Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 24Brak!Bang Jaya membanting bobot ke atas sofa. Raut wajahnya sudah tak dapat kugambarkan. Dia sepertinya marah, kecewa dan entah apa lagi.Walau tadi dia membelaku, ternyata dia juga benar-benar termakan omongan Mbak Opi yang menuduhku habis-habisan, belum lagi suaminya yang biadab itu, kenapa dia harus memberikan kesaksian palsu? Dasar bajingan."Bang ...." Belum juga aku melanjutkan ucapan, dia sudah melirik tajam ke arahku."Bang, Abang harus percaya sama Arin, semua ini gak bener Bang, sumpah," kataku lagi.Dia hanya mengembuskan napas kasar sambil berpaling muka."Pengakuan si brengsek itu, sama sekali gak bisa dipercaya Bang, buat apa Arin selingkuh? Arin udah punya suami, anak dan juga mertua yang baik 'kan?" Aku tak menyerah.Ekor matanya melirik sekilas."Arin gak tahu lagi harus ngomong apa kalau sampai Abang gak percaya, tapi Arin berani sumpah, bahwa semua itu hanya fitnah. Arin gak ada niatan sedikit pun buat selingkuh apa
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 25"Arin! Kamu kenapa bengong lagi?" Pertanyaan Ibu mertua membuatku mengerjap.Aku cepat menggeleng, meyakinkan beliau bahwa tak ada apa-apa dan semua baik-baik saja.Tetapi karena ibu mertua terus saja mendesak agar aku cerita, akhirnya tak terasa air mataku lolos juga.Aku terisak-isak di pangkuan beliau yang tengah sibuk memangku Nuna. Sampai akhirnya beliau memanggil Mbak Mumun untuk membawa Nuna sebentar ke dalam."Bawa Nuna main sebentar.""Baik, Bu."Aku lalu dibawa ke dapur, diberi minum. Setelah agak tenang, aku ditanya lagi soal masalah yang membuatku mendadak jadi murung seharian ini."Cerita sama Ibu, ada apa?" Beliau mengangkat daguku.Lagi, aku terisak dan berhambur dalam pangkuan beliau. Ibu mertua cepat mengelus kepalaku."Anggap Ibu adalah Ibumu sendiri Rin, jangan sungkan cerita," ucap beliau lembut."Bu, Bang Jaya salah paham.""Loh, kenapa?""Semalam, Bu ...."Kuceritakan semuanya meski dengan suara bergetar dan peras
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 26"Iya si Opi masa bilang katanya adiknya tega ngerebut suaminya. Adiknya si Opi siapa lagi kalau bukan si Arin, iya 'kan?" kata Bu Wiwin.Ibu mertua diam, lalu melirik pelan ke arahku sambil menghela napas. Aku menunduk saja. Sudah kadung lemes, males juga kalau harus jelasin, mending kalau mereka ngerti, kalau nggak? Percuma."Halah, biasa itu, lagi ada percikan dikit, kesalahpahaman, palingan juga entar pada baikan lagi." Ibu mertua merespon santai akhirnya, sambil mengibaskan tangannya di depan wajah."Ah masa sih? Kok kayak lagi ada masalah gede ya? Si Opi sampe koar-koar di Facebook gitu. Mana komenannya pedes-pedes kayak nyindir si Arin." Bu Wiwin maksa."Udah biarin aja. Namanya anak muda, kakak beradik pasti ada aja kan gesekannya? Kita yang tua-tua yang harus paham. Iya 'kan ibu-ibu?" respon Ibu mertua lagi, sambil senyum lebar pada mereka berdua."Ya iya sih, tapi emang bener kalian lagi slek Rin?" Bu Wiwin menyikut lenganku.
