Ponselnya berdering, memecah keheningan yang tegang. Shadow menghubunginya, ingin memastikan keadaan Hanna sebelum kedatangan David."Hanna, bagaimana keadaanmu? Apakah David sudah tiba?" tanya Shadow.Hanna dengan suara yang sedikit gemetar menjawab, "Belum. Aku sangat marah, Shadow. Mengapa dia ha
Hanna melangkah masuk ke kamar kecil berukuran 3x4 meter itu, membiarkan langkahnya terhenti sejenak di ambang pintu. Meskipun ruangan itu sempit, kehadiran Satya di sana membuatnya merasa hangat dan aman."Kau baik-baik saja di sini?" tanya Satya dengan lembut sambil menutup pintu di belakang merek
Perlahan, Satya mulai menelusupkan tongkat purbanya dan membenamkannya dalam liang ketat yang kini mulai bergerak menghisapnya."Ugh!""Besar ... keras."Keduanya pun akhirnya saling berlomba melayani hasrta mereka untuk mencapai puncak bersama. Desah dan lenguh terdengar diantara suara jiplakan pen
Hanna menatap ke arah kamar tidur kosannya. Suara langkah kakinya terdengar samar di lantai kayu yang reyot. Suaminya, Satya, masih tertidur pulas. Cahaya remang-remang menyinari wajahnya yang damai. Tetapi, hati Hanna terasa seperti diikat oleh beban yang tak terlalu ia pahami.Dia bergerak lambat,
Hanna duduk dengan gelisah, mencoba menjelaskan situasi yang telah mengganggu pikirannya kepada Cherry. Ruangan yang sebelumnya penuh kehangatan dan keceriaan, kini terasa dingin dan hampa."Cherry, aku tak bisa melupakan ketidakpastian ini. Keterlibatan David dalam insiden kematian Satya, itu tidak
Angin malam yang sejuk menerobos jendela apartemen Zeesha, menciptakan sentuhan dingin yang kontras dengan suasana di dalam ruangan yang memanas. Zeesha berdiri di tengah ruangan, tatapan matanya penuh dengan kekecewaan dan kemarahan yang sulit disamarkan. Seberkas cahaya remang-remang dari lampu di
Satya merem-melek, matanya terasa berat ketika sinar mentari menyelinap masuk lewat celah-celah tirai kamarnya yang tak tertutup rapat. Dengan tergesa-gesa, ia meraih ponselnya yang tergeletak di sisi tempat tidur. Berbinar-binar layar ponsel menunjukkan angka "07:45".Bentar lagi jam delapan! Pikir
Satya beradaptasi dengan kehidupan barunya di kantor hukum Stefani S. Ia memfokuskan diri pada tugasnya sebagai sopir, berusaha memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pekerjaan dan kehidupan di dalam kantor yang bergengsi ini.Pada suatu hari, di tengah-tengah kesibukannya, Satya disambut oleh