“Dante kau melupakanku? Setelah puas dengan tubuhku lalu kau bisa seenaknya mencampakkanku seperti ini?” Wanita itu berteriak sambil menangis histeri.
Serena tidak bisa menyembunyikan senyumannya ketika melihat ekspresi Dante yang terkejut. Permainan ini cukup menarik bagi Serena. Sekarang dia akan punya alasan untuk membatalkan pertunangan bodoh ini.
“Kau siapa? Saya tidak pernah melihatmu sebelumnya!” Dante berucap sambil menghentikan langkah wanita itu yang ingin mendekatinya hanya dengan mengangkat tangannya.
Wanita itu benar-benar berhenti.
‘Apa Dante semenakutkan itu?’ tanya Serena dalam hatinya.
“Jasper bawa wanita ini keluar!” Fredrick berucap dengan wajahnya yang sudah memerah menahan amarah.
“Tunggu!” Serena menghentikan langkah Jasper—pimpinan bodyguard di mansion itu yang ingin meyeret wanita itu keluar. “Apa kau yakin ayah dari anakmu itu pria ini?” tanya Serena kepada wanita itu.
“Iya! Aku tidak akan membiarkanmu menikah dengan siapapun kecuali aku, Dante!” ucap wanita itu dengan sangat yakin.
“Jasper cepat!!”
“TIDAK!!!! Tunggu! Aku tidak akan pergi jika tidak bersama Dante.” Wanita itu bersembunyi di balik tubuh Dante untuk menghindar dari bodyguard yang siap melempar wanita itu keluar dengan mudah.
“Tunggu! Saya akan menyelesaikan ini dengan cepat!” Jawaban Dante membuat semuanya bingung termasuk Serena.
“Kau yakin itu anak saya?” Dante menatap wanita itu dengan tatapan yang sangat dingin dan menyeramkan.
Waniat itu terlihat gugup karena ditatap seperti itu oleh Dante. “Kau lupa kita melakukan itu setiap kau berkunjung ke klub Valhala,” jawab wanita itu terdengar sangat meyakinkan.
Dante mengangguk. “Jadi kau anggota dari Valhala?” tanya Dante masih dengan nada tenangnya yang mengintimidasi.
Wanita itu mengangguk ragu. “Sampai kapan kau akan berpura-pura tidak mengenalku, hm?”
“Kalau benar, tunjukkan pada saya kartu anggotamu di Valhala!”
Wanita itu terlihat semakin emosi. “Pastikan setelah ini acara pertunangan ini batal karena aku akan mengatakan kepada semua orang kalau aku hamil anakmu. Kau tidak akan menikah dengan siapapun, Dante!” ancam wanita itu.
“Kita lihat!” Dante menerima ponsel wanita itu untuk melihat foto kartu anggota resmi yang bersisi lambang ‘DM’ di latar belakangnya. Klub itu adalah milik Dante dan sudah menjadi rumah baginya. Dante mengenal semua orang yang ada di sana tapi tidak dengan wanita yang mengaku hamil anaknya ini.
“Ini memang kartu anggota Valhala, tetapi saya kenal siapa pemilik kartu ini. Veronika adalah bartender di bagian VVIP 2 dan itu jelas bukan kau!”
Penyataan Dante membuat wanita itu mendelik tajam. “Apa maksudmu hah?”
“Apa kau tahu siapa saya? Mungkin kau sudah bermain-main dengan orang yang salah?” Dante menatap wanita itu dengan tatapan yang menghunus tajam membuat wanita itu gelapan.
“Dante kau tidak bisa menutupi kesalahanmu dengan mengancam wanita itu. Kakek tolong batalkan pertunangan ini!” Serena memecah keadaan menegangkan itu.
“Kenapa kau bergitu terburu-buru hm?” Dante bertanya kepada Serena sambil berjalan mendekat ke arahnya. Terus berjalan mendekat hingga wajah keduanya hanya terpaut beberapa sennti.
