Share

Part 19

Author: Ricny
last update Last Updated: 2024-04-01 11:44:20

Suami Miskinku di Ruang Nasabah Prioritas

Part 19

POV OPI.

"Sini kamu Opi! Dasar bini gak punya sopan santun. Bisanya bikin malu laki aja!" sentak Mas Agas sambil melepaskan pergelangan tanganku dengan kasar.

"Mas, sakit. Pelan-pelan aja 'kan bisa."

"Gak bisa! Kesel aku sama kamu. Kenapa sih kamu itu gak mati aja sekalian? Aku 'kan udah bilang gak usah ikut ya gak usah. Ngapain kamu maksa, hah?! Terus itu Ibumu, kenapa kamu pake larang-larang dia buat makan sama Arin?"

"Ya aku gak Sudi Mas Ibu makan sama mereka. Ibu 'kan kita yang bawa ke sini, masa Ibu makan sama mereka. Mau ditaruh di mana harga diri kita?"

"Harga diri? Kamu pikir kalau kita biarin Ibu makan sama mereka terus harga diri kita bakal kemana, hah?!"

"Ck tapi Mas, aku gak suka sama si Arini, lagaknya udah kayak orang berada aja. Pokoknya Ibu gak boleh makan sama mereka."

"Ah udah terserah. Pokoknya aku gak mau tahu ya, mulai sekarang aku gak mau lihat kamu bikin malu aku lagi, apalagi di depan Arini, paham?!" sentaknya k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 20

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 20Dadaku kembali bergemuruh dan naik turun tak karuan. Cepat kutarik sprei itu hingga semua bantalnya jatuh ke lantai. Lalu kubawa sprei itu ke kamar mandi.Dar! Dar! Dar!"Mas! Mas buka!" Aku teriak sambil menggedor pintu kamar mandi."Apaan sih? Ganggu aja! Pergi sana! Mati bila perlu!" teriaknya kasar. Aku bahkan masih dapat mendengarnya dengan jelas meski pintu ditutup rapat.Hatiku tentu makin nyeri dan perih. Tapi aku tak punya alasan untuk pergi dari sana, walau dia menyentak bahkan berkata kasar, aku tetap menunggunya di depan kamar mandi."Ngapain kamu masih di sini? Ngehalangin jalan aja! Awas!" sentaknya ketika dia selesai mandi.Aku yang tengah duduk memeluk lutut di dekat pintu kamar mandi langsung bangkit."Mas, apa ini?!" teriakku kencang. Kedua mataku melotot menatapnya geram."Apa? Dasar bini gak berguna!" balasnya sambil melengos pergi dari hadapanku.Cepat aku mengekor."Mas, tunggu!""Apa sih kamu? Awas. Aku capek. M

    Last Updated : 2024-04-02
  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 21

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 21POV Arini."Rin, beneran kamu gak apa-apa? Kita ke rumah sakit aja ya," tanya Bang Jaya lagi."Iya Rin, ke rumah sakit aja kenapa sih, takut kamu kenapa-kenapa," timpal Ibu mertua."Gak apa-apa, Bu, Bang. Arin gak apa-apa. Arin cuma kaget dan masih agak sesek dikit aja kok tapi beneran gak apa-apa ini."Ya Allah untung aja aku masih selamat. Gak tahu tadi siapa yang masuk dan mencoba membekapku tadi. Ternyata beneran ngeri jadi orang kaya, belum juga kami seminggu tinggal di sini, orang jahat udah berani aja masuk. Astagfirullah."Bang, Itu Mang Anwar udah pergi beli susu 'kan?" "Udah. Udah pergi tuh nyalain mobil. Udah malem, Abang suruh pake mobil aja kasian."Aku mengangguk sambil terus berusaha menetralkan napasku yang masih sedikit berantakan. Sementara Bang Jaya duduk di sebelahku untuk terus memastikan kondisiku, dan ibu mertua sibuk menenangkan Nuna yang kehabisan susu."Besok, suruh Mang Anwar nyari orang buat pasang cctv Jay

