Dante : Temui aku di rooftop kantormu jam 9 malamSerena langsung menegang ketika membaca pesan dari suaminya itu. Mereka terakhir kali bertemu pagi tadi saat Dante mengantar Serena ke kantor dengan manja.Namun, Serena dapat merasakan aura dingin dari pesan yang dikirim Dante kepadanya.“Bagaimana ini? Apa Dante sudah tahu aku bertemu dengan pria lain?” tanya Serena pada dirinya sendiri dengan nada khawatir. “Ah! Tidak mungkin, aku hanya berbicara 10 menit dengan Allesandro tidak mungkin Dante tau secepat itu kan?”“Argh! Aku bisa gila memikirkan ini,” lirih Serena sambil merebahkan tubuhnya di kursi kerjanya. Semenjak menerima pesan itu saat makan siang Serena sudah tak bisa tenang lagi.Dante sudah memperingatinya untuk tidak dekat-dekat dengan pria lain selama jauh darinya. Tapi keadaan ini berbeda bukan? Allesandro yang mendatanginya, bukan Serena yang sengaja menemui Allesandro diam-diam di belakang Dante.“Ah! Lebih baik aku tidak memikirkan itu, masih banyak pekerjaan dan ini
“Kau sudah siap, sayang?” Dante memegang tangan Serena yang terulur ke arahnya. Tatapan pria itu tak pernah lepas dari Serena semenjak dia muncul di hadapannya.Gaun merah darah yang Dante belikan terlihat sangat pas di tubuh seksi gadis itu. Ditambah dengan rambut panjangnya yang bergelombang menambah keanggunan Serena. Ah! Dante bahkan berharap ini bukan mimpi, karena dia sudah menantikan hal ini sepanjang hidupnya semenjak dia mulai menyadari Serena adalah cintanya, hidupnya.“Apa yang akan kita lakukan?” tanya Serena membuat Dante tersenyum kecil. Pria itu tak menjawab hanya menuntun Serena ke arah helikopter yang ada di rooftop gedung perusahaan Serena yang luas itu.Dengan hati-hati, Dante menuntun Serena yang memakai high heels untuk menaiki helikopter itu perlahan. Serena duduk tepat di samping suaminya. “Tunggu!” Serena menghentikan Dante yang hendak memakai peralatan yang ada di helikopter itu. “Apa kau bisa menerbangkan helikopter?” pekik Serena terkejut.Tidak ada siapapun
“Langsung saja katakan tujuanmu ke sini, aku tidak suka basa basi!” Dante menghembuskan asap rokok dari dalam mulutnya, membuat seisi ruangan yang gelap itu semakin mencekam.Sementara itu, pria yang ada di depan Dante terlihat sangat menyukai respon Dante yang tidak suka bertele-tele itu. Matteo Rodriguez, pemilik aliansi mafia yang tersebar hingga ke Amerika, sekaligus partner kerja Dante di Eropa, terutama Italia.“Apa begitu caramu bernegosiasi, Tuan Dante? Anda bisa terkena masalah jika masih mempertahankan sifat otoriter anda itu, karena terkadang dunia tidak berjalan sesuai keinginan kita,” ujar Matteo sambil menatap Dante dengan tatapan gelapnya yang sarat akan ancaman.Dante hanya menyenderkan punggungnya di sofa yang ada di ruang bawah tanahnya itu. Walaupun terlihat santai, pria itu memikirkan banyak hal di otaknya, mulai dari memperhatikan gerak-gerik lawan bicaranya, sampai memikirkan alasannya kemari.Dante memang penuh dengan perhitungan, oleh karena itulah dia tidak pe
“Baiklah, sebelum acara ulang tahun hotel Serenity yang ke-50 tahun ini dimulai, kita akan mendengarkan sambutan dari calon CEO hotel kita yaitu Nyonya Serena Massimo.” Ucapan dari pembawa acara itu mengundang riuh tepuk tangan dari pemimpin-pemimpin dan tamu undangan yang hadir pada acara besar itu.Serena, selaku manager Serenity dan calon CEO dari hotel bintang lima itu langsung berdiri dari mejanya dan berjalan dengan percaya diri menuju ke panggung dan podium yang sudah disediakan.Gadis itu selalu menjadi pusat perhatian dimanapun dia berada dan malam ini, Serena mengenakan gaun berwarna hitam dengan model punggung terbuka yang menjuntai panjang hingga kebelakang. Semua mata teruju dan terpukau melihat gadis itu.Namun, mereka cukup sayang dengan nyawa mereka sendiri karena kini gadis itu tidak hanya menyandang nama Ambrose, melainkan kini Serena sudah menyandang nama belakang suaminya, yaitu Massimo. Seluruh pria yang tertarik dengan Serena di sana cukup tau diri untuk tidak be