Dante terlihat memanggil seseorang di ponsel wanita itu tanpa memalingkan wajahnya dari Serena.
Drttt!! Drttt!! Drtt!
Serena memutus tatapan mereka karena ponselnya berbunyi.
“Saya kira ini cukup untuk menjelaskan semuanya!” Dante menunjukkan ponsel wanita itu. Dia menelpon nomor yang terakhir kali dihubungi dan orang itu adalah Serena.
PLAK!!!
Sebuah tamparan yang sangat keras mendarat di pipi Serena. Seluruh tubuhnya bergetar.
“SERENA KAU!!!!” Kali ini Fredrick tidak bisa menahan amarahnya. “Singkirkan wanita ini!” titahnya. Dengan cepat para bodyguard itu menyeret wanita tadi keluar.
“Kau akan dihukum berat untuk ini, kau benar-benar memalukan!”
Serena menggenggam erat ponselnya dengan menahan tangisnya agar tidak pecah. “Oh ya? Jika aku memalukan lalu kalian apa?” Serena malah membalas balik tanpa rasa bersalah.
“Kau menyewa seorang wanita untuk berpura-pura hamil anak Dante dan menuduhnya melakukan hal seperti itu, apa kau tidak merasa bersalah?” Jack bertanya kepada putrinya yang paling pembangkang itu.
Serena hanya bisa diam! Rencananya gagal total karena pria ini.
Tapi Serena masih memiliki rencana kedua!
“Dante tolong maafkan cucuku, dia biasanya tidak seperti ini. Aku akan mengatur ulang pertunangan ini,” ucap Fredrick dengan tatapan bersalah.
Dante terlihat memperhitungkan sesuatu. “Saya sudah meluangkan waktu malam ini untuk pertunangannya, jika tidak sekarang maka kita langsung menikah saja!”
“Apa?!” Serena berteriak dengan tatapan tak habis pikir.
Sombong sekali pria ini!
“Kalau begitu, Dante kita anggap tidak terjadi apa-apa malam ini. Kau dan Serena bisa pulang ke mansionmu,” ucap Jack membuat Serena mendelik tajam.
Apa dia salah dengar?
“Apa maksud papa?”
“Serena diamlah! Turuti perintah papa atau kau akan dalam bahaya!” bentak papanya membuat Serena terpaksa bungkam.
Tapi dia jelas bukanlah seorang gadis yang penurut. “Aku tidak setuju! Pernikahan ini batal!” Setelah berterika mengucapkan itu Serena langsung kabur dari ruangan tengah yang megah itu.
“ANAK ITU! Dante kejar dia!”
Tak butuh waktu lama bagi Dante untuk menyamai kecepatan berlari gadis mungil itu. Dengan cepat Dante menarik kerah kemeja gadis itu dan …
KLEK!
Dante terdiam!
Sebuah pistol diarahkan tepat di dahinya dan gadis di depannya ini bisa membunuhnya kapan saja. Tapi pria itu malah menyeringai dengan sangat mengerikan.
“Kau cukup menarik!”