    Last Updated : 2024-04-04
  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 22

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 22"Tadi, saat Ibu ajak Nuna jalan-jalan pake stroller, masa tiba-tiba ada yang mau serempet kami dari belakang. Gak tahu siapa. Iseng banget tuh orang, untung gak celaka.""Ya Allah Bu, hati-hati. Terus Nuna gimana sekarang?""Gak apa-apa. Tadi untung ada Mang Anwar baru pulang jemput Mbak Mumun, dia teriak terus Ibu langsung aja ngehindar. Nuna nangis sih, tapi cuma bentar.""Alhamdulillah kalau gitu, Bu. Ya udah Arin pulang sekarang aja ya.""Eh udah selesai emang? Kalau belum, kalian selesain aja dulu. Nuna gak apa-apa kok.""Oh ya udah, Bu. Titip Nuna bentar ya, Bu.""Iya."Tut!"Kenapa katanya Rin?""Nuna sama Ibu hampir keserempet motor, Bang.""Ya ampun. Terus gimana?""Gak apa-apa. Tadi untung ada Mang Anwar baru pulang jemput Mbak Mumun, dia teriak terus Ibu langsung aja ngehindar. Nuna nangis sih, tapi cuma bentar.""Alhamdulillah kalau gitu, Bu. Ya udah Arin pulang sekarang aja ya.""Eh udah selesai emang? Kalau belum, kalian

    Last Updated : 2024-04-05
  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 23

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 23Aku menggeleng-geleng cepat, "Mbak, ini nggak seperti yang, Mbak-""Menjijikan! Jadi ini kelakuan kalian di belakangku, hah?!""Nggak, Mbak. Ini gak seperti yang Mbak pikirin, ini-""Ibuuu!" Mbak Opi teriak tak memberiku kesempatan menjelaskan.Kontan saja, semua orang akhirnya berhamburan datang ke dapur. Aku mulai panik. "Ada apa sih kamu Opi? Teriak-teriak udah kayak di hutan aja," protes Ibu yang tampak kesal."Lihat itu Bu, lihat mereka. Tega-teganya mereka berbuat tak senonoh di rumah ini."Ibu dan semua orang di sana menatapku dan suaminya Mbak Opi bingung, sementara aku cepat menggeleng-gelengkan kepala untuk menampik tuduhan Mbak Opi."Berbuat tak senonoh? Maksudnya gimana?" tanya Ibu, masih tampak bingung."Mereka Bu, mereka selingkuh!" tukas Mbak Opi. Jarinya bertelunjuk lurus padaku dan suaminya.Ibu menyeringai dengan mata melotot penuh."Apa?! Selingkuh?" Ibu mengulang ucapan Mbak Opi dengan nada yang sangat amat terkeju

    Last Updated : 2024-04-06
  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 24

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 24Brak!Bang Jaya membanting bobot ke atas sofa. Raut wajahnya sudah tak dapat kugambarkan. Dia sepertinya marah, kecewa dan entah apa lagi.Walau tadi dia membelaku, ternyata dia juga benar-benar termakan omongan Mbak Opi yang menuduhku habis-habisan, belum lagi suaminya yang biadab itu, kenapa dia harus memberikan kesaksian palsu? Dasar bajingan."Bang ...." Belum juga aku melanjutkan ucapan, dia sudah melirik tajam ke arahku."Bang, Abang harus percaya sama Arin, semua ini gak bener Bang, sumpah," kataku lagi.Dia hanya mengembuskan napas kasar sambil berpaling muka."Pengakuan si brengsek itu, sama sekali gak bisa dipercaya Bang, buat apa Arin selingkuh? Arin udah punya suami, anak dan juga mertua yang baik 'kan?" Aku tak menyerah.Ekor matanya melirik sekilas."Arin gak tahu lagi harus ngomong apa kalau sampai Abang gak percaya, tapi Arin berani sumpah, bahwa semua itu hanya fitnah. Arin gak ada niatan sedikit pun buat selingkuh apa

