Raina setengah berbisik."Tidak, aku tidak akan berdiri sebelum kamu menerimaku," kekeh Rehan.Raina berdecak. "Baiklah, aku menerimamu, sekarang berdirilah," ujar Raina.Sorak sorai bergema di taman kolam renang itu. Senyum menghiasi wajah Rehan. Namun, senyum itu pudar saat mendengar ucapan dari mantan istrinya."Daddy, aku menerimamu hanya karena tidak ingin kamu merasa malu di hadapan mereka. Daddy kan tahu, aku tidak ingin menikah lagi."Rehan hanya mengangguk saja. Benar kata Raina, dia pasti akan malu kalau wanita itu menolaknya mentah-mentah.Acara pun dilanjutkan kembali. Yang laki-laki memilih membakar daging, ayam, sosis dan juga pentol. Sementara yang wanita menyiapkan saus dan makanan lainnya.Semua bahagia hari itu, kecuali Rehan. Lelaki yang hari ini bertambah usia itu hanya bisa menghela nafas panjang mengingat ucapan Raina tadi. Ayra duduk di samping sang ayah. Gadis itu seolah tahu kegundahan hati ayah kandungnya."Dad, kenapa murung gitu?" tany
Entah berapa lama Raina tak sadarkan diri. Wanita itu bangun kala adzan subuh telah terdengar. Raina segera melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.Selepas salam, dia ingin membantu sang mama membuat sarapan. Namun tiba-tiba tubuhnya mendadak limbung. Dunia terasa berputar-putar. Hingga wanita itu pun kembali tak sadarkan diri.Wanita itu terbangun, dia menghembuskan nafas kasar kala melihat dirinya berada di rumah sakit kembali. Raina melirik ke samping. Makin kesal lagi saat dia melihat mantan suaminya ada di samping."Apa tidak ada orang lain? Kenapa mesti menyuruh dia menungguku di sini?" gerutu Raina dalam hati.Wanita itu pun membalikkan tubuhnya. Melihat ranjang yang bergetar membuat Rehan membuka matanya."Rai, kamu sudah sadar?" tanyanya."Huumm," jawab Raina singkat."Ada yang kamu inginkan?" tanya Rehan lagi."Aku ingin pulaaang. Kenapa aku dibawa kesini lagi? Kalau di rumah, kan aku bisa melihat semua barang peninggalan kak Revan, hiks, hiks," tangis Raina."Rai,