Blitz! Kilatan cahaya dari kamera membuat fokus Dante yang sedang ditodong pistol itu sedikit buyar. Di depannya, gadis yang memakai kemeja yang kancingnya sudah terlepas entah kemana itu menodongkan sebuah pistol tepat ke arah kepalanya. Dante menyeringai, sepersekian detik kemudian, Dante melipat tangan Serena dan mengunci tubuh mungilnya yang tak seberapa itu ke arah tubuh kekar miliknya. “Hhh!!” Serena hanya bisa mengeluh ketika tangannya tak mampu bergerak karena ditekan oleh Dante. Sementara, pistol yang dia bawa sudah diambil dengan cepat oleh pria itu. “Menurutlah, atau kau akan mati!” Hanya satu kalimat itu mampu membuat Serena terdiam. “Mphh!!!” Bibir hangat dan basah milik Dante mendarat dengan cepat di bibir ranum milik Serena. Dia tidak bisa memproses informasi apapun selain mereka berdua dalam keadaan genting saat ini. “Foto itu cepat!!” Puluhan wartawan sudah menerobos masuk lewat pintu utama dan kini mereka langsung menyaksikan pemandangan yang sangat langka. Ser
“Apa maksudmu?” Serena mengernyitkan alisnya bingung dengan perkataan Dante. Pria itu langsung mengubah posisinya dan melanjutkan melajukan mobilnya. “Kau akan tinggal di mansion saya untuk sementara,” jawabnya mengalihkan topik pembicaraan. “Aku tidak mau!” “Saya tidak sedang meminta pendapat!” Serena mendelik tajam ke arah pria di sampingnya itu. Entah sudah berapa kali Serena ingin membunuh pria itu detik ini juga. “Aku tidak akan turun dari mobil ini jika kau tidak membawaku pulang!” jawab Serena dengan nada marah. “Saya bisa menarikmu untuk keluar dan menyeretmu masuk,” jawab Dante denga nada tenang. Tangannya sibuk memutar stir mobil dengan lengan kemeja yang sudah dilipat memperlihatkan otot-otot tangannya yang kekar. Serena diam. Bukan karena tidak mempunyai balasan untuk perkataan Dante, namun karena Serena takut jika pria itu benar-benar melakukannya. Pasalnya, dia tidak terlihat seperti pria yang akan bercanda dengan ucapannya. “Dengar!” Serena mendekatkan tubuhnya
“KEJAR MOBIL ITU!!!”Serena membanting stir mobil Rolls-royce milik Dante itu dengan gerakan cepat untuk mengubah arah. Dengan cepat Serena kabur membelah jalan perumahan yang sangat luas itu.Demi apapun, sekejam apapun rumor tentang Dante, Serena tau persis Nico tidak pernah main-main dengan ucapannya. Serena akan menjelaskan keadaan yang terjadi sekarang kepada Nico agar dia bisa mengerti posisi sulit Serena saat ini.“Hahh ini akan menjadi masalah,” desah Serena kesal ketika melihat beberapa mobil mengejarnya dari belakang.Tapi, Serena akan berusaha untuk pulang bagaimanapun caranya. Nico pasti sudah merencanakan hal-hal aneh yang bisa membahayakan mereka berdua. Enah Serena atau Nico sendiri.Beberapa menit kemudian, Serena sampai di mansion miliknya. Dengan cepat pintu gerbang yang sebesar gapura itu terbuka otomatis dan Serena masuk dengan kecepatan maksimal bahkan hampir menabrak pohon-pohon yang tumbuh di taman menuju mansion.KRITTT!!!Bunyi rem mobil yang dikendarai Serena