    Last Updated : 2024-04-07
  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 25

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 25"Arin! Kamu kenapa bengong lagi?" Pertanyaan Ibu mertua membuatku mengerjap.Aku cepat menggeleng, meyakinkan beliau bahwa tak ada apa-apa dan semua baik-baik saja.Tetapi karena ibu mertua terus saja mendesak agar aku cerita, akhirnya tak terasa air mataku lolos juga.Aku terisak-isak di pangkuan beliau yang tengah sibuk memangku Nuna. Sampai akhirnya beliau memanggil Mbak Mumun untuk membawa Nuna sebentar ke dalam."Bawa Nuna main sebentar.""Baik, Bu."Aku lalu dibawa ke dapur, diberi minum. Setelah agak tenang, aku ditanya lagi soal masalah yang membuatku mendadak jadi murung seharian ini."Cerita sama Ibu, ada apa?" Beliau mengangkat daguku.Lagi, aku terisak dan berhambur dalam pangkuan beliau. Ibu mertua cepat mengelus kepalaku."Anggap Ibu adalah Ibumu sendiri Rin, jangan sungkan cerita," ucap beliau lembut."Bu, Bang Jaya salah paham.""Loh, kenapa?""Semalam, Bu ...."Kuceritakan semuanya meski dengan suara bergetar dan peras

    Last Updated : 2024-04-09
  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 26

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 26"Iya si Opi masa bilang katanya adiknya tega ngerebut suaminya. Adiknya si Opi siapa lagi kalau bukan si Arin, iya 'kan?" kata Bu Wiwin.Ibu mertua diam, lalu melirik pelan ke arahku sambil menghela napas. Aku menunduk saja. Sudah kadung lemes, males juga kalau harus jelasin, mending kalau mereka ngerti, kalau nggak? Percuma."Halah, biasa itu, lagi ada percikan dikit, kesalahpahaman, palingan juga entar pada baikan lagi." Ibu mertua merespon santai akhirnya, sambil mengibaskan tangannya di depan wajah."Ah masa sih? Kok kayak lagi ada masalah gede ya? Si Opi sampe koar-koar di Facebook gitu. Mana komenannya pedes-pedes kayak nyindir si Arin." Bu Wiwin maksa."Udah biarin aja. Namanya anak muda, kakak beradik pasti ada aja kan gesekannya? Kita yang tua-tua yang harus paham. Iya 'kan ibu-ibu?" respon Ibu mertua lagi, sambil senyum lebar pada mereka berdua."Ya iya sih, tapi emang bener kalian lagi slek Rin?" Bu Wiwin menyikut lenganku.

    Last Updated : 2024-04-10
  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 27

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 27"Aku puas ... benar-benar puaaas! Tak kusangka usahaku untuk menghancurkan si Arin dengan menjebaknya malam kemarin ternyata berhasil," katanya lagi.Dadaku langsung bergemuruh. Darahku terasa berdesir hebat. Sementara tangan dan rahangku juga pelan-pelan mengencang.Mbak Opi, ternyata dia emang sengaja melakukan ini? Ya Tuhan, aku tak pernah menyangka dia sejahat itu.Aku mati-matian ingin menjelaskan padanya bahwa semua ini hanya salah paham, tapi ternyata semua ini memang rencananya? Keterlaluan, sebenarnya apa masalah dia denganku?Aku yang geram baru akan menendang pintu kamar dengan kencang saat aku ingat, tak perlu aku berlaku anarkis sekarang. Mengumpulkan bukti bahwa aku memang tak bersalah dan Mbak Opi adalah dalang di balik semua ini kurasa akan lebih baik dari pada sekarang aku harus melabraknya.Oke, saat itu juga buru-buru aku membuka ponsel dan menyalakan perekam video. Pintu kamar agak terbuka sedikit, mungkin gambarny