“Apa kau mengerti bahasa manusia?” tanya Dante pada Nico yang masih menggendong Serena ala bride style itu.Keadaan menjadi sangat tegang karena kini seluruh wartawan merekam tepat di posisi Dante dan Nico yang mengangkat Serena. Tamu undangan menatap kikuk, dan pembawa acara tak tau harus melakukan apa saat sang pewaris, Serena tiba-tiba pingsan.Dante mantap Nico dengan rahang mengeras dengan tangan yang dikepalkan memperlihatkan buku-buku jarinya yang berisi luka-luka ringan. Dante sudah tau apa yang Nico rencanakan dari dulu, oleh karena itulah dia menyewa orang untuk mengawasi Serena dari jauh.Tak disangka, ternyata musibah menimpa Serena malam ini. Entah itu perbuatan itu disengaja atau tidak, tapi saat Dante melihat betapa khawatirnya wajah Nico sepertinya pria itu belum sempat melancarkan aksinya.Nico berencana untuk menculik Serena!Dante tau itu dari anak buahnya yang memang dia tugaskan untuk memantau Nico, oleh karena itulah Dante mengancam Matteo jika sampai Serena terl
“Apa dia baik-baik saja?” tanya Dante dengan wajah khawatir pada Dominic yang masih memeriksa keadaan Serena dengan wajah serius.Tangan Dominic sudah dibungkus dengan selop tangan khusus yang tidak akan memberikan efek jika dia menyentuh Serena.“Dom, katakan padaku dia baik-baik saja. Aku akan membunuhmu jika kau diam saja dan membuatku gila seperti ini!” ancam Dante dengan nada beratnya. Melihat alis Dominic yang mengkerut sejak tadi membuat Dante penasaran dengan keadaan istrinya saat ini.Dominic tak memedulikan kehadiran Dante sama sekali di sini. Pria itu hanya fokus memeriksa tubuh Serena yang lemas dan dalam keadaan pingsan dan berbaring di kamar mansion milik Dante.“Dia seharusnya baik-baik saja setelah aku berikan infus tapi……” Dominic menggantung ucapannnya membuat Dante uring-uringan menunggu pria itu berbicara.Dante tak pernah bersikap setidak sabaran ini sebelumnya, dia terkenal dengan sikap tenangnya yang mematikan seperti air tenang yang dalam dan menenggelamkan. Ta
“Kenapa?”Pernyataan Dante mengundang tanda tanya besar bagi Dominic. Dia memang tidak ingin ikut campur urusan kedua pasangan ini, walaupun dia juga menikah secara agama dengan Serena, Dominic tetaplah seorang atheis yang tidak memiliki agama. Jadi, pernikahan itu bukan apa-apa bagi Dominic.Dia tetap menghargai Dante sebagai suami sah Serena secara agama dan hukum, tapi pernyataan pria itu yang ingin menyembunyikan kehamilan Serena membuat Dominic penasaran.“Kenapa kau ingin merahasiakannya? Cepat atau lambat dia pasti merasakan perubahan di tubuhnya,” ucap Dominic.“Ikut aku keluar, Serena bisa mendengar percakapan kita jika kita berbicara di sini,” titah Dante sambil berjalan keluar diikuti oleh Dominic yang masih memakai jas putih.Dante seperti biasa mengajak Dominic untuk berbicara di balkon mansionnya karena itu adalah tempat favorit pria itu. “Apa kau punya alasan khusus untuk merahasiakan itu?” tanya Dominic lagi saat mereka sudah sampai.Dante tak langsung menjawab, pria
“Hmmm,” lenguh Serena di tengah-tengah tidurnya. Gadis itu merasa tubuhnya sangat berat dan sakit ketika digerakkan. Perlahan Serena membuka matanya dan melihat cahaya remang-remang.“Ah, dimana aku?” lirih Serena sambil melihat ke ruangan, sebelum akhirnya pandangannya beralih ke arah tangan kekar yang melingkari pinggangnya dengan posesif.Serena tersenyum kecil saat melihat Dante tertidur pulas di sampingnya sambil memeluk Serena. “Ini pasti di mansion Dante,” ucap Serena pada dirinya sendiri. Terhitung ini sudah sebulan semenjak Serena pindah ke sini, sudah lama sekali dia tidak mengunjungi mansion lamanya padahal hanya berjarak beberapa meter dari sini.Serena otomatis menatap wajah tenang Dante yang tertidur di sampingnya. Terhitung ini pertama kalinya Serena dan Dante tidur bersama, karena biasanya pria itu selalu sibuk dengan urusannya. Gadis itu tersenyum sambil memainkan rambut Dante. Ditatapnya wajah tampan suaminya itu. Ah, kenapa dia baru sadar Dante setampan ini?Setelah