“Tidak ada yang boleh mendekat ke arah Serena! Atau, kalian akan mati detik ini juga!” ancam Dominic memperingati penjaga milik Dante yang berusaha mendekati Serena. “Minggir!” Seorang pria berbadan kekar dengan kemeja putih yang kancing atasnya sudah terlepas itu berjalan sambil membelah kerumunan penjaga itu. Dante Massimo, datang dengan waut wajah yang sangat sulit untuk dideskripsikan. Kedatangannya membuat suasana menjadi semakin mencekam. Ini benar-benar masalah besar! “Calon istri saya kabur sambil membawa mobil saya bersamanya. Jika kalian mencegah kami untuk membawanya kembali maka kalian harus siap berurusan dengan Tuan Ambrose (kakek Serena),” ucap Dante dengan suara beratnya. “Aku suaminya, Serena tidak akan pergi kemanapun kalau dia tidak ingin,” ucap Dominic dengan nada tenang. Dante terkekeh pelan. “Oh ya? Jadi rumor itu benar? Nona Serena memiliki banyak pria simpanan di mansionnya?” tanya Dante dengan nada merendahkan. “Saya tidak peduli dengan hal itu, Serena ad
“Saya akan tinggal di kamar ini bersamamu!”Serena membelalakkan matanya tak habis pikir dengan pria di depannya ini. Dengan santainya Dante masuk ke dalam kamarnya dengat menyeret kedua kopernya yang terlihat sangat penuh itu. “Berhenti!” Serena menghadang jalan Dante dengan merentangkan kedua tangannya. Tubuhnya yang sebenarnya cukup berisi itu menjadi mungil ketika berada dari jarak sedekat itu dengan Dante. Tidak hanya usia, tinggi keduanya juga terpaut cukup jauh membuat Dante harus menunduk untuk menatap gadis itu. Dante hanya menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Serena berusaha menghentikannya untuk masuk. Dari jarak sedekat ini Dante bisa merasakan betapa mungilnya Serena jika dibandingkan dengan tubuhnya yang tinggi jangkung dan berotot kekar. “Kau sudah melewati batas, Tuan Massimo,” ucap Serena dengan nada sinis. “Ada puluhan kamar di mansion ini, kau bisa tidur dimanapun maumu tapi tidak di kamarku!” cercanya marah.'Tubuhnya memang terlihat kecil tapi nyalinya sanga
“Dominic Arthur!”Serena terperanjat kaget ketika dia keluar dari kamar Dominic dan menutup pintu pelan-pelan, tiba-tiba suara Dante yang membaca tulisan yang terpampang di pintu itu keluar begitu saja.“Kenapa kau berkeliaran di sini?” tanya Serena sambil mengerutkan alisnya.Pria itu tak terlihat peduli dengan pertanyaan Serena tapi tatapan matanya sangat tajam dan mengintimidasi, seakan-akan keberadaan Serena adalah hal yang sangat mengganggunya.Pria itu masih mengenakan kemeja putih dengan garis abu-abu yang dia pakai sejak mereka bertemu untuk pertama kalinya. Celana panjang dan sepatu pantofel yang sangat mengkilap. Pria itu pasti langsung datang ke mansion kakek Serena sehabis bekerja di kantornya.“Ikut aku!” Hanya kata itu yang diucapkan pria itu sebelum berjalan mendahului Serena yang jantungnya berdebar tidak karuan.Sejujurnya Serena belum bisa memproses informasi bahwa pria yang tinggal di mansionnya dan akan menjadi suami sahnya itu adalah Dante Massimo. Dari ribuan bah
“HEI KAU TIDAK DENGAR AKU?! CEPAT BUKA GERBANGNYA!” pekik Serena dengan nada marah."APA KALIAN TULI HAH?" bentaknya lagi, namun tak ada yang berpindah dari posisinya untuk membukakan Serena gerbang mansionnya. Enth kenapa puluhan pengawal yang ada di gerbang itu tak meggubris perkataannya. Serena terus memukul bel mobil Tesla yang dia bawa itu saking kesalnya.“Maaf Nyonya, kami diminta untuk tidak mengizinkan anda kemanapun tanpa persetujuan Tuan Massimo.” Hanya itu kata yang diucapkan penjaga gerbang itu, tapi mampu membuat Serena naik darah.“Siapa majikan kalian hah?” tanya Serena dengan nada yang sangat dingin. Kali ini dia tidak berteriak lagi karena tidak ada gunanya membuang-buang tenaga.“Maaf Nyonya.” Seluruh penjaga itu kini menunduk, tak berani memperlihatkan wajahnya.“Hah! Tidak ada yang berjalan dengan benar semenjak aku dijodohkan dengan Dante.” Serena mengetukkan jari-jari lentiknya di stir mobil sembari berpikir.Drtt!!Serena mengernyit ketika melihat nomor tak di