    Last Updated : 2024-04-11

Latest chapter

  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 48 B (End)

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 48 B"Iya, Mbak."Mulutku menganga, kusingkap selimut yang menutup kakiku. Dan jantungku langsung terasa ditarik ke dasar perut."K-kakiku? Nggaaak!" Aku teriak dan mengamuk.Cepat mereka mendorongku keluar. Ibuku langsung menyambut di depan pintu."Wita, tenang Wit, tenang.""Bu, kaki Wita Bu, kaki Wita. Kenapa dipotong?""Karena kamu terluka parah Juwita. Gak apa-apa kamu bisa pakai kaki palsu. Gak usah khawatir."Aku melotot, kaki palsu?"Nggak! Nggak! Nggaaak!" Aku kembali histeris dan berontak.Dalam sekejap, duniaku seperti hancur berkeping-keping. Amblas dan tak tersisa. Bagaimana nggak? Kakiku dipotong sebelah? Astaga itu artinya aku gak akan bisa hidup normal lagi.***"Semua ini gara-gara kamu Opi! Tanggung jawab kamu! Kamu yang sudah membuat aku kehilangan kakiku sebelah!" Aku menjambak rambutnya ketika dia kutemui di kantor polisi."Mbak Juwita! Apaan sih. Mbak sendiri yang salah, kenapa jadi Opi yang disalahin? Coba aja dulu

  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 48 A

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 48 ALagi pula, ide ini 'kan bukan ideku, melainkan ide si Opi. Jadi kalau andai ada apa-apa, maka si Opi yang akan ditambah hukumannya, bukan aku yang akan diseret ke dalam penjara. Hmm bener. Anggap aja, ini adalah harga yang harus dia bayar untuk mengganti uang yang dikeluarkan untuk membayar pengacaranya nanti."Oke. Kalau gitu Mbak coba pakai cara kamu Pi, tapi sekali lagi Mbak ingatkan, pengacara yang akan Mbak sewa nanti bukan untuk membebaskanmu dari tuduhan, dia hanya membantu kamu membela diri, paham?"Dia mengangguk setuju. Aku lalu pergi dari sana.Setelah dari kantor polisi itu, aku mulai membuat strategi penculikan si Arin. Beberapa Minggu kemudian, setelah sidang putusan si Opi dilakukan, aku baru menjalankan idenya."Mbak harus berhasil membuatnya mati, aku bener-bener benci sama," desis si Opi sambil mencengkram kuat-kuat besi sel.Hmh, dasar bodoh. Tanpa dia suruh pun aku akan melakukannya, tapi tentu aku tak akan gegab

  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 47

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 47POV Juwita."Suamimu kemana Rin?" tanyaku pada Arini, yang tak lain adalah adik iparku.Hari itu Mas Lukman disuruh ke rumah ibunya untuk mengantarkan beras atau uang katanya. Hah, aku malas sebetulnya. Baru juga pulang dari luar kota udah disuruh-suruh aja ke rumah mertua.Aku tuh udah jengah juga sebetulnya. Makin hari mereka itu makin gak berguna aja. Ibu mertua bisanya cuma minta-minta, anaknya juga bisanya cuma numpang hidup. Mentang-mentang aku kaya, enak banget mereka hidup gratisan.Makanya udah beberapa minggu ini tak kuberikan Mas Lukman uang seperti biasanya, karena aku tahu dia selalu pakai uang itu untuk memuaskan keinginan ibunya yang tak habis-habis itu."Ibu butuh uang katanya buat belanja sehari-hari Wit.""Ya terus? Ibumu yang butuh kok ngomong sama aku?""Ya bukannya gitu, tapi 'kan biasanya emang kita yang ngasih.""Sekarang gak lagi."Kesel banget. Serasa diperas dan dimanfaatkan terus rasanya, apalagi si nenek tua