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 27"Aku puas ... benar-benar puaaas! Tak kusangka usahaku untuk menghancurkan si Arin dengan menjebaknya malam kemarin ternyata berhasil," katanya lagi.Dadaku langsung bergemuruh. Darahku terasa berdesir hebat. Sementara tangan dan rahangku juga pelan-pelan mengencang.Mbak Opi, ternyata dia emang sengaja melakukan ini? Ya Tuhan, aku tak pernah menyangka dia sejahat itu.Aku mati-matian ingin menjelaskan padanya bahwa semua ini hanya salah paham, tapi ternyata semua ini memang rencananya? Keterlaluan, sebenarnya apa masalah dia denganku?Aku yang geram baru akan menendang pintu kamar dengan kencang saat aku ingat, tak perlu aku berlaku anarkis sekarang. Mengumpulkan bukti bahwa aku memang tak bersalah dan Mbak Opi adalah dalang di balik semua ini kurasa akan lebih baik dari pada sekarang aku harus melabraknya.Oke, saat itu juga buru-buru aku membuka ponsel dan menyalakan perekam video. Pintu kamar agak terbuka sedikit, mungkin gambarny
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 28POV OPI'OTW jalan-jalan sama misua dan keluarga tercinta.'Aku melotot saat melihat status WA si Arin pagi-pagi. Dia mengunggah sebuah foto selfie bersama keluarganya di depan mobil berikut beberapa koper dekat mereka.Si Arini mau jalan-jalan? Gak salah?Cepat aku bangkit dan mengintip dari jendela kamar. Benar rupanya, mereka tengah bersiap untuk pergi. Sopirnya yang kemarin dan ART rumah itu tengah sibuk memasukan koper-koper mereka ke dalam bagasi. Sementara si Arin dan suaminya baru saja masuk ke dalam mobil gagah mereka."Eh serius mereka mau jalan-jalan? Kok bisa sih? Bukannya harusnya rumah tangga mereka bubar ya? Kok malah pada jalan-jalan sih?" Aku menggerutu sendiri. Bingung sekaligus kesal melihat mereka hendak pergi sambil ketawa ketiwi. Seolah tak ada apa-apa antara mereka.Tak puas melihat dari jendela, aku pun pergi ke luar. Sayang, mereka malah udah otw dengan mobil mereka yang mengkilap itu. Argghh sial."Apaan sih
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 29"Loh Mas, tapi ... kenapa aku harus pergi? Aku ....""Mulai sekarang kamu bukan istriku lagi. Aku ceraikan kamu Opi. Sana balik ke rumah ibumu. Jelas?"Mataku melotot, dadaku sesak, sementara mulutku menganga."M-Mas kamu ... kamu ... kamu bener mau ceraikan aku?" tanyaku dengan tubuh yang sudah lemas dan mata yang terhalang kabut."Bukan mau, tapi udah. Gak denger kamu tadi aku ceraikan kamu? Dasar perempuan gak jelas," hardiknya.Dia lalu melengos ke depan pintu dan berusaha membukanya. Cepat kuhampiri dia lagi."Mas, Mas tunggu!""Apa lagi sih?""Tapi Mas, aku gak mau cerai sama kamu. Dan kamu gak bisa ceraikan aku sepihak gini dong."Matanya menyipit, "gak mau diceraikan sepihak? Kamu tenang aja Opi, karena aku pasti akan menceraiaknmu resmi di pengadilan secepatnya."Mataku makin melotot dengan dada yang bergemuruh hebat."Nggak. Bukan gitu Mas, aku gak mau cerai sama kamu. Kamu gak boleh ceraikan aku, Mas. Kita baikan ya. Aku maa
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 30"Bu, oleh-oleh nih dari ibu mertua," katanya, sambil menaruh plastik besar yang entah isinya apa ke atas meja.Ibu membuang muka dan melipat tangannya di dada."Gak usah, bawa lagi aja sana. Gak Sudi Ibu terima oleh-oleh dari anak yang udah bikin malu keluarga dan bikin rumah tangga Mbakmu sendiri hancur," ketus Ibu.Aku cekikikan dalam hati. Rasain kamu Arin. Emang enak diketusin ibu."Ibu tuh kenapa sih? Oleh-oleh dari ibu mertua sama Arin yang bikin malu apa hubungannya?" respon si Arin akhirnya."Ya ada tentu aja. Bagi Ibu, haram hukumnya makan makanan dari orang yang gak tahu malu kayak mau. Karena apa? Karena Ibu bisa kena sial dan ikutan nanggung dosa kamu nantinya!" pekik Ibu, membuat si Arin seketika menarik napas berat dan panjang.Sementara aku masih memilih diam. Mayan, kekeselanku tadi sedikit terobati saat melihat si Arin diomeli dan makin dibenci sama ibu begitu. Haha."Udah sana kamu balik! Bawa lagi tuh semua yang kamu
Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 31POV ARIN"Ariin! Ya ampun Nak, syukurlah kamu udah sadar." Ibu mertua langsung memelukku yang masih dalam pembaringan ranjang rumah sakit.Aku sadar bagaimana kondisiku ketika aku membuka mata. Terakhir aku ingat, aku sedang dicekik oleh Mbak Opi di rumah ibu, mungkin aku hampir mati makanya sekarang aku dilarikan ke rumah sakit.Ya Allah kepalaku juga agak nyeri saat aku bergerak, tapi untunglah aku bisa sadar lagi."Arin, Ibu kata juga apa? Kamu itu jangan gegabah kalau mau pergi ke rumah ibumu, minta temenin Mumun 'kan bisa," kata Ibu mertua lagi, mengangkat dirinya dari dadaku.Ibu mertua tampak khawatir dengan kondisiku, mata beliau bengkak, mungkin habis menangis entah berapa lama."Maaf Bu, tapi Arin udah gak apa-apa kok.""Iya tapi kamu itu berhasil bikin kami semua khawatir selama seharian ini. Dari tadi pagi kamu masuk rumah sakit, baru sekarang kamu sadar. Siapa yang gak khawatir?"Aku mengulum senyum tipis, "maaf ya, Bu. A