BRAK!!! “Nico, kau gila?” Serena mendorong dada pria itu hingga membentur kaca sebuah hotel mewah di pinggir kota Milan itu. Serena masih merasa sedikit pusing karena Nico menculiknya secara paksa. Serena tadinya akan pulang ke mansion karena pekerjaan di kantornya sudah selesai, tapi tiba-tiba mobil teslanya tidak bisa dihidupkan alhasil Serena menyuruh sekretaris pribadinya untuk membawakannya supir pengganti. Saat sudah masuk mobil, tiba-tiba mulut dan hidungnya dibekap dan Serena pingsan karena obat di kain tersebut. Ketika sadar, wajah Nico yang hampir menciumnya adalah pemandangan pertama yang Serena lihat. Pria ini benar-benar melewati batas! Serena menyesal karena terlibat dengannya. “Sayang, kau tidak rindu padaku?” tanya Nico dengan nada sensual sambil menarik Serena mendekat ke tubuhnya. PLAK!!!! Sebuah tamparan mendarat di wajah tampan milik Nico. Tapi, bukannya marah pria itu malah tersenyum jahil ke arah Serena yang murka. “Apakah tamparan ini mengisyaratkan beta
Suasana di dalam mansion yang megah itu berubah drastis. Dari ketegangan yang membara hingga keheningan yang mencekam, kini hanya ada tatapan-tatapan penuh kebingungan dan keterkejutan. Fredrick duduk dengan lemas di kursi besar, matanya menatap kosong ke arah Serena, Jack, dan Dante. Semua dalih, semua kebohongan yang ia ciptakan selama bertahun-tahun, akhirnya terungkap.Sementara itu Serena merasa baru melihat cahaya di dalam kehidupannya yang selama ini penuh dengan intrik dna teka tekiu. Raasanya dia terlahir kembali dan semua puzzles yang selama ini ada sudah terjawab dengan jelas.Kakeknya, Fredrick adalah dalang dari balik semua ini. Ternyata selama ini orang yang Serena pikir melakukan semuanya demi kebaikannya bukan melakukannya dnegan tujuan itu. Teryata selama ini Serena salah besar.Dia bahkan rela mengorbankan masa mudanya untuk menikah dengan banyak pria dna melawan semua ras atrauma dan takutnya untuk mengetahui fakta bahwa Fredrick bukanlah kakek kandungnya sendiri te
Ruangan besar di mansion Fredrick dipenuhi dengan ketegangan yang semakin memuncak. Fredrick yang masih syok setelah Jack memberitahukan semua tentang siapa sebenarnya orang-orang di sekeliling Serena, kini berusaha mencari celah untuk memutarbalikkan keadaan. Di sisi lain, Dante dan Serena tidak bisa mengabaikan firasat buruk yang muncul setelah melihat cara Fredrick mencoba memanipulasi Jack.Dante, yang sudah cukup lama mengamati gerak-gerik Fredrick, memutuskan untuk mengambil langkah terakhir yang ia harap tidak perlu dilakukan. Dengan isyarat yang hampir tak terlihat, dia memanggil semua anak buahnya yang juga merupakan suami Serena untuk memasuki ruangan. Mereka muncul satu per satu, berdiri berjajar di belakang Dante, dengan sikap penuh hormat dan waspada.“Kalian bisa masuk sekarang!” Suara berat milik Dante sontak membuat semua orang yang ada di sana menoleh, terutama Fredrick dan betapa terkejutnya dia saat melihat semua orang yang sudah dia bayar untuk menjadi suami Serena