  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 46 B

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 46 BIbunya Mbak Juwita yang juga tengah bersama mereka sempat menatap kami tajam sebelum akhirnya masuk ke dalam ruangan rawat inap."Kenapa dia, Bang? Kenapa Mbak Juwita teriak-teriak gitu?""Kakinya diamputasi.""Apa? Emangnya separah itu?""Iya. Kemarin Ibu juga sempet jenguk dia sebelum operasi. Memang kepadanya parah," kata Ibu.Astagfirullah. Aku bergidig ngeri. Padahal selama ini aku tahu Mbak Juwita orang baik, tapi entah kenapa dia jadi terjerumus dalam tindakan yang gegabah seperti itu. Hanya karena perasaannya pada Bang Jaya dia sampai tega mengurungku selama tiga bulan lamanya. Dan bahkan kemarin dia tega akan menyakiti anak sekecil Nuna.Naudzubillah. Semoga dengan balasan yang Allah kasih ini dia bisa bertaubat dan menyesali semua perbuatannya.__Sampai di rumah aku disambut begitu baik oleh ibu mertua dan Nuna yang terlihat sangat ceria."Yeey Mamam dan adik utun udah pulaaang," sorak Ibu mertua memeragakan Nuna.Aku ce

  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 46 A

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 46 AAku mengerjap, "oh iya, boleh kok, Mbak. Silakan aja datang, gak usah sungkan."Aku dan Mbak Juwita emang gak pernah ada masalah. Selama dia menjadi kakak iparku, dia juga baik dan hubungan kami selalu akur."Makasih ya Rin." Mbak Juwita menepuk pundakku.Dia lalu izin membawa Nuna main ke luar. Sementara itu aku dan Bang Jaya, juga ibu mertua aktivitas seperti biasa._Syukurlah Nuna benar-benar anteng di tangan Mbak Juwita. Seharian ini aku dan ibu mertua jadi bisa istirahat dengan tenang."Rin, Nuna ngantuk kayaknya. Dia rewel tapi kayaknya minta minum susu. Bisa kamu ke bawah buatin dia susu?" pinta Mbak Juwita. Dia berdiri di bibir pintu kamarku yang memang sengaja kubuka lebar. Habis diajak main Nuna rupanya rewel, mungkin ngantuk dan dia emang biasa minum susu sebelum tidur."Oh iya Arin bikinin dulu, Mbak." Aku bangkit dari kasur karena Bang Jaya kebetulan sedang gak ada di rumah. Mumun juga tadi katanya lagi pergi belanja

  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 45

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 45Kutengok sekeliling. Benar ternyata, aku sudah mengenali tempat itu sekarang. Walau gelap tapi aku tahu, kami ada di dekat stasiun kereta sekarang."Ini di dekat stasiun 'kan, Mas?" tanyaku memastikan."Iya Mbak. Turunlah di sini, karena di depan ada cctv. Saya gak mungkin antar Mbak sampai ke sana. Oh ya, dari sini, Mbak bisa naik taksi atau ojek saja. Oke?"Aku mengangguk dan buru-buru turun sebelum orang itu berubah pikiran. Walau bagaimana pun dia orang suruhan pria yang sudah mengurungku selama tiga bulan ini, bagaimana kalau tiba-tiba dia berubah pikiran atau kembali punya pikiran jahat? Nauzubillah.Dengan langkah lebar-lebar aku menyebrang ke pangkalan ojek yang tak jauh dari sana."Bang, ke komplek perumahan Buana Permai ya, jalan Nurul Huda 12."Kang ojek mengangguk dan segera melajukan motornya setelah aku duduk di belakang dengan aman.Sampai di depan pos, ojek tak diizinkan masuk karena memang portal perumahan sudah ditut