Ruangan di mansion Fredrick semakin tegang setelah Jack, dengan bodohnya, mempercayai setiap kata yang keluar dari mulut Fredrick. Fredrick, yang tadinya terlihat rapuh setelah diberitahu tentang kenyataan yang mengejutkan oleh Jack, kini bangkit kembali dengan penuh semangat untuk memanipulasi putranya. Serena dan Dante, yang sebelumnya mengamati percakapan tersebut melalui CCTV dan alat pendengaran, kini berada dalam keadaan panik. Jack, dalam momen kebingungannya, memutus semua akses mereka terhadap percakapan itu. Dante menyadari situasi semakin tidak terkendali, dan mereka harus bertindak cepat.“Dia menutup aksesnya!” Dante berkata dengan nada tajam, jelas menunjukkan kekesalannya. Serena, yang berdiri di sampingnya, merasakan kekhawatiran yang mendalam. Wajahnya terlihat panik, apalagi saat melihat Dante yang panik dia menjadi semakin panik. PAdahal Serena yakin dia bisa tenang kalau Dante tenang karena dialah inti dari semua ini, dia yang menjalankan rencana ini dna dia juga y
Jack berdiri tegak di depan Fredrick, matanya penuh amarah dan kebingungan. Fredrick, yang selama ini dikenal sebagai pria berkuasa dan tak tergoyahkan, kini terlihat berbeda—rentan dan terguncang. Setelah Jack mengungkapkan bahwa semua suami Serena adalah anak buah Dante, bukan Fredrick, suasana di ruangan itu berubah drastis. Fredrick yang biasanya tenang, tiba-tiba terlihat syok, wajahnya memucat seolah darahnya mengalir keluar dari tubuhnya.Apa yang barusaja dia dengar dari mulut putranya adalah hal terakhir yang mungkin terlintas di otaknnya, saking terkjeutnya dia saat ini. Apa katanya? Semua orang yang sudah dia sewa selama ini untuk memata matai Serena ternyata adalah anak buah Dante? Orang kriiman pria itu?Wah! Bahkan jantung Fredrick bergetar hebat saat ini, dia merasa sesuatu yang berbeda, seakan akan dia bisa mencium sesuatu bruuk akan segera terjadi. Tapi tidak! dia sudah sampai sejauh ini dan dia tak akan menyerah begitu saja.Fredrick memegang dadanya dengan tangan ge
Di dalam ruangan yang dingin dan penuh dengan ketegangan, Jack berdiri tegak di depan ayahnya, Fredrick, yang masih terguncang oleh pertanyaan-pertanyaan tajam yang dilontarkan putranya. Fredrick hendak keluar, namun Jack dengan tegas menghalangi jalannya, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Dante, yang menyaksikan semua ini dari ruangan pengawasan bersama Serena, terkejut melihat Jack berani menahan ayahnya sendiri—tindakan yang bukan bagian dari rencana mereka.Netra kedua pasangan suami istri itu langsung fokus menatap layar monitor yang ada di depan mereka. Awalnya niat Dante dan Serena ingin melepas headset yang mereka pakai untuk alat bantu pendengaran tapi niatnya langsung mereka urungakn saat melihat Jack menghentikan Fredrick untuk berjalan keluar.“Dante!” Suara Serena terdengar menggema di ruangan pengawasan itu. walau Dante memakai headset dia bisa mendengarnya, suara Serena bergetar hebat. Apa dia juga memikirkan hal yang sama dengannya?Dante sontak menoleh
Malam itu di mansion utama, ketegangan terasa begitu kuat, hampir seperti udara berat yang memenuhi setiap sudut ruangan. Jack, dengan wajah tenang tapi penuh tekad, melangkah ke dalam rumah besar tempat ia dulu dibesarkan, kini di bawah bayang-bayang kegelapan yang lebih dalam dari sekadar usia tua. Ia tahu, malam ini adalah waktu untuk mengungkap kebenaran, untuk menguji apakah Fredrick, ayahnya sendiri, benar-benar dalang di balik semua kekacauan yang telah menghancurkan hidup putrinya, Serena.Jack sebenarnya masih tak habis pikir dengan apa yang terjadi, tapi melihat semua bukti yang Dante berikan membuatnya juga mempertanyakan dirinya selama ini. DIa tau apa yang dilakukan Fredrick pada Serena dan alasnanya adalah karena ingin menyembuhkan Serena ia tau itu tapi pertanyaan Dante tentang itu membuatnya juga bertanya tanya.Selama hampir 6 tahun ini Jack tak pernah bertanya kenapa ayahnya itu begitu terobsesi ingin menyembuhkan Serena. Bahkan Jack tak pernah bertnaya karena selma