  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 44

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 44POV ArinIbu datang menemuiku hari ini. Akhirnya terpaksa aku harus menemui ibu setelah berkali-kali aku menolaknya melalui Mbak Mumun."Kasihan Nya, ibunya kayak lesu dan berharap banget ketemu Nyonya Arin," kata Mbak Mumun ketika memanggilku ke kamar."Biarin ajalah Mbak, saya males," responku santai.Aku yang sedang membaca majalah tak mau beranjak sebetulnya. Tapi melihat Mbak Mumun yang mematung di bibir pintu agak lama membuatku risih juga."Ya udah saya turun."Akhirnya aku turun. Ibu datang membawa sayur kacang merah kesukaanku. Tapi terpaksa aku menolaknya karena aku mendadak suka alergi sejak kehamilan keduaku ini. Selain itu, aku juga masih malas menerima sesuatu dari ibu. Dulu beliau menolak pemberianku habis-habisan, sekarang aku ingin beliau merasakan apa yang kurasakan sekarang. Betapa gak enaknya ada dalam posisi itu.Tring!Suara pesan masuk yang entah dari siapa membuatku mengerjap.[Suamimu kecelakaan. Dia ada di ja

  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 43

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 43"Iya Bang, ini Arin. Ini Arin Bang, istri Abang," katanya, sambil terus memelukku."Arin ... kok bisa?" tanyaku setengah tak sadar.Aku masih belum percaya dengan apa yang kulihat ini. Benarkah ini Arin istriku? Bagaimana bisa dia masih hidup? Lalu yang kami makamkan tiga bulan lalu itu siapa?"Abang. Arin belum mati, Bang. Arin belum mati. Arin masih hidup, Bang," katanya lagi. Seolah tahu dengan apa yang ada di dalam pikiranku."Kalau gitu saya permisi Mas Jaya, Mbak Arin," kata Pak Supri kemudian.Aku mengangkat wajah, Arin juga berbalik menghadapnya."Oh iya Pak, makasih udah antar saya sampai depan rumah ya," ucap Arin."Iya Mbak Arin sama-sama. Mari, Mas."Beliau kembali bertugas setelah melemparkan senyuman lebar padaku. Sementara aku kembali menatapi Arin dari bawah hingga atas.Ya Tuhan, aku benar-benar tak percaya. Arin sekarang ada di hadapanku lagi, perutnya juga sudah makin membesar.Mataku tak terasa basah. Pelan aku berj

  • SUAMI MISKINKU DI RUANG NASABAH PRIORITAS    Part 42

    Suami Miskinku di Ruang Nasabah PrioritasPart 42"Ah Jay, ayolah. Suruh aku duduk atau berikan aku air dulu. Apa susahnya?""Aku sibuk. Dan rumah ini haram menyuruhmu duduk apalagi memberimu air," ketusku. Biarlah, aku mau perempuan itu cepat balik."Kata-katamu itu Jay. Kenapa sih? Aku datang ke sini dengan niat baik, aku mau mengucapkan duka cita atas kepergian istrimu. Kamu malah memperlakukanku begini," rajuknya."Ya udah. Urusanmu menyampaikan duka cita udah selesai 'kan? Sekarang silakan balik. Aku gak punya banyak waktu."Dia menarik napas panjang, "Jaaay, aku-""Eh eh eh ngapain kamu di sini pencuri?!" potong Ibu yang baru saja keluar.Alina langsung bangkit, dan dia baru akan mengalami ibuku saat dengan cepat ibu malah mengambil sandal tepleknya dari kaki."Pergi kamu! Atau sandal ini akan menampar pipimu," usir beliau sambil mengangkat sandal itu.Kontan saja si Alina mengatup-ngatup."T-Tante, tunggu Tan, jangan emosi dulu, Alin datang ke sini cuma mau menyampaikan duka ci

DMCA.com Protection Status