Konferensi pers yang menghebohkan itu berakhir dengan tiba-tiba. Serena, yang semula berdiri dengan percaya diri di hadapan puluhan kamera, kini merasa dunianya mulai runtuh dan sedikit panik. Kedatangan Jack, papanya, merubah segalanya. Sebelum dia bisa menyelesaikan semua pengakuannya, dia terpaksa meninggalkan panggung dengan tergesa-gesa."Serena, kita harus pergi sekarang," desak Jack, menarik lengannya dengan cengkeraman yang tegas namun penuh kekhawatiran. Wajah Serena juga tak kalah syok saat melihat pria yang paling dia kenal ini ada di sini secara tiba-tiba padahal selama berbulan bulan Jack tak pernah pulang karena ada urusan bisnis yang Serena yakini disuruh oleh kakeknya untuk pergi menjauh tapi akhirnya ia kembali sekarang.Serena berusaha menolak, matanya melirik ke arah Dante yang masih berdiri tenang di dekatnya, tetapi tatapan ayahnya yang penuh dengan ketegangan membuatnya sadar bahwa perlawanan tidak akan ada gunanya. Dengan berat hati, Serena menundukkan kepala da
Konferensi pers Serena berjalan dengan tegang, menggemparkan semua orang yang hadir. Ruangan itu dipenuhi dengan kilatan kamera dan suara berdesir dari wartawan yang tak sabar menunggu pernyataan lebih lanjut dari Serena, yang berdiri tegak di tengah panggung. Di sisinya, Dante berdiri tenang, sementara di belakang mereka, empat belas pria yang mengaku sebagai suami Serena berdiri dalam formasi yang rapi, wajah mereka tanpa ekspresi, seolah sudah siap menghadapi apa pun.Serena menatap lurus ke depan, matanya menyapu para wartawan yang sibuk mencatat setiap kata yang diucapkannya. "Saya tahu ini sulit dipercaya," katanya dengan suara tegas, "tetapi saya ingin mengklarifikasi semuanya di hadapan kalian semua." Ucapan Serena seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja dan mereka para wartawan sama sekali tak ingin kehilangan sedikitpun dari semua momen menegangkan ini.Seorang wartawan di barisan depan dengan cepat mengangkat tangannya, suaranya penuh rasa ingin tahu. "Bagaimana bisa
Pagi yang cerah di Milan berubah menjadi hari yang penuh kejutan saat berita tentang konferensi pers mendadak yang diadakan oleh Serena menyebar. Wartawan dari berbagai media berkumpul di depan sebuah gedung megah, berdesak-desakan, mencoba mendapatkan posisi terbaik untuk meliput acara yang telah memicu kehebohan luar biasa. Kamera-kamera siap merekam setiap detik, sementara mikrofon dari berbagai stasiun berita diarahkan ke arah podium yang masih kosong.Bayangkan saja, seorang Serena Ambrose yang tanpa skandalpun bisa menghebohkan masyarakat hanya dengan konferensi pers dadakannya itu, apalagi kini, wanita itu sedang menjadi bualan seantero Italia karena videonya yang menikah dengan banyak pria sudah beredar di kalangan masyarakat dan membuat heboh semuanya.Bahkan, ke-14 pria yang Serena nikahi waktu itu tidak diblur wajahnya dan membuat nama mereka juga ikut terseret, seperti Dominic yang terkenal merupakan anak buah Fredrick dan Vicenzo yang memang terkenal karena keahlian bela